Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

RS Indonesia Dikosongkan secara Paksa oleh Israel

Irvan Sihombing
03/6/2025 17:26
RS Indonesia Dikosongkan secara Paksa oleh Israel
Kondisi Rumah Sakit Indonesia pascaevakuasi paksa di Beit Lahiya, Gaza Utara, Senin (2/6/2025).(ANTARA/MER-C )

RUMAH Sakit (RS) Indonesia di Beit Lahiya, Gaza Utara, dikosongkan secara paksa oleh militer Israel pada Senin (3/6). Pihak militer mengevakuasi seluruh tenaga medis dan relawan lokal Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang sebelumnya bertahan di dalam RS.

Menurut keterangan resmi MER-C, kemarin, pasukan Israel telah menghancurkan area sekitar rumah sakit terlebih dahulu, meratakannya dengan tanah. Serangan tersebut mengakibatkan sejumlah fasilitas vital di RS pun ikut hancur.

"Mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia. Semoga seluruh staf rumah sakit dan relawan lokal MER-C dalam kondisi aman," demikian pernyataan MER-C. 

Sebelum dikosongkan secara paksa, para staf medis dan relawan lokal MER-C tetap bertahan meski militer Israel terus meningkatkan serangan dan pengepungan sejak 18 Mei. Kekurangan air dan makanan tidak mematahkan semangat untuk bertahan di Rumah Sakit Indonesia.

Pada akhirnya, seluruh tenaga medis dan relawan dievakuasi paksa. Namun, para relawan berusaha mengirimkan dokumentasi terakhir keadaan rumah sakit sebelum diusir. MER-C kehilangan akses utama mendapatkan informasi perihal situasi di Jalur Gaza, khususnya RS Indonesia.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak penyelidikan independen terkait dengan tewasnya 31 warga sipil di dekat pusat bantuan AS-Israel di Rafah, Gaza selatan.

Gutteres juga meminta para pelaku pembantaian diseret ke pengadilan. "Saya menyerukan penyelidikan segera dan independen atas peristiwa ini dan agar para pelaku dimintai pertanggungjawaban," kata Guterres dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.

Sebelumnya, Otoritas Gaza mengatakan 31 warga sipil tewas dan 200 orang lainnya terluka di dekat pusat bantuan di Rafah pada Minggu (1/6) dini hari. Para korban itu ditembaki pasukan Israel. Namun, Tentara Israel (IDF) membantah tuduhan tersebut.

Negara pengamat
Sementara itu, Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyetujui peningkatan status Palestina dari "gerakan pembebasan nasional" menjadi "negara pengamat nonanggota” pada Senin (2/6). Keputusan tersebut diambil melalui konsensus dalam Komite Urusan Umum dari Konferensi Perburuhan Internasional ke-113 di Jenewa.

Resolusi final akan diadopsi resmi dalam sidang pleno pada Kamis mendatang. Langkah tersebut menyelaraskan posisi ILO dengan badan PBB lain, seperti UNESCO dan WHO, menyusul Resolusi Majelis Umum PBB ES-10/23 pada Mei 2024.

“Melalui peningkatan status ini, Palestina kini memperoleh hak yang lebih luas di ILO, termasuk menyampaikan pernyataan untuk semua agenda, mengajukan proposal, dan berpartisipasi dalam pertemuan dengan delegasi tripartit,” demikian disitat dari Anadolu, kemarin.

“Palestina berhak menominasikan delegasi ke Biro Konferensi mulai tahun 2026,” imbuh laporan itu.

Duta Besar Palestina, Ibrahim Khraishi, menyambut baik keputusan ILO dan menyebutnya sebagai "tanggapan yang tegas dan tidak ambigu”.  (Ant/MTVN/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya