Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Donald Trump: Gencatan Senjata Gaza hampir Tercapai

Ferdian Ananda Majni
01/6/2025 19:59
Donald Trump: Gencatan Senjata Gaza hampir Tercapai
Ilustrasi(Dok. Antara/Xinhua)

ISRAEL memperingatkan bahwa Hamas harus menerima usulan kesepakatan penyanderaan terbaru di Gaza atau akan dihancurkan, sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata kian mendekati finalisasi.

Peringatan ini datang di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza. PBB mengingatkan bahwa seluruh penduduk wilayah tersebut kini terancam kelaparan ekstrem.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa Hamas harus menyetujui proposal gencatan senjata yang diinisiasi oleh utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff. Hamas sebelumnya menilai kesepakatan tersebut belum memenuhi tuntutan mereka.

"Para pembunuh Hamas kini dipaksa untuk memilih, menerima persyaratan 'Kesepakatan Witkoff' untuk pembebasan para sandera atau dimusnahkan,” kata Katz seperti dilansir Arab News, Minggu (1/6).

Israel sejak awal perang menegaskan bahwa penghancuran Hamas adalah tujuan utama operasi militernya.

Hentikan konflik

Sementara itu di AS, Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya hampir mencapai kesepakatan untuk menghentikan konflik di Gaza.

"Mereka sudah sangat dekat dengan kesepakatan mengenai Gaza,” sebut Trump. 

"Kami akan memberi tahu Anda mengenai hal itu pada siang hari ini atau mungkin besok," sebutnya.

Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Pasokan bantuan masih minim meskipun Israel telah melonggarkan sebagian blokade dua bulan terakhir.

Juru bicara badan kemanusiaan PBB, Jens Laerke, menggambarkan Gaza sebagai wilayah paling rawan kelaparan di dunia.

"Itulah satu-satunya wilayah yang ditetapkan suatu negara atau wilayah tertentu di dalam suatu negara, di mana seluruh penduduknya berisiko mengalami kelaparan,” ujarnya.

PBB juga mengutuk aksi penjarahan besar-besaran terhadap peralatan medis dan perlengkapan bagi anak-anak penderita malnutrisi oleh kelompok bersenjata yang menyerbu gudang bantuan.

Memperburuk keamanan

Organisasi bantuan kemanusiaan mengingatkan bahwa kondisi putus asa akibat kurangnya makanan dan obat-obatan telah memperburuk keamanan.

Di sisi lain, Israel mengumumkan perluasan permukiman secara besar-besaran di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Langkah ini memicu kritik internasional, termasuk dari Presiden Prancis Emmanuel Macron dan negara-negara seperti Mesir serta Inggris.

Pemerintah Israel menyetujui pembentukan 22 permukiman baru. Langkah ini dikritik sebagai bentuk penghalang terhadap pembentukan negara Palestina.

Kementerian Luar Negeri Inggris menyebut kebijakan tersebut sebagai rintangan yang disengaja bagi solusi dua negara. Mesir mengecamnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang beranggotakan 57 negara, turut mengecam kebijakan pemukiman Israel tersebut.

Menteri Pertahanan Israel, Katz, merespons kritik dengan menegaskan tekad untuk membangun negara Yahudi Israel di Tepi Barat. Pernyataan ini disampaikannya sebagai bentuk penolakan terhadap dorongan pengakuan negara Palestina oleh Macron dan pihak lain.

Presiden Macron sebelumnya menyatakan bahwa pengakuan negara Palestina, dengan sejumlah syarat, adalah bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga kebutuhan politik.

Perang salib?

Menanggapi itu, Kementerian Luar Negeri Israel menuduh Macron sedang melancarkan perang salib terhadap negara Yahudi.

Di tengah ketegangan yang terus memuncak, sumber diplomatik mengungkapkan bahwa Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan, dijadwalkan melakukan kunjungan pertamanya ke Tepi Barat pada Minggu mendatang.

Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Israel telah menyetujui proposal gencatan senjata yang baru dan menyerahkannya kepada Hamas untuk dipertimbangkan. 

Hamas tidak secara langsung menolak, namun menyatakan bahwa mereka masih mengadakan konsultasi atas isi kesepakatan tersebut.

Sementara itu, serangan Israel pada Jumat menyebabkan setidaknya 45 warga Gaza tewas, termasuk tujuh korban dari satu keluarga di Jabalia, wilayah utara Gaza. 

Rekaman video dari AFPTV memperlihatkan kesedihan warga di Rumah Sakit Al-Shifa Kota Gaza.

“Mereka adalah warga sipil dan sedang tidur di rumah mereka,” ujar Mahmud Al-Ghaf, seorang tetangga korban. 

Dia menggambarkan situasi memilukan dengan mengatakan ada anak-anak yang tercabik-cabik.

Hantam puluhan target

Militer Israel belum memberikan komentar terkait serangan tersebut, namun menyebut bahwa angkatan udaranya telah menghantam puluhan target di Gaza selama 24 jam terakhir.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total korban jiwa mencapai 4.058 orang sejak Israel melanjutkan operasi militernya pada 18 Maret, sehingga total korban perang mencapai 54.321 jiwa, sebagian besar adalah warga sipil.

Menurut data resmi yang dikompilasi oleh AFP, serangan Hamas terhadap Israel pada tahun 2023 menyebabkan 1.218 orang tewas, sebagian besar warga sipil.

Dari 251 sandera yang ditahan Hamas sejak serangan tersebut, 57 masih berada di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah meninggal dunia. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya