Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
RENCANA besar Israel seperti yang tercermin dalam The Yinon Plan menunjukkan bahwa melemahnya negara-negara sekitar Israel, termasuk Iran, menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat posisi Negeri Zionis itu di kawasan.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Suzie Sudarman menyoroti itu terkait dinamika konflik di Timur Tengah yang semakin memanas, khususnya terkait ambisi Israel membentuk Israel Raya, dukungan Iran terhadap kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, serta ketegangan geopolitik yang menyeret negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Tiongkok.
"Dalam latar belakang aspirasi Israel untuk membentuk Israel Raya seperti terurai di atas, teristimewa the Yinon Plan, negara-negara yang lemah sulit menghadapi konflik kemanusiaan di Gaza dan Tepi Barat. Karena Iran menjadi pendukung Hizbullah dan Hamas, sudah jelas Iran merupakan target untuk melemahkan kekuatan-kekuatan yang mengganggu terwujudnya Israel Raya," kata Suzie dihubungi Media Indonesia, Minggu (15/6).
Dia menambahkan bahwa diamnya negara-negara besar dunia terhadap agresi ini disebabkan oleh kepentingan ekonomi dan industri militer global. "Dan negara besar butuh uang dengan menjual bom dan alat perang, termasuk sahabat Israel yaitu Amerika Serikat dan India," sebutnya.
Suzie juga menyoroti bahwa Iran sempat berharap pada jalur diplomatik dengan Amerika Serikat. Namun hal itu justru membuatnya rentan terhadap manuver Israel. Menurutnya, sikap Presiden AS Donald Trump juga menunjukkan ketidaktegasan.
"Karena mengharapkan diplomasi dengan AS bisa wujud, Iran menjadi agak lengah terhadap kehendak Israel yang sudah bisa ditebak. Trump seperti orang yang menunggu siapa yang menang saja," ujar Suzie.
Suzie mengungkapkan bahwa sejak era Presiden Obama, ekspor migas menjadi alat diplomasi Amerika Serikat. Praktik ini semakin ditekankan di masa pemerintahan Trump dan mengubah peran tradisional AS sebagai penjaga stabilitas global.
"Banyak yang lupa sejak Presiden Obama, AS mengandalkan pada ekspor migas, apalagi di masa Trump, dan menjadi alat diplomasi AS untuk memperoleh kemenangan diplomasinya," tambahnya.
AS, menurutnya, kini tidak lagi menjadi kekuatan hegemonik yang menjaga stabilitas, tetapi justru menciptakan hierarki global baru yang merugikan negara-negara berkembang.
"Akhirnya AS bukan lagi hegemoni yang menstabilkan, tetapi membagi dunia dalam hierarki. Nomor satu itu AS," terangnya.
Suzie memperingatkan bahwa jika konflik ini terus berkembang, keterlibatan negara besar seperti AS, Rusia, dan Tiongkok tidak bisa dihindari. Bila Iran kalah, negara itu akan terus ditekan. Sebaliknya, jika Iran menang, AS kemungkinan besar akan masuk ke medan konflik.
"Kalau Iran menang mungkin akan melibatkan AS di Timur Tengah. Namun, kalau Israel menang, Iran akan terus ditekan. Akan tetapi, karena Iran berkawan dengan Rusia dan Tiongkok, Putin akan berupaya mendamaikan," terang dosen senior Jurusan llmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI itu.
Dia juga menyebutkan bahwa ketergantungan AS pada sumber daya alam seperti migas bisa menimbulkan risiko ekonomi besar, yang dikenal sebagai Dutch Disease.
"Kita harus tilik bahwa ketergantungan akan migas akan membuat AS terancam Dutch Disease. Artinya, negara yang memperoleh untung dari SDA cenderung berutang," katanya.
Akhirnya, Suzie mengingatkan bahwa jika ketegangan ini mencapai puncaknya dan Israel sampai menyerang Iran secara besar-besaran, dunia bisa menghadapi kemungkinan terburuk.
"Mungkin dengan terlibatnya Rusia dan Tiongkok karena faktor alutsista yang dijual Iran dan migasnya yang berkualitas, perang bisa diakhiri sekalipun AS punya peran lebih penting untuk menekan Netanyahu," lanjutnya.
"Tapi kalau sampai Israel menghabisi Iran, mungkin akan berakhir secara tragis karena Iran juga memiliki nuklir. Bisa juga Armageddon muncul karena konflik Israel vs Iran," pungkas Suzie. (I-2)
MENTERI Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia menegaskan perubahan sikap terhadap Ayatollah Ali Khamenei.
Amanah konstitusi UUD 1945 untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta ikut mewujudkan perdamaian dunia harus direalisasikan dalam menyikapi konflik dunia.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 25 Juni 2025, menguat sebesar 98 poin atau 0,60% menjadi Rp16.256 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.354 per dolar AS.
Komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Brigadir Jenderal Iran Esmail Qaani, terlihat dalam keadaan hidup dan sehat saat menghadiri perayaan kemenangan.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan kepulangan Jemaah haji Indonesia mulai lancar seusai serangan Iran ke pangkalan udara (lanud) militer Amerika Serikat di Qatar.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam menerapkan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara-negara yang mendukung kebijakan aliansi BRICS.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menegaskan bahwa pemerintah Indonesia harus memperkuat posisi tawar dagang di hadapan Amerika Serikat secara strategis.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025, dibuka menguat ke level 6865.
ISRAEL telah menerima tanggapan resmi dari Hamas terkait usulan gencatan senjata baru di Jalur Gaza.
Dubes RI untuk AS diharapkan mampu menjalankan tugas dengan baik dan memanfaatkan momentum untuk mengawal hubungan baik antara Indonesia dan AS.
California tengah dilanda kebakaran hutan terbesar yang pernah dihadapi negara bagian tersebut sejak awal 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved