Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dipertanyakan, Sistem Pertahanan Pakistan Buatan Tiongkok

Ferdian Ananda Majni
16/5/2025 20:21
Dipertanyakan, Sistem Pertahanan Pakistan Buatan Tiongkok
PM Pakistan Shehbaz Sharif (kanan) bersama Kepala Angkatan Darat Jenderal Syed Asim Munir (kiri) mengunjungi Pasrur Cantonment di Sialkot, Provinsi Punjab.(AFP)

KETERGANTUNGAN Pakistan pada sistem pertahanan udara HQ-9 buatan Tiongkok kini tengah menghadapi ujian besar setelah gagal mencegat serangan udara India dalam operasi lintas batas terbaru yang dilakukan oleh New Delhi.

HQ-9, yang selama ini dipromosikan sebagai alternatif ekonomis dari sistem pertahanan Patriot milik AS dan S-300 Rusia, terbukti tak mampu mendeteksi maupun menetralisasi satu pun pesawat atau rudal India dalam konfrontasi yang penuh risiko tersebut.

Dilansir The Economic Times, Jumat (16/5), kegagalan ini memunculkan kekhawatiran mendalam di kalangan analis militer dan calon pembeli internasional.

Alih-alih memberikan perlindungan berlapis seperti yang dijanjikan, sistem HQ-9 justru dinilai tidak efektif dalam menghadapi serangan presisi tinggi dari India.

Masalah yang terjadi kemungkinan mencerminkan kelemahan sistemik, mulai dari deteksi radar, kecepatan respons peluncuran, hingga protokol keterlibatan—bukan sekadar kendala teknis sesaat.

Strategi India

India mengungkapkan bahwa keberhasilan serangannya ke wilayah yang dikuasai Pakistan diperoleh melalui strategi pengacauan dan peperangan elektronik yang mutakhir.

Dalam waktu hanya 23 menit, Angkatan Udara India mampu menghantam beberapa target terduga teroris tanpa harus memasuki wilayah udara Pakistan.

Pemerintah India menegaskan bahwa keberhasilan operasi tersebut tidak lepas dari efektivitas sistem pertahanan udara buatan dalam negeri, yang juga terbukti mampu menghadapi respons balik Pakistan berupa serangan rudal dan drone.

Sementara itu, ketergantungan Pakistan pada peralatan militer impor tidak cukup mampu membendung serangan atau menyusun pertahanan yang memadai.

Tiongkok diragukan

Kegagalan alat-alat militer buatan Tiongkok yang digunakan oleh Pakistan mencoreng reputasi Beijing sebagai eksportir senjata global yang sedang berkembang.

Diketahui bahwa sekitar 80% persenjataan militer Pakistan berasal dari Tiongkok, namun dalam konfrontasi kali ini, peralatan utama seperti rudal jarak jauh PL-15 dan sistem HQ-9 tidak menunjukkan performa yang memadai.

Yang paling disorot adalah kegagalan rudal PL-15 yang diluncurkan dari jet tempur J-10C buatan Tiongkok.

Rudal yang diklaim sebagai tandingan AIM-120D milik Amerika Serikat itu diketahui gagal mengenai sasaran atau mengalami malfungsi saat berada di udara.

Coreng reputasi

Kinerja buruk sistem pertahanan Tiongkok tidak hanya mencoreng reputasi militernya, tapi juga memberikan dampak signifikan di pasar keuangan.

Saham perusahaan pertahanan di Tiongkok anjlok hingga 9%, menghapus lonjakan nilai yang sebelumnya dipicu oleh harapan lonjakan ekspor di tengah ketegangan India-Pakistan.

Seiring munculnya citra satelit dan laporan investigasi yang membuktikan kegagalan operasional tersebut, kepercayaan investor terhadap industri persenjataan Tiongkok ikut terguncang.

Negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara yang sebelumnya mempertimbangkan pembelian sistem pertahanan Tiongkok seperti HQ-9 kini diperkirakan akan meninjau kembali keputusan mereka. Sebab, senjata yang terlihat menjanjikan di atas kertas ternyata belum teruji keandalannya di medan tempur.

Di tengah meningkatnya kebutuhan akan sistem pertahanan yang terbukti efektif, aspek keandalan kini jauh lebih diutamakan ketimbang harga. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya