Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Ilmuwan Tiongkok Berlomba Selamatkan Lumba-Lumba Tanpa Sirip, ‘Harta Terakhir’ Sungai Yangtze

Thalatie K Yani
21/8/2025 09:49
Ilmuwan Tiongkok Berlomba Selamatkan Lumba-Lumba Tanpa Sirip, ‘Harta Terakhir’ Sungai Yangtze
Ilmuwan Tiongkok berjuang menyelamatkan lumba-lumba tanpa sirip yang masih hidup di Sungai Yangtze.(Yan He)

PARA ilmuwan di Tiongkok tengah berjuang menyelamatkan salah satu satwa besar terakhir yang masih hidup di Sungai Yangtze: lumba-lumba tanpa sirip (Yangtze finless porpoise). Upaya ini dilakukan setelah dua spesies besar lain di sungai terpanjang Asia itu, lumba-lumba baiji dan ikan dayung raksasa, dinyatakan punah dalam dua dekade terakhir.

“Setelah baiji punah, porpoise menjadi spesies paling penting di sini,” kata Prof. Wang Xi dari Institut Hidrobiologi di Wuhan kepada BBC.

Saat ini, populasi lumba-lumba tanpa sirip diperkirakan hanya tersisa sekitar 1.200 ekor di alam liar. Hewan ini merupakan predator puncak terakhir di Yangtze, sehingga jumlahnya mencerminkan kesehatan seluruh ekosistem sungai.

Larangan Menangkap Ikan

Untuk mencegah kepunahan, pemerintah Tiongkok menerapkan larangan total penangkapan ikan di Sungai Yangtze dan anak-anak sungainya sejak 2021. Kebijakan ini berlangsung selama 10 tahun, dengan ancaman hukuman penjara bagi pelanggar. Meski mengorbankan mata pencaharian 220.000 nelayan, larangan tersebut menunjukkan hasil: jumlah ikan meningkat drastis, memberi harapan bagi keberlangsungan lumba-lumba.

Namun, tantangan besar masih ada. Selain berkurangnya ikan akibat bendungan, seperti Bendungan Tiga Ngarai yang memutus jalur migrasi ikan sturgeon, polusi suara dari lalu lintas kapal juga mengancam. “Kapal sangat berbahaya bagi otak hewan karena kebisingannya,” ujar Wang Xi. Para peneliti meyakini kebisingan ini turut mempercepat punahnya baiji, yang bergantung pada sonar untuk berkomunikasi.

Harapan dari Warga dan Peneliti

Upaya penyelamatan tidak hanya dilakukan ilmuwan. Warga seperti Yang He, seorang pensiunan yang gemar memotret porpoise, rutin mengirimkan dokumentasi ke peneliti. Dalam satu kasus, ia melaporkan porpoise yang terjerat jaring hingga akhirnya berhasil diselamatkan. “Dan ternyata porpoise itu sedang hamil,” ujarnya.

Data populasi memperlihatkan tren positif. Pada 1990-an terdapat sekitar 3.300 ekor porpoise, jumlahnya turun setengahnya pada 2006. Namun sejak larangan menangkap ikan dan relokasi pabrik pencemar, populasinya kembali meningkat hampir 25% dalam lima tahun terakhir.

“Dengan menyelamatkan lumba-lumba tanpa sirip, kita juga menyelamatkan Sungai Yangtze,” kata Wang Ding, pakar cetacea di IUCN. “Jika mereka bertambah banyak, itu berarti kesehatan ekosistem sungai ini ikut membaik.” (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya