Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
ANGGOTA senior kabinet Donald Trump terlibat dalam kebocoran keamanan serius, saat membahas rencana militer rahasia terkait serangan terbaru AS terhadap kelompok bersenjata Houthi di Yaman.
Dalam kesalahan fatal, tokoh-tokoh kunci dalam pemerintahan Trump – termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Peter Hegseth, Senator Marco Rubio, serta Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard – menggunakan aplikasi perpesanan komersial Signal untuk berdiskusi. Parahnya, mereka juga tanpa sengaja memasukkan seorang jurnalis ternama ke dalam grup tersebut.
Signal tidak disetujui pemerintah AS untuk berbagi informasi sensitif.
Anggota lain dalam percakapan tersebut termasuk penasihat Trump Stephen Miller, Kepala Staf Trump Susie Wiles, serta utusan utama Trump, Steve Witkoff.
Kebocoran ini terungkap dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Senin oleh Jeffrey Goldberg, editor majalah The Atlantic. Goldberg menemukan dirinya dimasukkan ke dalam grup Signal bernama “Houthi PC Small Group” bersama dengan 18 anggota lainnya, termasuk pejabat kabinet Trump.
Dalam laporannya, Goldberg menyebut ia segera menghapus informasi sensitif dari akun Signal-nya, termasuk identitas seorang perwira senior CIA serta detail operasional yang sedang berlangsung.
Laporan ini dikonfirmasi Brian Hughes, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, yang mengatakan kepada The Atlantic, “Ini tampaknya merupakan rantai pesan yang autentik, dan kami sedang meninjau bagaimana sebuah nomor bisa dimasukkan ke dalam percakapan secara tidak sengaja.”
Hughes menambahkan, “Percakapan ini menunjukkan koordinasi kebijakan yang mendalam dan penuh pertimbangan antara pejabat senior. Keberhasilan operasi terhadap Houthi sejauh ini menunjukkan bahwa tidak ada ancaman terhadap pasukan atau keamanan nasional.”
Insiden ini kemungkinan akan semakin menimbulkan kekhawatiran mengenai kepercayaan terhadap pemerintahan Trump dalam menangani informasi intelijen, terutama dari sekutu-sekutu lama AS. Apalagi, Hegseth sempat membanggakan bahwa diskusi mereka memiliki “keamanan operasional 100%” (100 percent OPSEC), sementara seorang jurnalis ternama bisa membaca pesannya secara langsung.
Percakapan yang dilihat oleh Goldberg mencakup komentar dari Vance yang tampaknya tidak sepenuhnya yakin dengan urgensi serangan ke Yaman. Diskusi juga mencakup perdebatan mengenai harga yang seharusnya dibayar oleh Eropa dan negara lain atas perlindungan AS terhadap jalur pelayaran global yang krusial.
Para pakar keamanan di AS menggambarkan kebocoran ini sebagai kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya – baik karena penggunaan aplikasi chat komersial maupun karena keterlibatan seorang jurnalis dalam percakapan tersebut.
Di lingkungan militer AS, pejabat politik tertinggi dan dinas intelijen beroperasi di bawah aturan ketat terkait komunikasi informasi rahasia dan diskusi tentang keamanan operasional. Pelanggaran seperti ini bisa membahayakan nyawa dan hasil misi militer.
Meskipun Signal dikenal sebagai aplikasi perpesanan terenkripsi yang aman, kelemahannya terletak pada perangkat yang digunakan. Jika ponsel yang menginstal Signal rentan, maka percakapan di dalamnya juga berisiko bocor.
Salah satu pihak yang sangat terkejut dengan insiden ini adalah Pat Ryan, anggota Kongres dari Partai Demokrat sekaligus veteran militer. Ryan, yang duduk di Komite Angkatan Bersenjata DPR, menggunakan istilah era Perang Dunia II FUBAR (fucked up beyond all recognition) untuk menggambarkan kekacauan ini.
“Jika Partai Republik di DPR tidak segera mengadakan sidang dengar pendapat tentang bagaimana ini bisa terjadi, saya akan mengadakannya sendiri,” ujar Ryan dengan geram.
Shane Harris, seorang jurnalis senior di bidang keamanan nasional yang sebelumnya bekerja di The Washington Post dan kini di The Atlantic, menulis di BlueSky: “Dalam 25 tahun saya meliput keamanan nasional, saya belum pernah melihat cerita seperti ini.”
Goldberg awalnya meragukan keaslian pesan-pesan dalam grup Signal tersebut dan mempertimbangkan kemungkinan adanya operasi disinformasi asing. Namun, ia akhirnya yakin bahwa pesan itu autentik, baik dari gaya bahasa yang digunakan maupun kesesuaian rencana yang didiskusikan dengan serangan nyata yang terjadi di Yaman.
Salah satu percakapan yang mencolok adalah pernyataan dari Vance dan Hegseth yang meremehkan Eropa. “Akun yang diidentifikasi sebagai ‘JD Vance’ mengirim pesan kepada @Pete Hegseth pada pukul 08:45: ‘Jika menurutmu kita harus melakukannya, ayo kita lakukan. Aku hanya muak membantu Eropa lagi,’” tulis Goldberg.
Hegseth membalas tiga menit kemudian:
“Wakil Presiden: Aku sepenuhnya setuju dengan kebencianmu terhadap mentalitas ‘nebeng’ Eropa. Ini MEMALUKAN. Tapi Mike benar, kita satu-satunya negara di planet ini (di pihak kita) yang bisa melakukan ini. Tidak ada yang mendekati kemampuan kita. Pertanyaannya adalah soal waktu. Aku merasa sekarang adalah waktu yang tepat, mengingat perintah presiden untuk membuka kembali jalur pelayaran. Aku pikir kita harus maju; tetapi presiden masih punya waktu 24 jam untuk membuat keputusan.”
Faktanya, sekitar 20 negara terlibat dalam misi melindungi jalur pelayaran dari serangan Houthi, termasuk kapal perang Inggris.
Saat Goldberg menyadari serangan ke Yaman benar-benar terjadi, ia kembali ke grup Signal tersebut. “Akun yang diidentifikasi sebagai ‘Michael Waltz’ [Penasihat Keamanan Nasional AS] memberikan pembaruan kepada grup. Saya tidak akan mengutip secara langsung isi pesannya, kecuali mencatat bahwa dia menggambarkan operasi ini sebagai ‘pekerjaan luar biasa.’”
Beberapa menit kemudian, seorang anggota lain dalam grup menulis: “Awal yang bagus.”
Tak lama setelah itu, Waltz merespons dengan tiga emoji: kepalan tangan, bendera Amerika, dan api.
Anggota lain pun ikut menanggapi, termasuk “MAR” (Marco Rubio), yang menulis: “Kerja bagus, Pete, dan timmu!!”
Susie Wiles, Kepala Staf Trump, juga menulis: “Selamat untuk semua – terutama mereka yang berada di medan pertempuran dan CENTCOM! Sangat luar biasa. Tuhan memberkati.”
Kejadian ini menambah deretan kontroversi yang melibatkan pemerintahan Trump dan menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan serta tanggung jawab dalam menangani informasi militer rahasia. (The Guardian/Z-2)
Gubernur Bank Indonesia periode 2003-2008 Burhanuddin Abdullah mengatakan potensi pendapatan negara sebesar Rp300 triliun belum jelas keberadaannya.
Konsumen dapat menggunakan produk ini sendiri tanpa perlu memanggil tukang.
Selain itu, Iwan Bule mampu mensinergi antara Pertamina dan BUMN lain, utamanya di sektor energi, diharapkan akan semakin kuat.
Sebagai antisipasi keselamatan, Pertamina juga mengevakuasi warga Desa Tasikharjo yang berada di sekitar area kebocoran,
Langkah besar dalam meningkatkan efisiensi distribusi air melalui penggunaan teknologi terbaru untuk mendeteksi kebocoran.
Senat AS akhirnya meliloskan RUU One Big Beatiful Bill Act dengan suara tipis, setelah Wakil Presiden JD Vance turun tangan.
Wakil Presiden AS JD Vance dan Presiden FIFA Gianni Infantino ikut menyaksikan jalannya pertandingan.
Wakil Presiden AS JD Vance enggan menjawab soal lokasi uranium Iran yang diperkaya tinggi, menyusul klaim Trump fasilitas nuklir Iran telah "dihancurkan total".
PULUHAN ribu umat Katolik, pejabat tinggi, dan tokoh politik dari berbagai penjuru dunia dipastikan menghadiri misa pelantikan Paus Leo XIV di Lapangan Santo Petrus.
Wakil Presiden AS JD Vance menyebut Rusia menuntut terlalu banyak dalam negosiasi dengan Ukraina, menandakan frustrasi Washington terhadap pembicaraan damai.
Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, menyebut Paus Fransiskus sebagai teladan kasih dan kerendahan hati yang mampu menginspirasi jutaan orang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved