Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Anggota Senior Kabinet Trump Terlibat Kebocoran Keamanan Serius dalam Diskusi Serangan ke Yaman

Thalatie K Yani
25/3/2025 03:36
Anggota Senior Kabinet Trump Terlibat Kebocoran Keamanan Serius dalam Diskusi Serangan ke Yaman
Penyerangan ke Yemen(Media Sosial X)

ANGGOTA senior kabinet Donald Trump terlibat dalam kebocoran keamanan serius, saat membahas rencana militer rahasia terkait serangan terbaru AS terhadap kelompok bersenjata Houthi di Yaman.

Dalam kesalahan fatal, tokoh-tokoh kunci dalam pemerintahan Trump – termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Peter Hegseth, Senator Marco Rubio, serta Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard – menggunakan aplikasi perpesanan komersial Signal untuk berdiskusi. Parahnya, mereka juga tanpa sengaja memasukkan seorang jurnalis ternama ke dalam grup tersebut.

Signal tidak disetujui pemerintah AS untuk berbagi informasi sensitif.

Anggota lain dalam percakapan tersebut termasuk penasihat Trump Stephen Miller, Kepala Staf Trump Susie Wiles, serta utusan utama Trump, Steve Witkoff.

Kebocoran ini terungkap dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Senin oleh Jeffrey Goldberg, editor majalah The Atlantic. Goldberg menemukan dirinya dimasukkan ke dalam grup Signal bernama “Houthi PC Small Group” bersama dengan 18 anggota lainnya, termasuk pejabat kabinet Trump.

Dalam laporannya, Goldberg menyebut ia segera menghapus informasi sensitif dari akun Signal-nya, termasuk identitas seorang perwira senior CIA serta detail operasional yang sedang berlangsung.

Laporan ini dikonfirmasi Brian Hughes, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, yang mengatakan kepada The Atlantic, “Ini tampaknya merupakan rantai pesan yang autentik, dan kami sedang meninjau bagaimana sebuah nomor bisa dimasukkan ke dalam percakapan secara tidak sengaja.”

Hughes menambahkan, “Percakapan ini menunjukkan koordinasi kebijakan yang mendalam dan penuh pertimbangan antara pejabat senior. Keberhasilan operasi terhadap Houthi sejauh ini menunjukkan bahwa tidak ada ancaman terhadap pasukan atau keamanan nasional.”

Tantangan Kepercayaan dan Keamanan

Insiden ini kemungkinan akan semakin menimbulkan kekhawatiran mengenai kepercayaan terhadap pemerintahan Trump dalam menangani informasi intelijen, terutama dari sekutu-sekutu lama AS. Apalagi, Hegseth sempat membanggakan bahwa diskusi mereka memiliki “keamanan operasional 100%” (100 percent OPSEC), sementara seorang jurnalis ternama bisa membaca pesannya secara langsung.

Percakapan yang dilihat oleh Goldberg mencakup komentar dari Vance yang tampaknya tidak sepenuhnya yakin dengan urgensi serangan ke Yaman. Diskusi juga mencakup perdebatan mengenai harga yang seharusnya dibayar oleh Eropa dan negara lain atas perlindungan AS terhadap jalur pelayaran global yang krusial.

Para pakar keamanan di AS menggambarkan kebocoran ini sebagai kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya – baik karena penggunaan aplikasi chat komersial maupun karena keterlibatan seorang jurnalis dalam percakapan tersebut.

Di lingkungan militer AS, pejabat politik tertinggi dan dinas intelijen beroperasi di bawah aturan ketat terkait komunikasi informasi rahasia dan diskusi tentang keamanan operasional. Pelanggaran seperti ini bisa membahayakan nyawa dan hasil misi militer.

Meskipun Signal dikenal sebagai aplikasi perpesanan terenkripsi yang aman, kelemahannya terletak pada perangkat yang digunakan. Jika ponsel yang menginstal Signal rentan, maka percakapan di dalamnya juga berisiko bocor.

Reaksi Keras dari Anggota Kongres

Salah satu pihak yang sangat terkejut dengan insiden ini adalah Pat Ryan, anggota Kongres dari Partai Demokrat sekaligus veteran militer. Ryan, yang duduk di Komite Angkatan Bersenjata DPR, menggunakan istilah era Perang Dunia II FUBAR (fucked up beyond all recognition) untuk menggambarkan kekacauan ini.

“Jika Partai Republik di DPR tidak segera mengadakan sidang dengar pendapat tentang bagaimana ini bisa terjadi, saya akan mengadakannya sendiri,” ujar Ryan dengan geram.

Shane Harris, seorang jurnalis senior di bidang keamanan nasional yang sebelumnya bekerja di The Washington Post dan kini di The Atlantic, menulis di BlueSky: “Dalam 25 tahun saya meliput keamanan nasional, saya belum pernah melihat cerita seperti ini.”

Goldberg awalnya meragukan keaslian pesan-pesan dalam grup Signal tersebut dan mempertimbangkan kemungkinan adanya operasi disinformasi asing. Namun, ia akhirnya yakin bahwa pesan itu autentik, baik dari gaya bahasa yang digunakan maupun kesesuaian rencana yang didiskusikan dengan serangan nyata yang terjadi di Yaman.

Komentar Mengejutkan dari Pejabat Trump

Salah satu percakapan yang mencolok adalah pernyataan dari Vance dan Hegseth yang meremehkan Eropa. “Akun yang diidentifikasi sebagai ‘JD Vance’ mengirim pesan kepada @Pete Hegseth pada pukul 08:45: ‘Jika menurutmu kita harus melakukannya, ayo kita lakukan. Aku hanya muak membantu Eropa lagi,’” tulis Goldberg.

Hegseth membalas tiga menit kemudian:

“Wakil Presiden: Aku sepenuhnya setuju dengan kebencianmu terhadap mentalitas ‘nebeng’ Eropa. Ini MEMALUKAN. Tapi Mike benar, kita satu-satunya negara di planet ini (di pihak kita) yang bisa melakukan ini. Tidak ada yang mendekati kemampuan kita. Pertanyaannya adalah soal waktu. Aku merasa sekarang adalah waktu yang tepat, mengingat perintah presiden untuk membuka kembali jalur pelayaran. Aku pikir kita harus maju; tetapi presiden masih punya waktu 24 jam untuk membuat keputusan.”

Faktanya, sekitar 20 negara terlibat dalam misi melindungi jalur pelayaran dari serangan Houthi, termasuk kapal perang Inggris.

Saat Goldberg menyadari serangan ke Yaman benar-benar terjadi, ia kembali ke grup Signal tersebut. “Akun yang diidentifikasi sebagai ‘Michael Waltz’ [Penasihat Keamanan Nasional AS] memberikan pembaruan kepada grup. Saya tidak akan mengutip secara langsung isi pesannya, kecuali mencatat bahwa dia menggambarkan operasi ini sebagai ‘pekerjaan luar biasa.’”

Beberapa menit kemudian, seorang anggota lain dalam grup menulis: “Awal yang bagus.”

Tak lama setelah itu, Waltz merespons dengan tiga emoji: kepalan tangan, bendera Amerika, dan api.

Anggota lain pun ikut menanggapi, termasuk “MAR” (Marco Rubio), yang menulis: “Kerja bagus, Pete, dan timmu!!”

Susie Wiles, Kepala Staf Trump, juga menulis: “Selamat untuk semua – terutama mereka yang berada di medan pertempuran dan CENTCOM! Sangat luar biasa. Tuhan memberkati.”

Kejadian ini menambah deretan kontroversi yang melibatkan pemerintahan Trump dan menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan serta tanggung jawab dalam menangani informasi militer rahasia. (The Guardian/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya