Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Demonstrasi “Tesla Takedown” Meluas: Protes terhadap Elon Musk dan Kebijakan Pemangkasan Pemerintah

Thalatie K Yani
23/3/2025 08:00
Demonstrasi “Tesla Takedown” Meluas: Protes terhadap Elon Musk dan Kebijakan Pemangkasan Pemerintah
Gerakan “Tesla Takedown” memasuki pekan kelima dengan demonstrasi di hampir 90 showroom Tesla di seluruh AS.(Media Sosial X)

PERAN Elon Musk dalam memangkas jumlah pegawai dan anggaran pemerintah federal sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah terus menuai kritik. Hampir 90 showroom Tesla di seluruh Amerika Serikat akan menjadi sasaran demonstrasi dalam pekan kelima gerakan “Tesla Takedown.”

Menurut situs web Tesla Takedown, aksi ini bertujuan mendorong masyarakat untuk “menjual Tesla mereka” dan “melepas saham mereka” sebagai bentuk protes terhadap Musk, yang memiliki kepemilikan saham besar di perusahaan mobil listrik tersebut.

Gerakan Tesla Takedown diprakarsai aktor dan pembuat film Hollywood Alex Winter serta Joan Donovan, seorang asisten profesor jurnalisme dan studi media di Universitas Boston. Kini, gerakan ini memiliki penyelenggara lokal di sekitar 28 negara bagian serta Washington, DC. Showroom Tesla pun mulai dipadati demonstran yang membawa spanduk bertuliskan “Klakson jika kamu benci Elon” dan “Jual swasticar-mu.”

Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) terus melakukan upaya besar-besaran untuk membongkar atau merombak lembaga-lembaga federal. Pada Senin lalu, departemen ini mencoba menutup United States Institute of Peace, sebuah lembaga independen nirlaba. Sementara itu, CNN melaporkan pada 13 Maret  DOGE mengusulkan pemangkasan 20% staf di Internal Revenue Service (IRS) sebelum 15 Mei.

“Tidak ada aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh DOGE,” kata Donovan kepada CNN. “Hal itu tercermin dalam beragamnya orang-orang yang datang ke aksi protes ini.”

Sebuah demonstrasi yang dimulai sekitar pukul 11.00 ET di luar showroom Tesla di Rockville, Maryland, menarik lebih dari 400 orang—jumlah yang serupa dengan pekan lalu tetapi meningkat tajam sejak awal kampanye, menurut para demonstran yang berbicara kepada CNN.

Salah satu demonstran di Rockville adalah Karen Metchis, seorang mantan pegawai Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) berusia 72 tahun. Kepada CNN, Metchis mengatakan demonstrasi kali ini jauh lebih besar dibandingkan aksi pertama yang ia hadiri di Rockville. Ia menegaskan aksi ini penting meskipun mungkin tidak berdampak langsung pada Musk dan Presiden Donald Trump.

“Aksi ini memberi tahu masyarakat bahwa mereka tidak sendirian dalam perasaan mereka, dan semoga dapat membangun gerakan besar yang membuat pemerintahan Trump tidak bisa lagi melanjutkan kebijakan mereka,” katanya.

Mike Murray, seorang pekerja di bidang hubungan masyarakat, mengatakan ini adalah pertama kalinya ia menghadiri demonstrasi di showroom Tesla. Ia menyebut aksi ini sebagai contoh dari “semangat Amerika yang bekerja.”

Sementara itu, Glenn Popson, seorang pekerja sektor teknologi berusia 54 tahun, berpendapat semakin banyak pemilik Tesla yang menjual mobil mereka serta pemegang saham yang melepas saham Tesla akan membantu meyakinkan Musk bahwa hak-hak warga Amerika harus dilindungi.

Musk, orang terkaya di dunia, memiliki sekitar 411 juta saham Tesla atau sekitar 13% kepemilikan di perusahaan tersebut. Dalam pertemuan dengan karyawan yang disiarkan melalui platform media sosialnya, X, pada Kamis lalu, Musk meminta mereka untuk “tetap mempertahankan saham mereka.”

Saham Tesla (TSLA) mencapai puncaknya di angka US$479,86 pada 17 Desember, tetapi sejak itu mengalami penurunan 48%, ditutup di angka US$248,71 pada Jumat.

Dari 1 hingga 16 Maret, kendaraan Tesla keluaran tahun 2017 atau yang lebih baru menyumbang 1,4% dari total mobil yang ditukar di dealer—lebih dari tiga kali lipat dibandingkan angka 0,4% pada Maret 2024, menurut data dari situs otomotif Edmunds.

“Itu menunjukkan bahwa kita berhasil membuatnya terganggu,” kata Popson. (CNN/Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya