Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ELON Musk menuai kontroversi, setelah memberikan gestur satu tangan selama pidatonya dalam perayaan pelantikan Donald Trump.
Dalam pidatonya, Musk berterima kasih kepada hadirin atas kontribusi mereka dengan mengatakan, “Kalian yang membuat ini terjadi,” sebelum meletakkan tangan kanannya di dada dan kemudian mengayunkan tangan yang sama lurus ke depan. Ia kemudian berbalik dan mengulangi gerakan tersebut kepada audiens di belakangnya.
Banyak pengguna platform X, yang dimiliki Musk, membandingkan gerakan tersebut dengan salam Nazi.
Sebagai tanggapan, Musk menulis di X: “Terus terang, mereka membutuhkan trik kotor yang lebih baik. Serangan ‘semua orang adalah Hitler’ ini sudah sangat basi.”
Musk, orang terkaya di dunia dan sekutu dekat Presiden Trump, menyampaikan pidatonya di Capital One Arena, Washington DC, saat ia melakukan gestur tersebut.
“Hati saya untuk kalian semua. Berkat kalian, masa depan peradaban telah terjamin,” kata pria berusia 53 tahun itu setelah memberikan salam satu tangan yang kedua.
Tindakan ini langsung menuai reaksi keras di media sosial. Claire Aubin, seorang sejarawan yang berspesialisasi dalam Nazisme di Amerika Serikat, mengatakan gestur Musk adalah sebuah “sieg heil,” atau salam Nazi.
“Pendapat profesional saya adalah kalian benar, kalian harus percaya pada apa yang kalian lihat,” tulisnya di X, menanggapi mereka yang meyakini bahwa gestur tersebut merupakan referensi langsung ke Nazisme.
Ruth Ben-Ghiat, seorang profesor sejarah di Universitas New York, menambahkan, “Sebagai sejarawan fasisme, saya mengonfirmasi itu adalah salam Nazi, dan itu sangat agresif.”
Andrea Stroppa, seorang rekan dekat Musk yang pernah menghubungkannya dengan Perdana Menteri Italia yang berhaluan kanan ekstrem, Giorgia Meloni, dilaporkan oleh media Italia telah memposting klip gestur Musk dengan keterangan: “Kekaisaran Romawi kembali dimulai dari salam Romawi.”
Salam Romawi secara luas digunakan di Italia oleh Partai Fasis Benito Mussolini, sebelum diadopsi oleh Adolf Hitler di Jerman.
Namun, Stroppa kemudian menghapus unggahan tersebut. Dalam pernyataan berikutnya, ia menjelaskan “gestur tersebut, yang disalahartikan oleh sebagian orang sebagai salam Nazi, hanyalah cara Elon, yang memiliki autisme, mengekspresikan perasaannya dengan berkata, ‘Saya ingin memberikan hati saya kepada kalian.’”
“Hal itu persis seperti yang ia sampaikan melalui mikrofon. ELON TIDAK SUKA EKSTREMIS!” tambah Stroppa.
Gestur tersebut muncul saat pandangan politik Musk semakin condong ke kanan. Ia baru-baru ini membuat pernyataan yang mendukung partai sayap kanan Jerman AfD dan partai anti-imigrasi Inggris Reform UK.
Ketika ditanya di Forum Ekonomi Dunia di Davos tentang perbandingan gestur tersebut dengan salam Nazi, yang dilarang di Jerman, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, “Kami memiliki kebebasan berbicara di Eropa dan di Jerman. Namun, apa yang tidak kami terima adalah jika ini mendukung posisi ekstrem kanan. Hal ini ingin saya tegaskan kembali.”
Namun, beberapa pihak membela Musk, termasuk Liga Anti-Pencemaran (Anti-Defamation League), sebuah organisasi yang didirikan untuk memerangi anti-Semitisme.
“Tampaknya Elon Musk membuat gerakan canggung dalam momen penuh antusiasme, bukan salam Nazi,” tulis organisasi tersebut di X.
Musk kini menjadi salah satu sekutu terdekat Trump dan ditunjuk untuk memimpin bersama apa yang disebut presiden sebagai Departemen Efisiensi Pemerintah. (BBC/Z-3)
Ketua Pusat Peringatan Holocaust Dunia, Dani Dayan, menuduh Elon Musk menghina korban Nazisme.
Belanda telah merilis secara online daftar 425.000 orang yang diduga berkolaborasi dengan Nazi selama Perang Dunia II.
PEMERINTAH Nikaragua memutus hubungan diplomatik dengan negara pelaku genosida, Israel.
Pada 1939, Albert Einstein dan Leo Szilard menulis surat kepada Presiden Franklin D. Roosevelt yang memperingatkan potensi bahaya pengembangan senjata nuklir oleh Nazi Jerman.
Bunker St. Pauli di Hamburg, Jerman, yang dibangun menggunakan tenaga kerja paksa selama rezim Nazi, kini mengalami transformasi mengejutkan menjadi destinasi modern.
Kedua kepala negara juga sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama. Selain itu, mereka menyempatkan untuk saling bertukar kabar.
Duta besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan serangan ke Iran sebagai langkah bela diri.
Operasi penangkapan massal yang dilakukan pemerintahan Trump juga telah menciptakan rasa takut di tengah komunitas imigran.
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan bahwa sudah ada 58 warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak operasi penindakan imigran di Amerika Serikat hingga saat ini.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved