Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
NASA mencetak sejarah baru dengan peluncuran Parker Solar Probe, wahana antariksa yang berhasil terbang sangat dekat dengan Matahari, mencapai jarak hanya 3,8 juta mil (6,1 juta kilometer) dari permukaannya.
Ini adalah pencapaian bersejarah dalam eksplorasi antariksa, memberikan wawasan baru tentang Matahari dan dampaknya terhadap tata surya.
Dilansir dari laman resmi NASA, peristiwa ini terjadi pada 24 Desember 2024. Setelah beberapa hari kehilangan komunikasi akibat panas ekstrem, tim NASA akhirnya menerima sinyal bahwa Parker Solar Probe dalam kondisi aman dan berfungsi normal.
“Momen ini sangat monumental. Dengan mempelajari Matahari dari jarak sedekat ini, kita bisa memahami lebih baik pengaruhnya pada tata surya, termasuk dampaknya terhadap teknologi di Bumi dan luar angkasa,” kata Nicky Fox, Direktur Misi Sains NASA di Washington.
Selain jarak terdekat, Parker Solar Probe mencatat rekor sebagai objek buatan manusia tercepat dengan kecepatan 430.000 mil per jam (700.000 km/jam). Kecepatan luar biasa ini diperlukan untuk mendekati Matahari tanpa terjebak oleh gravitasi atau panas ekstrem.
Diluncurkan pada 2018, wahana ini menggunakan tujuh lintasan dekat Venus untuk mempercepat dan mengarahkan orbitnya menuju Matahari. Strategi ini memungkinkan Parker Solar Probe mendekati Matahari setiap tiga bulan, mengumpulkan data ilmiah yang belum pernah ada sebelumnya.
“Parker Solar Probe menghadapi lingkungan ekstrem yang belum pernah dihadapi wahana lain, dan hasilnya melampaui ekspektasi,” ujar Nour Rawafi, ilmuwan proyek di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins.
Korona Matahari, bagian terluar dari atmosfer Matahari, memiliki suhu hingga lebih dari 1 juta derajat Fahrenheit. Namun, Parker Solar Probe dirancang khusus dengan pelindung karbon yang mampu menahan suhu hingga 2.600 derajat Fahrenheit, menjaga instrumen di dalamnya tetap dingin seperti suhu ruangan.
“Proyek ini merupakan pencapaian teknologi yang telah dirancang selama puluhan tahun,” kata John Wirzburger, insinyur sistem dari Johns Hopkins.
Parker Solar Probe tidak hanya mendekati Matahari, tetapi juga memberikan data revolusioner tentang fenomena korona dan angin matahari. Para ilmuwan menemukan bahwa korona memiliki struktur berkerut, berbeda dari prediksi awal. Wahana ini juga berhasil melacak pola zig-zag angin matahari yang berasal dari fotosfer.
“Data ini memberikan perspektif baru. Parker Solar Probe benar-benar merevolusi cara kita memahami Matahari,” kata Kelly Korreck, ilmuwan NASA.
Parker Solar Probe akan melanjutkan misinya, dengan lintasan mendatang dijadwalkan pada 22 Maret 2025 dan 19 Juni 2025. Setiap lintasan dirancang untuk memperdalam pemahaman tentang berbagai proses di Matahari dan dampaknya terhadap tata surya.
Data terbaru dari lintasan terakhir sedang diunduh dan dianalisis oleh para ilmuwan untuk mengungkap wawasan baru tentang lingkungan antariksa.
“Informasi ini akan membuka jalan bagi eksplorasi manusia yang lebih jauh di luar angkasa,” ujar Joe Westlake, Direktur Divisi Heliofisika NASA.
Misi Parker Solar Probe diharapkan tidak hanya memperluas pengetahuan tentang Matahari tetapi juga memperkaya pemahaman manusia tentang alam semesta. (Science NASA, BBC News/Z-10)
Wahana antariksa Kosmos 482 milik Uni Soviet yang gagal mencapai Venus diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam beberapa hari, dengan kemungkinan tetap utuh.
Selama lebih dari lima dekade, manusia telah mengirimkan berbagai wahana ke luar angkasa, dimulai dengan peluncuran Pioneer 10 pada tahun 1972.
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Penelitian terbaru NASA menunjukkan permukaan Bulan dapat menghasilkan dan mengisi ulang molekul air melalui bantuan angin matahari, yang membawa ion hidrogen bermuatan positif.
Meskipun Matahari jelas menjadi pusat dari Tata Surya, pemahaman terbaru tentang gerak planet menunjukkan hal yang menarik: ternyata, Bumi tidak benar-benar mengelilingi Matahari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved