Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jimmy Carter: Dari Ladang Kacang hingga Panggung Nobel Perdamaian

Nur Amalina
30/12/2024 10:23
Jimmy Carter: Dari Ladang Kacang hingga Panggung Nobel Perdamaian
Jimmy Carter, presiden ke-39 Amerika Serikat, meninggal dunia pada usia 100 tahun, meninggalkan warisan sebagai pemimpin yang berdedikasi pada kemanusiaan dan keadilan sosial. (cartercenter)

JIMMY Carter berpulang pada usia 100 tahun. Sebuah kisah epik tentang perjalanan dari ladang kacang tanah di Georgia menuju panggung global. 

Sebagai presiden ke-39 Amerika Serikat, ia mendobrak berbagai norma, meninggalkan warisan unik dalam sejarah politik dan kemanusiaan.

Dari Petani Hingga Pemimpin

Lahir pada 1 Oktober 1924 di Plains, Georgia, James Earl Carter Jr. adalah anak tertua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang petani yang percaya pada segregasi, sementara ibunya, Lillian, adalah seorang perawat yang dikenal dengan empatinya. Masa kecil Carter yang keras di era Depresi Besar membentuk karakter dan pandangan hidupnya yang teguh.

Setelah lulus dari Akademi Angkatan Laut AS, Carter menikahi Rosalynn, sahabat adik perempuannya, dan menjalani kehidupan sebagai perwira kapal selam. Namun, ketika ayahnya meninggal pada tahun 1953, ia kembali ke Georgia untuk menyelamatkan ladang kacang keluarganya yang nyaris bangkrut. 

Meski panen pertamanya gagal akibat kekeringan, kerja kerasnya membuahkan hasil. Carter mengubah bisnis itu menjadi usaha yang sukses, sekaligus membangun reputasi sebagai pemimpin lokal yang andal.

Ketika Amerika Serikat dilanda pergolakan hak-hak sipil, Carter tampil dengan sikap yang mencerminkan keyakinannya. Sebagai gubernur Georgia, ia dengan lantang menyatakan diskriminasi rasial harus berakhir. Ia menunjuk orang kulit hitam ke posisi-posisi penting dan memasang foto Martin Luther King di gedung DPR negara bagian, meskipun hal ini menuai protes dari Ku Klux Klan.

Sebagai presiden, ia memulai kepemimpinannya dengan langkah mengejutkan memberikan amnesti kepada para penghindar wajib militer Vietnam. Langkah ini, meski kontroversial, mencerminkan komitmennya terhadap rekonsiliasi. 

Di bidang lingkungan, Carter menjadi pelopor. Ia adalah presiden pertama yang serius menanggapi perubahan iklim, memasang panel surya di Gedung Putih, dan meloloskan undang-undang pelestarian lahan di Alaska.

Kepemimpinan Carter diwarnai pencapaian besar dan krisis monumental. Salah satu warisannya yang paling dikenang adalah keberhasilannya menengahi perjanjian Camp David pada tahun 1978, yang membawa perdamaian antara Mesir dan Israel. Namun, ia juga menghadapi ujian berat, seperti krisis sandera Iran dan invasi Soviet ke Afghanistan. Misi penyelamatan sandera yang gagal di Iran menjadi titik balik yang meruntuhkan popularitasnya.

Kehidupan Setelah Kepresidenan

Setelah kalah dari Ronald Reagan dalam pemilu 1980, Carter menghabiskan hidupnya untuk kemanusiaan. Melalui Carter Center, ia memerangi penyakit, memperjuangkan demokrasi, dan menyelesaikan konflik global. Pada 2002, ia dianugerahi Nobel Perdamaian atas dedikasinya di luar panggung politik.

Bersama istrinya, Rosalynn, Carter juga aktif di Habitat for Humanity, membangun ribuan rumah untuk mereka yang membutuhkan. Bahkan di usia senja, ia tetap mengajar sekolah Minggu di gereja kecil di kampung halamannya, menjadikan hidupnya sebagai teladan.

Carter memilih gaya hidup sederhana, menolak keuntungan finansial dari masa jabatannya. Rumahnya di Plains, senilai US$167.000, jauh dari kemewahan, mencerminkan komitmennya terhadap nilai-nilai kesederhanaan dan pelayanan.

Meskipun ia hanya menjabat satu periode, warisan Jimmy Carter jauh melampaui Gedung Putih. Ia adalah simbol integritas, dedikasi, dan iman yang diterapkan dalam pelayanan publik. Sebuah perjalanan yang dimulai dari ladang kacang tanah telah meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah manusia. (BBC/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya