Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENDUDUK desa yang menyaksikan kecelakaan pesawat penumpang yang membawa 181 orang dan meledak saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, secara serempak menyatakan, "Para penumpang melihat api keluar dari mesin kanan di sayap pesawat, dan saat itulah kecelakaan terjadi."
Pada tanggal 29, Tuan A, pria berusia 60-an yang memiliki restoran di Desa Topmeori, Mangun-myeon, Muan-gun, sedang memeriksa oli mesin mobilnya bersama putranya yang berusia 20-an di halaman rumah ketika menyaksikan kejadian tersebut.
Tuan A mengatakan, "Saya sedang memeriksa mobil ketika mendengar suara 'bang, bang' dari belakang rumah. Saya pikir seseorang menyalakan kembang api di pantai, tetapi ketika saya menoleh, saya melihat pesawat penumpang di udara."
Dia mengenang, "Ada percikan api dari mesin kanan. Pesawat menurunkan ketinggian di sepanjang landasan, gagal mendarat, dan kemudian terbang lagi. Saya pikir pesawat tidak bisa mendarat di Bandara Muan dan harus mendarat darurat di Bandara Gwangju."
Setelah melihat pesawat lepas landas lagi, Tuan A dan putranya naik ke atap restoran untuk mengamati situasi. Mereka mengatakan pesawat, yang diduga menuju Gwangju, berputar membentuk angka 8 sebelum mencoba mendarat lagi.
Putra Tuan A menjelaskan, "Saat mencoba mendarat pertama kali, saya berpikir, 'Pesawat ini tidak akan bisa mendarat pada ketinggian itu.' Pesawat kemudian terbang lagi, berputar membentuk angka 8, dan mencoba mendarat kembali."
Ia melanjutkan, "Pada percobaan pendaratan kedua, saya pikir pesawat akan mendarat di landasan, tetapi pesawat tidak bisa memperlambat dan terus melaju dengan kecepatan tinggi. Saya pikir remnya rusak."
Dia menambahkan, "Bagian depan pesawat kembali terangkat saat melaju di landasan. Saya pikir pesawat tidak akan lepas landas lagi, tetapi tiba-tiba muncul api besar. Setelah itu, terdengar suara 'bang' seperti ledakan. Rasanya masih menakutkan."
Warga Mangun-myeon lainnya, Tuan B, yang berusia 40-an, mengatakan, "Saya merasa cemas karena pesawat tampak akan melewati rumah-rumah di dekatnya setelah gagal mendarat pertama kali. Saya pikir percobaan kedua akan berhasil, tetapi pesawat menabrak dinding dan meledak," ujarnya sambil menenangkan diri.
Tuan C, yang mengelola penginapan di dekat landasan Bandara Muan di Mangun-myeon, tempat kecelakaan terjadi, mengatakan, "Saya mendengar suara 'bang' di landasan bandara. Sebelumnya pernah terjadi kecelakaan pesawat kecil, jadi saya pikir itu pesawat kecil yang jatuh." Dia menambahkan, "Saya sangat terkejut saat berlari memeriksa dan melihat pesawat penumpang terbakar dengan hanya bagian ekor yang tersisa."
Pada 29 Desember, pukul 09:07 pagi, penerbangan Jeju Air 7C2216 dari Bangkok, Thailand menuju Muan-gun, Mangun-myeon, Muan-gun, Jeollanam-do, keluar dari landasan saat mendarat dan menabrak dinding luar bandara.
Pesawat tersebut membawa 175 penumpang dan 6 kru. Dilaporkan bahwa sebagian besar penumpang, kecuali dua warga negara Thailand, adalah warga Korea.
Belum ada laporan korban jiwa secara spesifik, tetapi diperkirakan sekitar 30 orang meninggal. Dua orang yang selamat dievakuasi dan sedang dirawat di rumah sakit umum terdekat dengan luka ringan dan berat. (Newsis/Z-3)
Jumlah korban tewas akibat kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, telah meningkat menjadi 62 orang.
Dalam video yang beredar, pesawat tersebut meledak usai menabrak pagar setelah keluar dari landasan pacu di Bandara Internasional Maun, Korea Selatan.
Pihak berwenang Korea Selatan mengungkapkan kotak hitam pesawat Jeju Air berhenti merekam sekitar 2 kilometer sebelum pesawat mendekati landasan pacu.
Kotak hitam pesawat Jeju Air yang terlibat dalam kecelakaan fatal pada 29 Desember lalu tidak merekam data selama empat menit terakhir sebelum ledakan.
Asosiasi Penerbangan Jerman (BDL) mencatat, di sepanjang 2024, ada 334 korban tewas di seluruh dunia akibat kecelakaan penerbangan sipil.
Tragedi udara paling fatal di tahun 2024 terjadi pada 29 Desember, ketika pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai Korea Selatan, Jeju Air.
SEORANG pilot dengan pengalaman tujuh tahun di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, mengungkapkan kesaksian soal kondisi bandara yang menjadi lokasi kecelakaan pesawat Jeju Air.
POLISI Korea Selatan telah membentuk tim investigasi nasional, untuk menanggapi secara tegas postingan jahat yang menargetkan korban kecelakaan pesawat Jeju Air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved