Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEKELOMPOK anak sekolah dan mahasiswa menemukan sebuah pulau Rusia di Arktik baru-baru ini menghilang. Penemuan ini setelah mereka membandingkan gambar satelit dari area tersebut untuk sebuah proyek pendidikan.
Pulau Mesyatsev dulunya adalah lapisan es dan kerikil yang terletak di lepas pantai Pulau Eva-Liv yang lebih besar di Kepulauan Franz Josef, sebuah kepulauan Rusia dengan lebih dari 190 pulau di Samudra Arktik. Pulau kecil ini, yang pada dasarnya hanyalah sebuah gunung es, dulunya merupakan tanjung es yang menempel pada tetangganya yang lebih besar, tetapi kemungkinan terpisah sebelum tahun 1985, menurut sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan di Geosciences.
Pada 2010, Pulau Mesyatsev memiliki luas sekitar 1,1 juta meter persegi. Namun, ketika kelompok anak muda tersebut menilai foto satelit baru yang diambil pada 12 Agustus tahun ini, mereka menemukan pulau itu hanya memiliki luas sekitar 30.000 meter persegi, yang lebih dari 99,7% lebih kecil dibandingkan 14 tahun lalu.
Pada 3 September, gambar terbaru mengungkapkan pulau tersebut benar-benar lenyap, menurut pernyataan dari Russian Geographical Society yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris. Para siswa membandingkan foto satelit ini sebagai bagian dari proyek RISKSAT yang dikelola Moscow Aviation Institute.
Kemungkinan penyebab hilangnya pulau tersebut adalah suhu yang meningkat akibat perubahan iklim buatan manusia, kata Alexey Kucheiko, seorang peneliti di Moscow Aviation Institute yang mengoordinasikan proyek RISKSAT, dalam pernyataannya. "Pulau itu telah benar-benar mencair," katanya.
Pulau Mesyatsev telah mencair sejak pertama kali terpisah dari Pulau Eva-Liv, tetapi laju pencairannya meningkat selama dekade terakhir. Pada 2015, pulau tersebut hanya berukuran sekitar 530.000 meter persegi — kurang dari setengah ukuran totalnya pada 2010. Pada 2022, pulau itu menjadi begitu kecil sehingga para peneliti berhenti memantaunya karena mengira pulau itu akan segera hilang.
Oleh karena itu, mereka terkejut melihat bahwa sisa-sisa pulau tersebut masih terlihat dalam gambar satelit pertama yang diamati para siswa pada Agustus tahun ini.
Para peneliti awalnya berhenti melacak Pulau Mesyatsev karena peningkatan tajam dalam laju pencairannya, yang dipicu penggelapan permukaan es pulau tersebut pada 2021. Penggelapan ini kemungkinan disebabkan oleh lapisan debu yang tertiup angin ke pulau atau dilepaskan dari es yang mencair. Hal ini menyebabkan es mulai menyerap lebih banyak radiasi matahari, menurut Russian Geographical Society.
Para peneliti tidak yakin mengapa pulau tersebut bertahan lebih lama dari yang diperkirakan. Para ahli sebelumnya memperkirakan lapisan debu pulau tersebut bisa terhapus ombak atau air hujan, yang mungkin menjelaskan mengapa pencairannya melambat.
Ketika Pulau Mesyatsev masih terhubung dengan Pulau Eva-Liv, pulau itu merupakan tempat bersarang penting bagi walrus. Namun, hewan-hewan tersebut harus mencari tempat baru untuk berkumpul selama musim kawin setelah massa es tersebut terpisah, kata Yevgeny Yermolov, kepala departemen pelestarian warisan sejarah dan budaya dari Taman Nasional Arktik Rusia, kepada situs berita TASS.
Para ahli percaya bekas tanjung Mesyatsev ditinggalkan oleh gletser yang menutupi sebagian besar Pulau Eva-Liv di masa lalu, mungkin ketika pulau yang lebih besar tersebut masih terhubung dengan daratan lain, tambah Yermolov. (Space/Z-3)
Studi ungkap letusan vulkanik Franklin dan pelapukan batuan cepat 720 juta tahun lalu memicu peristiwa Snowball Earth yang membekukan seluruh planet.
Tahun 2023 catat gelombang panas laut terbesar dan terlama. Fenomena ini rusak ekosistem, ganggu perikanan, dan jadi sinyal titik balik iklim.
Penelitian ungkap lahan gambut Amazon Peru berubah dari penyerap karbon menjadi netral karbon akibat cahaya berlebih dan penurunan muka air.
ICJ mengeluarkan putusan bagi negara-negara untuk saling menggugat terkait perubahan iklim.
Indonesia menghadapi ancaman krisis planetari, termasuk perubahan iklim, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
INDONESIA memperkuat posisinya menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 yang ditegaskan dalam Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved