Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Hubungan Bilateral ASEAN-Tiongkok Jadi Kunci Stabilitas Regional

Syarief Oebaidillah
18/8/2024 23:05
Hubungan Bilateral ASEAN-Tiongkok Jadi Kunci Stabilitas Regional
hubungan ASEAN-Tiongkok yang kokoh jadi kunci stabilitas regional(Dok)

KOTA Changzhi yang terletak di sisi tenggara provinsi Shanxi adalah salah satu tempat kelahiran peradaban Tiongkok. Dalam sejarah kuno, Kaisar Dinasti Yan, Shennong memelopori praktek bertani di wilayah puncak gunung Taihang ini. Di tahun 2024, Changzhi menjadi tuan rumah acara Minggu ASEAN China yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Tahun Pertukaran Antar Masyarakat ASEAN-China 2024.

Sejarah inovatif Changzhi tersebut sangatlah relevan dengan tema acara kali ini, yaitu “Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-China: Mencapai Kesejahteraan melalui Inovasi”. Acara ini mempertemukan sekitar 300 peserta dari kalangan diplomat, pelaku bisnis, mahasiswa dan peneliti dari 10 negara anggota ASEAN dan China.

Melalui siaran pers hari ini, Sekretaris Jendral ASEAN-China Center (ACC), Shi Zhongjun menekankan pentingnya hubungan ASEAN-China yang kokoh sebagai kunci stabilitas regional di tengah ketidakmenentuan dan maraknya tantangan di panggung internasional.

Baca juga : Esa Group Gandeng Weigao Bangun Pabrik Benang Bedah

Perkembangan pesat hubungan ini tercermin di sektor perdagangan, di mana pada paruh pertama tahun 2024 volume perdagangan kedua pihak meningkat 10,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Di sektor investasi, investasi Tiongkok di ASEAN melonjak 44,6 persen dengan total investasi dua arah melampaui 380 miliar dolar AS.

Perkembangan turisme juga tidak lepas dari semakin eratnya hubungan kedua pihak. Sejumlah inisiatif telah didorong lebih lanjut, antara lain: memperkokoh konektivitas infrastruktur, kebijakan bebas visa, dan jadwal penerbangan langsung yang lebih banyak. Saat ini, jumlah penerbangan langsung antara Tiongkok dan ASEAN tercatat mencapai 2.300 penerbangan setiap minggu. Wisatawan dari China telah menjadi pengunjung terbanyak di Singapura, Thailand dan Vietnam. Acara Minggu ASEAN China kali ini diharapkan dapat terus mendongkrak kemajuan bersama ini secara berkesinambungan.

Di acara yang sama, “Platform Pelayanan Impor Ekspor ASEAN-China” juga diluncurkan untuk mendorong penguatan hubungan perdagangan dan ekonomi. Platform ini merupakan kerjasama ACC dengan Center for Promotion of Industrial Internet of Silk Road (CPIISR) yang menyediakan pelayanan multibahasa serta informasi yang tepat waktu, akurat dan efektif terkait penawaran dan pengadaan pemerintah, permintaan proyek serta pertukaran komoditas dari kedua pihak, dan sebagainya. Ke depannya, platform ini akan mengintegrasikan lebih banyak informasi, menawarkan pelayanan berbasis permintaan pasar dan mengoptimalkan pengalaman para pengguna.

Baca juga : Ini Dampak Resesi Tiongkok, Hong Kong, dan Eropa ke Indonesia

Promosi ASEAN dalam kesempatan ini bertempat di Pusat Pelayanan Budaya dan Turisme Tepi Danau Changzhi yang megah dan berfasilitas modern. Promosi tersebut mengambil beragam bentuk, seperti dialog tingkat tinggi untuk sektor perdagangan, investasi dan turisme, di mana para perwakilan negara terkait memperkenalkan kondisi terkini yang menarik bagi para wisatawan. Sejumlah pelajar Tiongkok juga hadir menampilkan tari-tarian asal Asia Tenggara dan China. Area pameran khusus disediakan pula untuk tampilan berbagai produk ekspor andalan dan daerah wisata terkemuka dari negara-negara ASEAN.

Dalam sambutannya, Deputy Chief of Mission KBRI Beijing Parulian George Andreas Silalahi mengajak Tiongkok untuk terus menerapkan the ‘ASEAN Way’, di mana elemen utamanya mencakup prinsip tidak campur tangan dalam urusan domestik masing-masing negara dan metode pengambilan keputusan yang non-konfrontatif dan berdasarkan konsensus terutama mengingat situasi internasional yang penuh tantangan.

“Tantangan pada masa yang akan datang sangat beragam, mulai dari penerapan ekonomi digital, perubahan teknolofi, masalah lingkungan dan lainnya. Diperlukan investasi jangka panjang di bidang pendidikan dan riset untuk saling memperdalam pengetahuan dan pemahaman,” ungkapnya.

Baca juga : Kompetisi Inovasi dan Kewirausahaan China-ASEAN Ke-2 Telah Dibuka

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jendral ASEAN Urusan Komunitas dan Korporasi, Nararya S. Soeprapto juga mengangkat pentingnya kolaborasi di bidang penelitian dan pengembangan, serta peningkatan konektivitas digital, pengukuhan praktik ekonomi berkelanjutan, dan pengembangan bakat kolektif masyarakat kedua pihak untuk tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi tinggi dan digital. “Di bawah Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital (DEFA), potensi ekonomi digital di kawasan akan berpotensi untuk berganda hingga dua triliun dolar AS pada tahun 2030.”

Manfaat langsung dari kerjasama dua pihak ini telah dapat dirasakan, dan mungkin lebih banyak oleh para pelaku bisnis, ketimbang masyarakat umum untuk saat ini. Nararya dalam wawancaranya dengan ANTARA merujuk pada betapa pentingnya berbagai bentuk pertukaran hubungan antar masyarakat dan bagaimana upaya saling mengenal budaya lebih dekat akan dapat semakin memperbesar manfaat tersebut.

Direktur Komunikasi dan Riset Strategis Gentala Institute, Christine Susanna Tjhin sebagai bagian dari delegasi menyambut baik rangkaian kegiatan ACC dalam memperkenalkan ASEAN ke pelbagai tempat di Tiongkok. Kunjungan ke Shanxi kali ini membuka kesempatan bagi interaksi yang lebih intensif antara ASEAN dan Shanxi mengingat keunikan dan potensi yang dimiliki oleh provinsi tersebut.

Baca juga : Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Jakarta Tunjukkan Tren Positif, Terbanyak dari Tiongkok

Selain keindahan dan kedalaman makna sejarah dari sejumlah tempat yang dikunjungi oleh delegasi kali ini, pemahaman yang terbangun dari peningkatan intensitas pertukaran antar masyarakat ini akan menjadi pilar penopang yang kokoh bagi penguatan hubungan ASEAN dan Tiongkok.

“Banyak yang bisa dipelajari oleh ASEAN di Shanxi,” menurut Christine. “Shanxi saat ini menjadi laboratorium transisi energi hiijau Tiongkok, di mana berbagai inovasi tengah didorong untuk bisa menopang pembangunan berkualitas tinggi di China. Banyak yang bisa dipelajari oleh negara-negara ASEAN dari bumi batubara ini, terutama dalam mendorong pembangunan hijau dan digital.”

Pertukaran antar generasi muda ASEAN dan Tiongkok juga menjadi perhatian kegiatan di Changzhi kali ini. Dalam wawancara ANTARA, kakak beradik pelajar Indonesia - Jazzlyn Jap dan Jusstin Jap yang menuntut ilmu di Universitas Tsinghua merefleksikan betapa pentingnya peran generasi muda dalam menopang hubungan ASEAN China. Mereka mengakui tanpa kegiatan seperti ini, mereka belum tentu bisa merasakan apa makna people-to-people relations yang sebenarnya.

Jap bersaudara aktif di Tshinghua University Student Association of China-ASEAN (THUCA) yang mempromosikan budaya-budaya ASEAN di kampus mereka - mulai dari festival air Songkran yang kerap diadakan di Thailand, Laos, Myanmar dan Vietnam, hingga kompetisi olah raga yang mensyaratkan setiap tim terdiri dari atlit dari negara ASEAN dan Tiongkok.

“Jadi pengalamam memang yang paling penting, baik atau buruk bisa kasih saya pengertian yang paling kuat, karena langsung dirasakan seperti apa people-to-people itu. Memang pengalaman adalah guru terbaik,” ungkap Jusstin. Kakak beradik ini berharap agar hubungan ASEAN-China akan senantiasa kuat serta tetap bangga dengan spesialisasi produk dan jasa negara masing-masing. ( RO)

I

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya