Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
HAMAS menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala baru biro politiknya. Ia menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas akibat serangan Israel di Teheran, Iran.
Penunjukan Sinwar diumumkan dalam pernyataan singkat Hamas pada Selasa (6/8) yang disiarkan di saluran media pemerintah Iran yang pro-Hamas. Sinwar, pemimpin militer Hamas yang dipandang sebagai dalang serangan 7 Oktober terhadap Israel, diyakini bersembunyi di serangkaian terowongan di bawah Gaza.
Dia pengambil keputusan utama kelompok tersebut di Gaza dan memegang kendali atas sekitar 120 sandera Israel yang masih dalam tahanan Hamas. Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, mantan pemimpin politik Hamas yang tewas dalam serangan bom pekan lalu yang menurut para pejabat Hamas dan Iran dilakukan oleh Israel.
Baca juga : Ismail Haniyeh Dibunuh, AS Percaya Gencatan Senjata Gaza Terwujud
Pembunuhan itu terjadi saat pelantikan presiden baru Iran dan semakin menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih besar yang melibatkan Iran, Hizbullah di Libanon, dan Hamas di Gaza. Iran berjanji akan membalas serangan Israel atas wilayahnya.
Haniyeh ialah tokoh penting lain dalam pembicaraan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata dan dipandang sebagai perantara antara Israel dan Sinwar.
Haniyeh memiliki kendali langsung atas militan Hamas di Jalur Gaza dan dipandang sebagai sosok yang relatif moderat. Ia mengarahkan delegasi Hamas dalam pembicaraan yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera dan tahanan.
Baca juga : Gencatan Senjata Gaza Terancam akibat Kematian Ismail Haniyeh
Sinwar ialah anggota pendiri Hamas dan dipandang sebagai tokoh kelompok yang paling kuat. Sebagai mantan kepala badan intelijen kelompok tersebut, Sinwar menghabiskan 23 tahun di penjara Israel dan menjalani empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase.
Sinwar dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran ketika Israel melepas 1.000 tahanan pada 2011 dengan imbalan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditangkap lima tahun sebelumnya oleh Hamas. Sinwar dengan cepat kembali ke militansi dan mengatakan dia telah menyimpulkan bahwa menangkap tentara Israel ialah kunci untuk membebaskan tahanan dari Israel.
Langkah ini akan semakin mengonsolidasi kelompok di bawah Sinwar. Pengangkatannya sebagai pemimpin sayap politik Hamas akan meningkatkan keraguan lebih lanjut tentang potensi tercapainya kesepakatan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Sinwar diyakini melancarkan serangan 7 Oktober dari Gaza tanpa memberi tahu para pemimpin politik yang bermarkas di bawah Haniyeh di Qatar.
Baca juga : Wapres: Ismail Haniyeh Pejuang Kemerdekaan Palestina
"Dalam memilih Sinwar untuk memimpin Hamas, organisasi tersebut mengesampingkan perbedaan antara pemimpin eksternal dan internal dan ilusi moderasi apa pun yang ada untuk mengungkapkan wajah aslinya," tulis Aaron David Miller, peneliti senior di Carnegie Endowment.
Israel mengklaim pihaknya membunuh komandan militer Hamas, Mohammed Deif, dalam serangan pada Juli lalu, di antara sejumlah pembunuhan terhadap anggota penting kepemimpinan Hamas. Pemimpin politik penting lain, Saleh al-Arouri, terbunuh pada Januari lalu.
Kebijakan membunuh para pemimpin tinggi Hamas, termasuk mereka yang berasal dari sayap politik yang lebih moderat, menyebabkan meningkatnya ketegangan antara presiden AS, Joe Biden, dan perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Baca juga : Muhammadiyah Imbau Dunia Kutuk Israel Bunuh Ismail Haniyeh
Pekan lalu, Biden mengatakan kepada Netanyahu melalui panggilan telepon bahwa PM Israel sengaja menyabotase upaya untuk mencapai gencatan senjata, menurut New York Times dan media lain AS.
Netanyahu berargumen bahwa pembunuhan di Teheran untuk sementara akan menunda perundingan, tetapi pada akhirnya akan mengarah pada gencatan senjata yang lebih cepat dengan memberikan tekanan pada Hamas.
"Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar dan itu di samping Mohammed Deif dan teroris 7 Oktober lain. Itulah satu-satunya tempat yang kami persiapkan dan rencanakan untuknya," sebut juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari kepada televisi Al-Arabiya milik Saudi memberikan reaksi terhadap penunjukan Sinwar.
Berbicara kepada televisi Al Jazeera setelah pengumuman tersebut, juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan Sinwar akan melanjutkan negosiasi gencatan senjata. "Masalah dalam negosiasi bukanlah perubahan di Hamas," katanya sambil menyalahkan Israel dan sekutunya AS atas kegagalan mencapai kesepakatan. (theguardian/Z-2)
Khamenei pernah mengharamkan pembuatan bom atom. Namun, setelah saling balas serangan Israel-Iran pada April silam, para elite mulai membicarakan 'perlunya' Iran membuat bom nuklir.
Dalam aksinya, massa menggelar shalat gaib atas meninggalnya pemimpin Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Dipandang sebagai seorang pragmatis, Haniyeh telah memimpin biro politik Hamas sejak 2017, meski tinggal di pengangsian, di Turki dan Qatar.
Haniyeh memperbarui Raisi tentang situasi di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan menggambarkan konsekuensi pertempuran dengan Israel pada Mei lalu.
Pemimpin Hamas itu berterima kasih kepada Iran atas peran pentingnya dalam mendukung perlawanan Palestina.
Selain Abbas dan Haniyeh, Tebboune pada Selasa menjadi tuan rumah bagi beberapa pejabat asing.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Orang Yahudi pada periode Romawi itu dianggap tidak tinggal di pertanian di luar desa atau kota.
Pemain Israel-Arab itu didatangkan Al-Nasr dari klub Tiongkok Guangzhou R & F seharga 2,5 juta euro.
Kerja sama tersebut menjadi kesepakatan pertama yang dilakukan antara negara Arab dan negara Yahudi.
Bagi Skotlandia, dua kekalahan beruntun membuat mereka tersingkir dari puncak klasemen Grup B2 disalip Rep Ceko yang menang 2-0 atas Slovakia.
Seorang anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Nahyan, menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$92 juta pada Senin dengan pemilik klub, Moshe Hogeg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved