Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
BENNY Gantz, yang keluar dari kabinet perang Israel pekan lalu, mengatakan Israel mengetahui berapa banyak sandera di Gaza yang masih hidup.
“Kami mengetahui jumlah yang sangat dekat,” katanya ketika ditanya apakah Israel mengetahuinya.
Dalam wawancara pertamanya sejak mengundurkan diri, Gantz juga mengatakan pemerintah mengetahui nasib keluarga Bibas, yang termasuk di antara mereka yang disandera pada 7 Oktober. Ia mengatakan masyarakat akan mengetahuinya “pada waktunya.”
Baca juga : Israel Tolak Laporan PBB yang Menuduh Kejahatan Kemanusiaan di Gaza
Diketahui militer Israel merilis sebuah video yang dimaksudkan untuk menunjukkan keluarga tersebut masih hidup di Gaza pada 7 Oktober. Hamas mengatakan mereka telah terbunuh dalam serangan udara Israel pada November.
Gantz juga berbicara tentang keberadaannya di kabinet perang.
“Ketika tanggal 7 Oktober terjadi, kami semua memiliki pemikiran yang sama dan bekerja secara sinkron. Namun seiring berjalannya waktu, segalanya berubah. Keputusan tertunda karena tekanan dari (Menteri Keuangan Israel) Smotrich dan lainnya. Saya tidak berhenti begitu saja tetapi mencoba memperingatkan dan memperbaiki jalan mereka. Begitu saya menyadari bahwa itu tidak mungkin, saya pergi,” katanya.
“Pertempuran di selatan akan berlangsung lama. Kami akan melakukan ini selama bertahun-tahun. Israel harus mengambil jalan baru. Tantangannya sangat besar. Kita bisa menghadapinya hanya jika Israel memilih pemimpin baru.”
Mengenai pemerintahan masa depan Gaza, Gantz mengatakan “tidak mungkin Hamas dan tidak mungkin Israel.” Dia menambahkan bahwa Israel akan melanjutkan kekuasaan militernya di beberapa wilayah di Gaza “tetapi Israel tidak akan memerintah Gaza.” (CNN/Z-3)
Witkoff menyatakan bahwa sebagian besar warga Israel ingin para sandera pulang dan sebagian besar warga Gaza juga ingin para sandera pulang.
Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik.
Satu staf Palang Merah Palestina dilaporkan tewas, tiga lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menghantam markas PRCS.
Hamas menegaskan tidak akan menyerahkan senjata, kecuali terbentuk negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
PEMERINTAH Gaza menuduh Israel sengaja menciptakan kekacauan untuk menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
UNI Emirat Arab (UEA) dan Irak menyambut baik pernyataan dari sejumlah negara mengenai pengakuan terhadap Negara Palestina.
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi militer di Iran membuka peluang, termasuk pemulangan sandera di Gaza.
Hamas mengusulkan gencatan senjata selama 60 hari dengan imbalan pembebasan sembilan sandera dan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Hamas membebaskan sandera Israel-Amerika Edan Alexander setelah 19 bulan ditahan, sebagai isyarat niat baik menjelang kunjungan Donald Trump ke Timur Tengah.
Hamas mengatakan akan membebaskan sandera warga Israel-Amerika Serikat (AS) terakhir yang masih hidup di Gaza, Palestina.
Hamas menyatakan akan membebaskan sandera Israel-Amerika, Edan Alexander, sebagai bagian dari upaya menuju gencatan senjata di Gaza.
Israel akan membayar dengan harga yang sangat mahal jika tidak menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved