Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEMATIAN Presiden Iran Ebrahim Raisi akibat kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5) tidak akan berdampak signifikan terhadap negara tersebut. Namun mungkin terjadi krisis suksesi pemimpin.
"Pemimpin Tertinggi, posisi yang saat ini dipegang oleh Ayatollah Ali Khamenei ialah tokoh politik paling kuat di Iran, bukan presiden," kata Nader Hashemi, Profesor Madya Timur Tengah dan Politik Islam Universitas Georgetown. Raisi secara luas dianggap sebagai boneka pemimpin tertinggi dan pemilihannya pada 2021 diatur secara efektif oleh elemen senior rezim.
"Pemimpin tertinggilah yang benar-benar menentukan kontur luas kebijakan dalam negeri dan luar negeri Iran," kata Hashemi kepada CNA's Asia First pada Selasa (21/5). "Jadi kematian presiden tidak akan membuat perbedaan besar dalam hal arah tujuan Iran dan kebijakan apa yang diambilnya," ujarnya.
Baca juga : Iran Nyatakan Hari Berkabung 5 Hari Setelah Kecelakaan Helikopter yang Menewaskan Presiden Raisi
Meskipun Iran, di masa lalu, memiliki presiden yang berpikiran independen dan karismatik yang mampu menegaskan keinginan mereka sesuai dengan batasan konstitusi Republik Islam Iran, kekuasaan kepresidenan telah berkurang secara signifikan.
Direktur Pusat Studi Persia dan Iran di Universitas Exeter, Professor Maziyar Ghiabi, juga mengatakan bahwa Raisi sebagai politikus luar. Meskipun kematiannya terjadi di tengah ketegangan luar biasa di kawasan dan dunia, kematiannya mungkin tidak terlalu berdampak seperti yang diperkirakan.
"Iran memiliki sistem manajemen krisis yang cukup terkonsolidasi dan proses internal telah dilaksanakan," katanya kepada CNA's World Tonight pada Selasa. Namun, mungkin ada ketegangan dan tantangan di antara faksi-faksi politik untuk mencari solusi penggantinya.
Baca juga : Presiden Iran Tewas, Puan Maharani Minta Penjelasan Resmi Pemerintah
"Tentu saja ini sedikit memusingkan, karena Iran sekarang harus mengadakan pemilu untuk memilih presiden berikutnya dan terdapat kekurangan kandidat politik atau kandidat politik yang layak," kata Ghiabi. Iran diperkirakan mengadakan pemilihan presiden berikutnya pada 28 Juni.
Elite penguasa tidak akan mengambil risiko dalam pemilu saat kandidat yang berpikiran independen bisa naik ke puncak dan menjadi presiden. "Republik Islam Iran berada dalam kondisi yang sangat goyah di dalam negeri. Negara ini memiliki tingkat legitimasi politik yang rendah dan ada krisis suksesi. Para pemimpin Republik Islam Iran, elite penguasa, tidak akan mau melakukan hal yang tidak diinginkan," kata Hashemi.
"Saya menduga yang akan terjadi ialah mereka akan mencoba dan menemukan loyalis rezim lain, serupa dengan Ebrahim Raisi, yang merupakan penganut pemimpin tertinggi dan dapat melakukan upaya untuk terpilih," tambahnya.
Baca juga : Presiden Iran Raisi Tewas, Siapa Dia dan Penggantinya?
Hashemi mencatat bahwa pemilu tidak akan berlangsung bebas dan adil. Namun kandidat akan berpura-pura mendapat dukungan rakyat.
"Tantangan besar yang dihadapi elite penguasa dan Iran adalah bagaimana mereka menyelenggarakan pemilu yang dapat menghasilkan jumlah pemilih yang cukup, sehingga mereka dapat mengirimkan pesan kepada musuh-musuh Iran bahwa rezim tersebut punya dukungan rakyat. Padahal secara objektif, dukungan mereka sangat rendah," katanya.
Presiden berikutnya kemungkinan besar akan menduduki jabatannya ketika negara tersebut mencoba menavigasi masa depan krisis suksesi yang sangat tidak pasti. Maklum, masalah besar bagi masa depan Iran ialah orang yang akan menjadi pemimpin tertinggi berikutnya.
Baca juga : Gedung Putih Sebut Kunjungan Putin ke Iran Akibat Sanksi Barat
Raisi termasuk di antara kandidat potensial untuk menggantikan Khamenei yang berusia 85 tahun dan sedang sakit-sakitan. Ghiabi mencatat bahwa Majelis Ahli Iran akan memilih pemimpin tertinggi berikutnya ketika saatnya tiba.
"Iran melihat banyak negosiasi, tawar-menawar, dan kesepakatan serta sangat sulit mengetahui hasil dari semua perubahan dan negosiasi ini," katanya.
Menanggapi laporan bahwa beberapa orang merayakan kematian Raisi, Hashemi mengatakan dia salah satu tokoh paling terkenal di Iran dengan banyak darah di tangannya. Raisi memimpin tindakan keras terhadap hak-hak perempuan pada 2022. Ia juga memimpin peradilan negara tersebut pada 2019 ketika pemberontakan lain menewaskan sedikitnya 500 orang.
Lebih penting lagi, Raisi ialah salah satu dari empat hakim gantung terkenal. Pada 1988, ia mengirim sekitar 5.000 tahanan politik ke tiang gantungan dan menandai salah satu momen paling kelam dalam sejarah Republik Islam Iran.
Raisi menjauhkan diri dari pembantaian tersebut tetapi membual tentang hal itu ketika diketahui publik beberapa tahun kemudian. "Ini orang yang sangat gelap dengan banyak pelanggaran hak asasi manusia," tambah Hasheimi.
Tanpa pernyataan resmi dari Iran mengenai penyebab jatuhnya helikopter Bell 212 buatan AS di wilayah pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan, terdapat spekulasi ada tidaknya unsur kesengajaan di dalamnya.
Ada spekulasi yang mempertanyakan kekuatan gelap yang terlibat. Pasalnya, terdapat fakta bahwa Raisi ialah kandidat yang mungkin untuk posisi paling kuat di Republik Islam Iran, yaitu pemimpin tertinggi.
"Orang-orang di kalangan elite penguasa Iran, beberapa dari mereka, mungkin tidak ingin dia menentang posisi tersebut," kata Hashemi. Namun, ia mengakui bahwa tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti kecuali ada penyelidikan independen. Namun itu tidak mungkin terjadi mengingat sistem politik otoriter. (CNA/Z-2)
Dalam buku kumpulan memoar mendiang Presiden Ebrahim Raisi, dituturkan masa kecilnya yang penuh perjuangan.
MASOUD Pezeshkian, mantan dokter bedah jantung berdarah Azerbaijan, terpilih menjadi presiden Iran menggantikan Ebrahim Raisi yang tewas karena kecelakaan helikopter.
Jenazah Presiden Iran Ebrahim Raisi, bersama dua orang temannya tiba di Bandara Internasional Shahid Kaveh di Birjand, Provinsi Khorasan Selatan.
WAKIL Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyampaikan duka atas wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi. Dia menilai dunia kehilangan tokoh perdamaian.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan kesedihan mendalam atas wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Pemimpin Revolusi Islam, Ayatollah Seyed Ali Khamenei, bersama dengan para pejabat senior dan rakyat Iran, meratapi kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter.
Tantangan yang dihadapi kedua negara, Indonesia dan Iran, ialah tidak saling mengenal atau kurangnya pengenalan antarkedua negara.
MASOUD Pezeshkian seorang politisi dan ahli bedah, baru saja terpilih sebagai Presiden Iran. Dikenal luas di Iran, Pezeshkian membawa pengalaman luas dalam bidang medis dan politik
Pezeshkian, kandidat presiden Iran dari kubu reformis, memenangi putaran kedua pemilu presiden Iran mengalahkan pesaingnya dari kubu garis keras konservatif Saeed Jalili.
Pemerintah Iran telah menyetujui enam kandidat, termasuk Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf, bertarung dalam pemilihan presiden pascakematian Presiden Ebrahim Raisi.
Belum ada tanda-tanda perang Hamas-Israel yang telah mencapai bulan kedelapan di mana Iran memainkan peran besar akan segera berakhir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved