Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KELOMPOK separatis Armenia di Nagorno-Karabakh sedang merundingkan penarikan pasukan dari daerah kantong yang disengketakan tersebut. Itu setelah Azerbaijan merebut kembali kendali melalui serangan kilat.
Kedua belah pihak juga telah mengadakan perundingan reintegrasi putaran pertama. Agenda itu berlangsung setelah pemberontak etnis-Armenia menyepakati gencaran senjata.
Kelompok separatis mengatakan mereka sedang melakukan pembicaraan yang dimediasi Rusia dengan Baku untuk mengatur proses penarikan dan pemulangan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran tersebut.
Baca juga: Armenia Kecam Azerbaijan di PBB
Moskow mengatakan sejauh ini kelompok separatis telah menyerahkan enam kendaraan lapis baja dan lebih dari 800 senjata api. Pengumuman tersebut muncul setelah juru bicara wilayah yang memisahkan diri tersebut mengatakan pasukan Azerbaijan ditempatkan di pinggiran kota utama Stepanakert dan situasi kemanusiaannya yang mengerikan.
Seorang reporter AFP di kubu separatis mengatakan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar untuk warga sipil sangat langka dan para pengungsi telah tiba di kota tersebut dari desa-desa sekitar.
Baca juga: Azerbaijan dan Separatis Karabakh Tuntaskan Perundingan Pertama
Tekanan internasional meningkat terhadap Azerbaijan untuk membuka kembali satu-satunya jalan menuju Armenia yang disebut Koridor Lachin, sehingga pasokan dan orang dapat keluar masuk.
Warga sipil yang khawatir terjebak meminta akses keluar di pos pemeriksaan terakhir yang dikuasai tentara Armenia. "Saya sudah menunggu selama tiga hari tiga malam. Saya tidur di dalam mobil,” kata Garik Zakaryan, 28, yang mencoba menghubungi keluarganya di Karabakh.
Kelompok separatis mengatakan kedua pihak sedang mendiskusikan prosedur akses warga ke dan dari Nagorno-Karabakh, tempat tinggal hingga 120 ribu etnis Armenia. Menjelang gejolak terbaru ini, Azerbaijan secara de facto telah memberlakukan blokade selama sembilan bulan.
Baku mengatakan pihaknya mulai mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat cengkeramannya atas wilayah yang kehilangan kendalinya dalam perang pada 1990an. Hikmet Hajiyev, penasihat kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, mengumumkan bahwa Baku telah meyakinkan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dapat mengirimkan bantuan dan membantu mengevakuasi pejuang yang terluka.
ICRC mengatakan telah mengevakuasi sembilan orang yang terluka. “Warga juga telah menghubungi ICRC untuk membantu mengevakuasi jenazah kerabatnya yang meninggal,” kata organisasi yang berbasis di Jenewa itu dalam sebuah pernyataan.
Nagorno-Karabakh telah menjadi pusat konflik selama lebih dari tiga dekade antara rival Kaukasus, Armenia dan Azerbaijan, sejak Uni Soviet runtuh. Pertempuran tersebut ditandai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak dan adanya kekhawatiran akan terjadinya krisis pengungsi baru.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan situasi masih tegang di wilayah yang disengketakan meskipun sebagian besar kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia masih bertahan.
“Ada harapan untuk beberapa dinamika positif. Saya tidak menutup kemungkinan bahwa lebih banyak bantuan kemanusiaan akan dikirimkan ke Nagorno-Karabakh. Ada beberapa kesepakatan, mereka harus mulai menerapkannya,” tambahnya.
Yerevan mengatakan pihaknya tidak memperkirakan adanya gelombang pengungsi dalam jumlah besar untuk saat ini, namun siap menerima 40 ribu keluarga jika diperlukan.
Azerbaijan pada Kamis mengatakan perundingan damai putaran pertama berlangsung konstruktif dan kedua belah pihak menyatakan kesiapan untuk perundingan lebih lanjut.
Penyerahan kelompok separatis, setelah serangan yang mereka katakan menewaskan 200 orang, telah memicu kegembiraan di kalangan warga Azerbaijan. Sebaliknya, bagi rakyat Armenia hal ini meningkatkan tekanan terhadap Pashinyan, yang telah menghadapi kritik pedas karena memberikan konsesi kepada Azerbaijan sejak kehilangan sebagian besar wilayahnya dalam perang enam minggu pada 2020.
Polisi mengatakan 98 orang ditangkap ketika demonstran anti-pemerintah memblokir jalan-jalan di Yerevan pada hari Jumat untuk hari ketiga protes atas cara perdana menteri menangani krisis tersebut.
“Dia tidak memahami situasinya atau sengaja berbohong kepada kami. Bagaimanapun, dia harus mengundurkan diri,” kata David Davtyan, seorang pengacara berusia 44 tahun.
Pashinyan menyerukan ketenangan setelah terjadi bentrokan, dan berjanji akan bertindak tegas terhadap perusuh. Pemimpin Armenia menyalahkan pasukan penjaga perdamaian dari pialang kekuasaan regional tradisional Rusia yang ditempatkan di sekitar Karabakh sejak 2020 karena gagal mencegah serangan Azerbaijan.
Enam penjaga perdamaian Rusia termasuk di antara mereka yang tewas dalam kekerasan tersebut, kata kantor kejaksaan Azerbaijan. Moskow saat ini terjebak dalam perangnya terhadap Ukraina, namun masih memainkan peran penting dalam memediasi gencatan senjata dan perundingan perdamaian.
Kremlin mengatakan perselisihan mengenai negara mana yang menjadi milik Karabakh kini telah diselesaikan dan kondisi telah tersedia untuk mencapai perdamaian abadi antara Baku dan Yerevan. (AFP/Z-3)
Pashinyan mengatakan negosiasi mengenai status Karabakh sekarang tidak ada gunanya. Ia pun menuduh Azerbaijan tidak ingin berkompromi.
Sejak hari pertama perang kami memutuskan untuk memberikannya kepada penduduk secara gratis dan bekerja untuk tentara juga
Putin mengatakan bahwa kedua belah pihak telah kehilangan hampir 2.000 nyawa dalam pertempuran yang menyebabkan ribuan orang mengungsi.
Konflik di Nagorno-Karabakh yang secara internasional diakui sebagai bagian Azerbaijan namun dikuasai kelompok separatis Armenia telah berlangsung sejak 27 September.
Kesepakatan tersebut dicapai selama pembicaraan di Jenewa antara menteri luar negeri kedua negara dan utusan dari Prancis, Rusia dan Amerika Serikat,
Pasukan Rusia yang terdiri dari 1.960 personel militer dan 90 pengangkut personel lapis baja akan dikerahkan ke wilayah tersebut sebagai penjaga perdamaian.
Prancis, Rusia, dan NATO termasuk di antara mereka yang mendesak penghentian segera bentrokan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Wilayah tersebut diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi dikendalikan oleh etnik Armenia.
Armenia dan Azerbaijan menuduh satu sama lain telah menembak langsung ke wilayah masing-masing dan menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai.
Bentrokan antara dua bekas republik Soviet di Kaukasus Selatan ialah gejolak terbaru dari konflik berkepanjangan di Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang memisahkan diri dan
Dalam perbandingan kepemilikan jumlah armada pesawat, Armenia memiliki total 64 pesawat, sedangkan Azerbaijan memiliki 147 pesawat.
Daerah itu merupakan wilayah pegunungan di Kaukasus Selatan yang secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan sejak lepas dari Republik Soviet, tetapi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved