Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pertemuan G20 India Nihil Kontribusi Atasi Perubahan Iklim

Cahya Mulyana
29/7/2023 16:04
Pertemuan G20 India Nihil Kontribusi Atasi Perubahan Iklim
Ilustrasi: seorang anak laki-laki di Tiongkok mengenakan topi untuk melindungi dari panas matahari.(AFP/MAY JAMES )

PARA menteri lingkungan hidup dari negara-negara G20 gagal menyepakati target pemangkasan emisi. Kondisi serupa juga menerpa isu penting lainnya untuk mengatasi perubahan iklim.

Pertemuan pada Jumat (28/7), di Chennai, India, itu tidak menghasilkan terobosan poin penting menjelang pembicaraan iklim COP-28 tahun ini. Para delegasi gagal mencapai konsensus tentang penggunaan energi yang diharapkan meningkat tiga kali lipat.

"Saya sangat kecewa. Kita belum bisa mencapai kesepakatan untuk meningkatkan energi terbarukan secara drastis, kita belum bisa mencapai kesepakatan untuk menghapus atau menurunkan bahan bakar fosil, terutama batu bara,” ujar Menteri Transisi Ekologi Prancis Christophe Bechu kepada AFP setelah pertemuan itu.

Baca juga: Menteri LHK: Kolaborasi Jadi Kunci Hadapi Tantangan Multidimensi Lingkungan dan Perubahan Iklim

Menurut dia isu peningkatan suhu, bencana, kebakaran hutan tidak melahirkan konsensus untuk menahan perubahan iklim. Termasuk pula tentang target penurunan emisi pada 2025.

"Diskusi dengan Tiongkok, Arab Saudi, dan tentang masalah iklim dengan Rusia telah rumit, tambahnya.

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim Meningkat di Asia

Menteri Perubahan Iklim India Bhupender Yadav, yang memimpin pertemuan tersebut, mengakui bahwa terdapat beberapa masalah tentang energi, dan beberapa isu yang berorientasikan pada target.

Pertemuan di Chennai terjadi beberapa hari setelah menteri energi dari blok yang mewakili lebih dari 80% PDB global dan emisi CO2 gagal menyepakati peta jalan untuk memotong penggunaan bahan bakar fosil dengan bauran energi.

Kabar ini dipandang sebagai pukulan terhadap upaya pemulihan rekor suhu global yang memicu banjir, badai, dan gelombang panas. Para ilmuwan mengatakan kegagalan itu dapat membiarkan dunia semakin menghangat.

"Eropa dan Afrika Utara sedang terbakar, Asia dilanda banjir namun para menteri iklim G20 telah gagal menyepakati arah bersama untuk menghentikan krisis iklim yang meningkat dari hari ke hari," kata Alex Scott dari think-tank perubahan iklim E3G.

Semua delegasi, kata kepala eksekutif pembicaraan iklim COP-28 tahun ini, Adnan Amin menyadari perubahan iklim harus segera diatasi. Hambatannya para delegasi masih terbelah untuk memutuskan keputusan bersama oleh kepentingan politik masing-masing.

"Tapi saya pikir ada semacam pemahaman politik yang masih perlu dicapai. Sangat jelas bahwa setiap negara di dunia akan mulai dengan melihat kepentingan pribadinya secara langsung,” tambahnya.

Sebagian besar delegasi dipimpin oleh menteri lingkungan dan perubahan iklim, sedangkan delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Utusan Khusus Presiden untuk Iklim John Kerry.

Hadir pula bos minyak Emirat Sultan Al Jaber yang akan memimpin pembicaraan COP-28 mendatang di Uni Emirat Arab mulai akhir November. Dia telah banyak dikritik karena konflik kepentingannya sebagai kepala Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi karena pembakaran bahan bakar fosil adalah pendorong utama pemanasan global.

Dengan kebakaran hutan yang mengamuk di Yunani dan gelombang panas di Italia, Komisaris Lingkungan Uni Eropa Virginijus Sinkevicius mengatakan menjelang pertemuan bahwa ada bukti yang berkembang atas dasar dampak iklim yang menghancurkan mata pencaharian banyak penduduk Bumi. (CNA/Cah/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya