Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
RENCANA Jepang membuang limbah radioaktif nuklir dari PLTN Fukushima ke Samudera Pasifik mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan internasional. Pengamat maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Marcellus Hakeng Jayawibawa menyayangkan rencana Jepang membuang limbah radioaktif nuklir dari PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik.
Menurutnya, pembuangan limbah radioaktif nuklir itu sangat berbahaya karena dampaknya bisa sangat luas.
“Saya menilai langkah ini sangat berbahaya, karena dapat memiliki dampak negatif yang tidak dapat diukur terhadap kesehatan manusia. Dan, perlu diingat bahwa air laut tidak mengenal batas negara. Oleh karena itu, saya percaya bahwa hal ini harus ditentang dan negara-negara di seluruh dunia harus bersama-sama menyuarakan penolakan terhadap rencana ini," tegasnya.
Baca juga: Jepang Ingin Buang Limbah Nuklir Fukushima, Ini Reaksi Korsel
Hakeng menambahkan, pembuangan limbah radioaktif nuklir juga akan berdampak pada negara-negara tetangga dan negara-negara di Kepulauan Pasifik. Air akan mengalir melintasi batas-batas negara dengan membawa bahan radioaktif nuklir.
"Pembuangan limbah ini juga akan mengganggu nelayan dalam penangkapan ikan mereka. Mereka berhak khawatir bahwa ikan yang mereka tangkap akan tercemar oleh limbah nuklir tersebut. Menjadi wajar ketika pemerintah China kemudian melarang impor ikan dari Jepang demi melindungi rakyatnya dari kemungkinan gangguan kesehatan yang ditimbulkan," ungkap dia.
Baca juga: PBB Restui Pelepasan Limbah Nuklir Jepang ke Samudera Pasifik
Menurutnya, Pemerintah Jepang seharusnya sudah memahami dengan baik prinsip-prinsip yang tercantum dalam UNCLOS 1982.
"Dalam Pasal 192 menyebutkan Negara-negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut," jelasnya.
Hakeng menyebut Pasal 194 UNCLOS 1982 yang mengatur tindakan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut. Ia juga menegaskan ketidaksetujuan terhadap rencana itu yang dinilainya memposisikan laut sebagai tempat pembuangan sampah.
"Saya tidak setuju dengan penggunaan laut sebagai tempat pembuangan limbah radioaktif. Tindakan tersebut berpotensi merusak ekosistem, habitat, dan biota laut serta menurunkan kualitas lingkungan perairan samudera. Kerusakan yang ditimbulkan mungkin tidak hanya terjadi dalam jangka waktu pendek, tetapi juga dalam jangka waktu yang panjang. Apalagi jika tindakan Jepang kemudian diikuti oleh negara-negara lain di dunia yang merasa hal tersebut sah-sah saja, karena Jepang telah terlebih dahulu melakukannya. Oleh karena itu, saya dengan tegas menyatakan setop buang limbah radioaktif nuklir ke laut,” pungkasnya. (Z-7)
Indonesia for the World adalah ruang belajar global yang menyatukan kepedulian, aksi, dan inovasi.
STARTUP Indonesia Nosuta membuka jalan bagi mahasiswa kehutanan untuk berkarier di Jepang. Lima belas mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Legenda sepak bola Jepang Keisuke Honda bersama J Trust Bank Indonesia berkolaborasi memperkenalkan kompetisi sepak bola usia anak dengan format 4v4.
Skuad Indonesia dijadwalkan berangkat ke Osaka pada Sabtu untuk mempersiapkan diri menghadapi laga penting di Suita City Stadium.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi mendorong pelajar asal Indonesia untuk mengambil studi di 'Negeri Matahari Terbit'.
Misi Resilience dari perusahaan Jepang ispace akan mencoba mendarat di Mare Frigoris, bulan, Kamis ini.
Samudra ini membentang dari Pantai Barat Amerika hingga Asia dan Australia, serta dari Samudra Arktik di utara hingga Samudra Selatan di selatan.
ILMUWAN menemukan seekor hiu tidur pasifik berukuran besar yang terekam di kedalaman 1.400 meter di bawah permukaan laut. Hiu raksasa itu terekam dengan jelas di laut dalam.
Menurut para peneliti, dasar laut ini kemungkinan berasal dari lempeng besar yang terlepas dan tenggelam ke dalam perut Bumi sekitar 250 juta tahun lalu.
Tim ahli kelautan yang dipimpin Schmidt Ocean Institute di California menemukan dan memetakan gunung bawah laut setinggi 3.109 meter di Samudra Pasifik.
GEMPA berkekuatan 6,9 skala richter mengguncang Kepulauan Ogasawara di Samudera Pasifik, selatan Tokyo, pada Sabtu (27/4). Namun pemerintah tidak mengeluarkan peringatan tsunami.
Populasi paus bungkuk di Pasifik Utara mengalami penurunan tajam sebesar 20% dalam satu dekade. Penelitian menunjukkan gelombang panas laut mungkin menjadi penyebab utamanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved