Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BEIJING kembali membuat kontroversi yang menghebohkan dunia, terkait pernyataan Duta Besar (Dubes) Tiongkok untuk Prancis, Lu Shaye.
Sebelumnya Lu Shaye mengatakan bahwa negara yang lahir setelah jatuhnya Uni Soviet tidak memiliki status efektif di bawah hukum internasional.
Pernyataan Lu Shaye ini disampaikannya saat berbicara di saluran berita La Chaîne Info (LCI), yang memantik kemarahan negara-negara Eropa.
Baca juga: Menlu Tiongkok Tegaskan Dukungan bagi Junta Myanmar
Apalagi Lu Shaye dengan entengnya menyebut tidak ada perjanjian internasional yang menegaskan status mereka sebagai negara berdaulat.
“Bahkan negara-negara bekas Uni Soviet ini tidak memiliki status efektif, seperti yang kami katakan, di bawah hukum internasional karena tidak ada kesepakatan internasional untuk mengkonkretkan status mereka sebagai negara berdaulat,” kata Lu kepada saluran berita LCI.
Ucapan Lu Shaye Picu Keserahan
Sontak pernyataan loyalis Presiden Xi Jin Ping tersebut, menimbulkan keresahan bukan hanya bagi Ukraina yang telah diinvasi Rusia sejak Februari tahun lalu.
Baca juga: Tak Hanya Negara Asia, Negara Afrika juga Terjerat Utang Tiongkok
Kini, semua negara bekas Republik Soviet yang mendeklarasikan sebagai negara merdeka setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, di mana di dalamnya terdapat banyak negara anggota Uni Eropa.
DPP PII Kutuk Pandangan Tiongkok
Merespons hal ini, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) meminta masyarakat dunia untuk mengutuk pandangan Tiongkok, karena dianggap telah melecehkan kedaulatan sebuah negara.
Wakil Bendahara DPP PII Furqan Raka mengatakan pernyataan Duta Besar (Dubes) Tiongkok untuk Prancis, Lu Shaye sejatinya adalah cerminan sikap Beijing terhadap negara-negara yang dianggap Tiongkok tidak memiliki status hukum internasional.
“Ini jelas bentuk nyata pelecehan kedaulatan sebuah negara yang selama ini dilakukan oleh Beijing,” kata Furqan Raka kepada wartawan, Jumat (5/5).
Baca juga: Penderitaan Muslim Uighur tak Kunjung Berakhir
Wajar jika banyak negara dunia yang mengutuk Tiongkok, lanjut Furqan Raka, terutama negara-negara yang menyatakan kemerdekaannya paska jatuhnya Uni Soviet tahun 1991 lalu.
DPP PII menilai pernyataan Lu Shaye sangat menampakkan posisi China yang mengesampingkan kedaulatan negara-negara tersebut, sehingga gelombang kemarahan terhadap Beijing semakin besar kian harinya.
Picu Kemarahan Sejumlah Negara
“Sebagai respons atas pernyataan Lu Shaye, tiga negara Baltik Uni Eropa telah memanggil utusan Tiongkok di negara masing-masing, untuk dimintai penjelasan. Ketiga negara itu, yakni Lithuania, Estonia, dan Latvia,” terang Furqan Raka.
Pernyataan keras langsung disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, yang mengingatkan Beijing bahwa negaranya bukan negara pasca-Soviet, dalam artian Lithuania adalah negara yang secara ilegal diduduki oleh Uni Soviet kala itu.
Baca juga: Ketegangan Tiongkok-Taiwan Terus Mencuat
Senada dengan Gabrielius Landsbergis, Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna menegaskan bahwa negara-negara Baltik adalah negara berdaulat independen yang tergabung dalam Uni Eropa dan NATO.
“Kami dengar Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna menyatakan kemarahan dan ketidakpuasan dengan sikap Beijing terhadap negaranya, seperti yang disampaikan Lu Shaye,” tutur Furqan Raka.
Sementara Ajudan Presiden Ukraina, Mykhaylo Podolyak menegaskan bahwa status negara-negara pasca-Soviet diabadikan dalam hukum internasional.
Mykhaylo Podolyak mengatakan sangat aneh mendengar versi absurd sejarah Krimea jika mengacu pada pandangan Tiongkok, yang disampaikan oleh Lu Shaye, dan pandangan Beijing tersebut tentu tidak dapat diterima.
Lu Shaye Sebut Krimea Bagian dari Rusia
DPP PII menilai wajar jika negara-negara tersebut marah, apalagi Lu Shaye menyebut ada sejarah di mana Krimea awalnya merupakan bagian dari Rusia dan Khrushchev yang menawarkan Krimea ke Ukraina selama periode Uni Soviet.
Di sisi lain, Tiongkok disinyalir telah menekan negara-negara dunia yang menjalin kerjasama dengannya, seperti Brasil, yang tiba-tiba mendukung Rusia yang tak lain kolega Tiongkok mengingat kedua negara sama-sama memiliki faham komunis.
Baca juga: Xi Bahas Perdamaian di Ukraina dengan Zelensky Cahya Mulyana | Internasional
Usai menemui Presiden Xi Jinping, Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, tiba-tiba menyebut Eropa harus berhenti memasok senjata ke Ukraina karena memperpanjang konflik, dengan alasan hal tersebut akan menimbulkan korban perang lebih banyak lagi.
Presiden Brasil menawarkan dirinya sebagai perantara perdamaian, bertemu dengan menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, di Brasília minggu lalu, tetapi belum pernah bertemu dengan pejabat senior Ukraina.
“Dari laporan sejumlah media, Gedung Putih menuduh Lula adalah propaganda Rusia dan Tiongkok, di mana Beijing ingin Rusia terhindar dari kekalahan,” pungkas Furqan Raka. (RO/S-4)
MUNCULNYA virus baru dengan nama HKU5-CoV-2. Virus corona baru itu ditemukan di Tiongkok. Kenali ciri-ciri virus HKU5-CoV-2 dan fakta-faktanya
Transisi energi tidak hanya tentang pengurangan emisi tetapi juga untuk penciptaan lapangan kerja dan peluang investasi.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
AS dan Tiongkok mencapai kemajuan yang meredakan perang dagang.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
Pasar kemasan karton bergelombang di Asia Tenggara segera mencatat tingkat pertumbuhan tahun majemuk (CAGR) sebesar 4% pada periode 2021-2026.
Kue khas Prancis, Choux au Craquelin, memikat pengunjung Brightspot dengan lapisan atas yang renyah berpola retak dan isian choux yang lembut di dalam.
Secara statistik sebenarnya Jerman dapat tampil dominan pada pertandingan ini dengan 56% penguasaan bola dan melepaskan 20 tendangan, namun Prancis dapat tampil lebih efektif.
MENTERI Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyampaikan harapannya agar Prancis menentang campur tangan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di kawasan Asia-Pasifik.
Dengan kemenangan tersebut, Spanyol akan menantang Portugal, juara Nations League 2019 dalam perebutan trofi tahun ini.
Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M. Arwani Thomafi mengatakan dukungan Indonesia untuk Palestina tetap harus menjadi prioritas sesuai mandat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Presiden RI Prabowo Subianto menekankan bahwa solusi dua negara harus dikedepankan dalam penyelesaian konflik di Jalur Gaza, Palestina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved