Tim penyelamat di wilayah tenggara Brasil terus mencari sejumlah orang yang dilaporkan hilang hingga Selasa (21/2). Negara ini telah mencatatnya rekor curah hujan tertinggi yang menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 44 orang selama akhir pekan ini.
Sekitar 680 milimeter curah hujan atau lebih dari dua kali lipat jumlah bulanan di Brasil telah turun dalam 24 jam di Sao Sebastiao, sekitar 200 kilometer tenggara Sao Paulo. Ini adalah rekor hujan terbaru bagi Brasil, menurut pemerintah negara bagian.
Dinas cuaca Brasil, Inmet melaporkan hujan akan terus turun di wilayah tersebut selama pekan ini. Para pejabat melaporkan jumlah korban tewas menjadi 44 orang.
"Pekerjaan pencarian dan penyelamatan berlanjut tanpa gangguan setelah sungai berlumpur, batu dan pohon yang mengamuk menghancurkan rumah-rumah berbahaya yang dibangun di lereng," menurut Kantor Gubernur Sao Paulo.
Namun cuaca basah memperumit evakuasi yang dilakukan sekitar seribu personel, yang didukung oleh 50 kendaraan berat, 14 helikopter, dan 53 tim teknik. "Kami tidak tahu di mana saja korban tewas akan ditemukan," kata Gubernur Sao Paulo Tarcisio de Freitas.
Dia mengatakan 38 orang dilaporkan hilang, angka yang kemungkinan akan mendorong jumlah korban jiwa secara keseluruhan mendekati 70 orang. Lebih dari 1.730 orang telah dievakuasi dan 760 orang kehilangan tempat tinggal.
Dua puluh lima orang, termasuk enam anak, dibawa ke rumah sakit dan tujuh dalam kondisi serius. Pejabat Sao Sebastiao mendirikan tenda untuk membangunkan tenda darurat untuk para korban.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva memperingatkan tentang bahaya tata kota yang tidak ramah lingkungan. Diperkirakan 9,5 juta dari 215 juta penduduk Brasil tinggal di daerah yang berisiko tinggi mengalami banjir atau tanah longsor.
Dengan banyak jalan yang masih tertutup batu besar dan lumpur, beberapa wisatawan dievakuasi dengan perahu karena lalu lintas helikopter yang padat terus berlanjut ke dan dari daerah yang paling terkena dampak. Pihak berwenang mendesak wisatawan untuk meninggalkan daerah pantai, dan media Brasil melaporkan bahwa beberapa turis membayar sebanyak 30ribu reais atau hampir US$6ribu atau sekitar Rp.917juta untuk menyewa helikopter. "Tidak ada cara untuk pergi ke mana pun. Kami meninggalkan mobil di sana dan harus kembali dengan perahu," kata seorang wisatawan Gabriel Bonavides. (AFP/OL-12)