Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KORBAN jiwa masyarakat sipil akibat penjajahan Rusia terhadap Ukraina dipercaya lebih besar dari data resmi karena inventarisasi dilakukan dalam kondisi kepanikan akibat upaya genosida yang dilakukan secara sistematis. Pengakuan mengejutkan tersebut diungkapkan warga negara Indonesia (WNI), Pepi Aprianti Utami, seorang seniman kriya alumnus Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sejak 2013 berdomisili di Kyiv, Ukraina.
"Menurut saya, ini lebih dari penjajahan. Ini bentuk dari genosida. Rusia ingin menghilangkan Ukraina dari peta dunia dan hal ini disampaikan sendiri oleh pemerintah Rusia bahwa mereka ingin menghapus identitas orang Ukraina," tuturnya, Senin (12/9). Selain melakukan pembantaian dan penculikan terhadap warga sipil Ukraina, tentara Rusia juga secara sengaja menghancurkan ingatan terhadap budaya dengan membakar perpustakaan, sekolah, dan museum di Ukraina.
Pepi memilih bertahan di Ukraina karena memiliki keluarga, teman-teman, dan pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan jika dirinya keluar dari wilayah Ukraina. Oleh sebab itu dia memilih relokasi ke kota yang lebih aman. Sebelum terjadi serangan oleh Rusia, Ukraina ialah negara yang aman dan orang-orang pergi bekerja dan beraktivitas lancar. Perekonomian dan pembangunan terus berkembang selayaknya negara berdaulat.
Kondisi itu berubah setelah 24 Februari Rusia melakukan serangan. Bunyi sirine peringatan serangan udara menjadi suara yang traumatis sehingga warga harus mengungsi ke daerah yang lebih aman. "Banyak bangunan runtuh kena rudal. Tak sedikit korban jiwa sipil. Semua panik. Rumah saya dibobol dan dirusak oleh tentara Rusia. Mereka bersembunyi dan menyimpan amunisinya di sekitar pekarangan rumah saya," tuturnya.
Pada awal invasi, Pepi memutuskan untuk berlindung di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kyiv. Ia kemudian dibantu secara penuh oleh KBRI untuk relokasi ke kota Vinnytsia yang relatif aman dari serbuan tentara Rusia maupun serangan rudal. Di tempat dia berlindung juga tersedia ruang bawah tanah yang layak menjadi tempat perlindungan ketika bombardemen terjadi (bom shelter). Setiap terdengar suara peringatan serangan udara berbunyi, Pepi dan penghuni yang lain bergegas turun ke shelter untuk berlindung.
Setelah tiga bulan, ketika keadaan semakin aman barulah rombongan Pepi kembali ke Kyiv dan kumpul kembali bersama keluarga. "Di Kyiv saya berusaha tetap waspada. Setiap sirene berbunyi saya mencoba mencari tempat yang aman untuk berlindung." Selain dirinya, Pepi menuturkan masih ada setidaknya kurang lebih 29 WNI yang memutuskan bertahan di Ukraina bersama keluarga mereka dengan alasan dan pertimbangan masing-masing.
Pepi menuturkan dirinya telah tiga kali berkunjung ke Irpin, Bucha, dan Ivankiv. Di sana banyak bangunan sipil yang hancur rumah, sekolah, rumah sakit, bahkan taman bermain. Jejak kebrutalan Rusia terpampang seperti ambulans terbakar dan lokasi kuburan massal. "Saya juga berbincang dengan warga sekitar tentang yang terjadi selama masa kependudukan tentara Rusia di sana. Salah satunya seorang ibu yang anaknya diculik dan dianiaya oleh pasukan Rusia hingga meninggal dunia," paparnya.
Menurut Pepi, Ukraina sedang berjuang mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, Ukraina membutuhkan dukungan dari seluruh negara di dunia untuk memerangi kebrutalan tentara Rusia dan ambisi pemerintah Rusia untuk memusnahkan Ukraina. "Dukungan baik moral maupun materi, terutama senjata, sangat diapresiasi. Indonesia yang pernah merasakan dijajah bisa memberi bantuan seperti donasi, memberikan perhatian dan simpati, dan bersuara untuk Ukraina," pungkasnya penuh harap. (RO/OL-14)
KOMISI Eropa memperpanjang sanksi terhadap Rusia sebagai respons atas aneksasi ilegal wilayah Krimea dan kota Sevastopol hingga 23 Juni 2026.
Ukraina dan Rusia menyelesaikan tahap akhir dari kesepakatan pertukaran jenazah prajurit yang gugur dalam perang.
Wacana soal pemotongan bantuan militer dapat melemahkan semangat warga Ukraina yang tengah berjuang di garis depan.
Wali Kota Kharkiv, Igor Terekhov, mengatakan dua orang tewas dan 28 lainnya terluka saat Rusia menyerang Kharkiv, Ukraina.
SEBUAH jet tempur F-16 milik Ukraina yang baru-baru ini dikirimkan oleh negara-negara Barat, dilaporkan telah berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia, Sukhoi Su-35.
ANGKATAN Udara Ukraina mengeklaim telah menembak jatuh satu unit jet tempur canggih milik Rusia, Sukhoi Su-35, di wilayah Kursk pada Sabtu (7/6) waktu setempat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved