Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pemerintah Dinilai Abaikan Nurani Rakyat soal Ukraina

Mediaindonesia.com
01/9/2022 13:00
Pemerintah Dinilai Abaikan Nurani Rakyat soal Ukraina
Tim penyelamat Ukraina berlatih menyelamatkan orang yang terluka setelah senario penembakan di Odessa pada 31 Agustus 2022.(AFP/Oleksandr Gimanov.)

PENGAMAT Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Sahid Dr. Algooth Putranto menilai Pemerintah Joko Widodo mengabaikan nurani rakyat yang tidak menyetujui tindakan Rusia menyerbu Ukraina. Dalihnya, hasil survei SMRC sudah sangat jelas bahwa mayoritas responden tidak setuju Rusia menyerbu Ukraina.

"Hasil survei itu pun menilai sebaiknya Presiden Jokowi mengambil peran aktif ikut mendamaikan perang Rusia-Ukraina. Yang terjadinya malah pemerintah kita tak tegas,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Kamis (1/9). Hasil riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang Opini Publik tentang KTT G20 yang dilakukan 5-13 Agustus 2022 mendapati sebanyak 71% tidak setuju Rusia menyerbu Ukraina dan 58% menilai sebaiknya Presiden Jokowi mengambil peran aktif ikut mendamaikan perang Rusia-Ukraina.

Menariknya, mayoritas responden yang tidak setuju tidak kemudian mendukung pelarangan Rusia menghadiri kegiatan G20 di Bali. Ini dapat diartikan masyarakat kita sudah dapat membedakan antara bersikap dan bertingkah laku sebagai tuan rumah kegiatan internasional.  

Hal ini jelas bertolak belakang dengan sikap pemerintah Joko Widodo yang cenderung ragu bersikap terhadap Rusia. Di panggung diplomasi, Kementerian Luar Negeri maupun Presiden Joko Widodo selalu bermain cantik di forum PBB. "Jokowi yang terpilih pada Pemilu 2014 di 2016 berani membusungkan dada di depan agresivitas Tiongkok di Natuna. Pemilih terdidik tentu sadar itu sekadar pertunjukan, tetapi itu dibutuhkan untuk menunjukkan sikap kebangsaan kita," tuturnya.

Sikap bangsa Indonesia, lanjutnya, sudah sangat jelas dipaparkan dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa bangsa Indonesia meyakini penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Selain itu, bangsa Indonesia yang merebut kemerdekaan meyakini harus turut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. "Dalam kasus Ukraina, pemerintah kita sikapnya pagi kedelai, sore tempe alias mencla-mencle."

Pada satu sisi, sikap ragu pemerintah Joko Widodo akibat belenggu megaproyek kilang minyak Tuban atau megaproyek Pengolahan dan Petrokimia (M2P) yang dimiliki oleh PT Pertamina Rosneft untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dan memproduksi petrokimia berkualitas tinggi. M2P dengan kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel, 4 juta liter avtur per hari, serta produksi petrokimia sebesar 4,25 juta ton per tahun.

"Ini proyek senilai Rp211,9 triliun sejak diteken kerja sama antara Pertamina dan Rosneft PJSC (Rusia) terbentuk di 2017 serta ditargetkan pada 2026 sudah bisa beroperasi. Kepentingan ini jelas membuat Jokowi gamang," tuturnya.

Meski demikian, Algooth Putranto berharap hasil survei SMRC dapat menjadi dasar pertimbangan pemerintah mengambil sikap. "Pemerintah kita kan terkenal mendengarkan rakyat. Lihat saja itu beberapa aturan lahir atau batal karena suara publik. Meski dalam hal Ukraina, saya kok pesimistis." (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya