Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Ribuan Pengunjuk Rasa Tuntut Tindakan atas Kekerasan Senjata di AS 

Nur Aivanni
12/6/2022 10:46
Ribuan Pengunjuk Rasa Tuntut Tindakan atas Kekerasan Senjata di AS 
Demonstrasi menentang kekerasan senjata api di Washington DC, Amerika Serikat.(AFP/Tasos Katopodis/Getty Images)

RIBUAN orang turun ke jalan-jalan di Amerika Serikat (AS), Sabtu (11/6), untuk mendorong tindakan atas kekerasan senjata yang menghancurkan yang melanda negara itu, saat politisi Partai Republik telah berulang kali memblokir upaya untuk memberlakukan undang-undang senjata api yang lebih ketat.

Para pengunjuk rasa dari segala usia membanjiri National Mall di Washington, tempat para aktivis menempatkan lebih dari 45.000 vas putih berisi bunga, satu untuk setiap orang yang terbunuh oleh senjata api di AS pada 2020.

"Lindungi Orang bukan Senjata," kata salah satu tanda yang dipegang oleh seorang pengunjuk rasa di dekat Monumen Washington. "Ketakutan tidak Memiliki Tempat di Sekolah," kata tanda yang lain.

Baca juga: Pelajar Kisahkan Kengerian Penembakan di Texas kepada Kongres AS

Dua penembakan mengerikan bulan lalu, yaitu di sekolah dasar di Texas dan di supermarket New York, memicu aksi unjuk rasa yang diselenggarakan oleh March For Our Lives tersebut.

Organisasi yang dipimpin siswa, yang didirikan oleh para penyintas penembakan di sebuah sekolah menengah di Parkland, Florida, mengadakan unjuk rasa yang menarik ratusan ribu orang ke ibu kota negara itu pada Maret 2018.

Empat tahun kemudian, demonstrasi itu ditandai dengan rasa frustrasi karena tidak ada kemajuan.

Kata-kata seperti "cukup sudah" terdengar berulang kali dari podium, dengan pembicara termasuk penyintas Parkland X Gonzalez dan cucu perempuan Martin Luther King Jr, Yolanda King.

"Kami di sini untuk menuntut keadilan," kata Garnell Whitfield, yang ibunya tewas dalam penembakan di supermarket yang bermotif rasial di Buffalo, New York, 14 Mei lalu.

"Kami di sini untuk mendukung mereka yang cukup berani untuk menuntut undang-undang senjata yang masuk akal," lanjutnya.

Masalah kekerasan senjata di AS - yang telah menewaskan lebih dari 19.300 orang sepanjang tahun ini, menurut Gun Violence Archive - jauh melampaui pembunuhan massal tingkat tinggi, dengan lebih dari setengah kematian itu karena bunuh diri.

Di luar Washington, ratusan demonstrasi lain direncanakan di seluruh negeri pada Sabtu (11/6), termasuk di Parkland, tempat pengunjuk rasa membawa tanda yang berisi pesan seperti "Apakah Saya Selanjutnya?"

Kemudahan akses ke senjata api dan masalah kesehatan mental yang dapat menyebabkan mereka digunakan dalam serangan, keduanya menjadi sorotan setelah penembakan pada 24 Mei di Robb Elementary School di Uvalde, Texas.

Pembantaian itu dilakukan oleh seorang pria bersenjata yang membeli dua senapan serbu tidak lama setelah dia berulang tahun ke-18.

Pendukung pengendalian senjata menyerukan pembatasan yang lebih ketat atau larangan langsung terhadap senapan semacam itu. Tetapi para penentang berusaha menyebut penembakan massal terutama sebagai masalah kesehatan mental, bukan masalah senjata.

Mayoritas orang AS mendukung undang-undang senjata yang lebih ketat, tetapi tentangan dari banyak anggota parlemen Republik telah lama menjadi rintangan bagi perubahan besar.

"Keinginan rakyat AS sedang ditumbangkan oleh minoritas," kata Cynthia Martins, seorang penduduk ibu kota AS berusia 63 tahun, yang merujuk pada Partai Republik. "Ada alasan mengapa kita masih dalam situasi ini." (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya