Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
USKUP Agung Katolik di Jerusalem pada Senin (16/5) mengecam keras serbuan polisi Israel minggu lalu terhadap rumah sakit Kristen menjelang pemakaman reporter Al Jazeera yang terbunuh, Shireen Abu Akleh. Wartawan veteran itu ditembak mati dalam serangan tentara Israel di Tepi Barat, Palestina, yang dijajah.
Palestina dan jaringan TV Al Jazeera mengatakan tentara Israel membunuhnya. Israel mengelak dengan mengatakan tembakan dari kelompok Palestina yang mungkin harus disalahkan.
Kemarahan atas kematian Abu Akleh diperparah pada Jumat ketika polisi Israel yang membawa tongkat di Jerusalem timur yang dicaplok memukuli pengusung peti jenazah Abu Akleh yang ditutupi oleh bendera Palestina. Patriark Latin Jerusalem, Pierbattista Pizzaballa, pada Senin mengutuk invasi polisi Israel dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional di rumah sakit St Joseph, tempat jenazah disemayamkan.
Pada konferensi pers di rumah sakit, dia mengkritik polisi Israel karena, "Menyerang pelayat, memukul mereka dengan tongkat, menggunakan granat asap, (dan) menembakkan peluru karet." Polisi telah menyerbu rumah sakit, "Tidak menghormati gereja, tidak menghormati lembaga kesehatan, tidak menghormati orang yang meninggal, dan memaksa pengusung jenazah untuk hampir menjatuhkan peti mati," kata Pizzaballa, berbicara atas nama para uskup di Tanah Suci.
Baca juga: AS Hapus Kelompok Ekstremis Yahudi dan Palestina dari Daftar Teror
Rumah sakit itu dimiliki oleh Sisters of St Joseph of the Apparition, kongregasi yang didirikan Prancis, sudah ada di tempat Palestina dan Israel sekarang selama hampir 200 tahun.
Polisi Israel berjanji untuk menyelidiki insiden kacau itu yang disiarkan langsung di seluruh dunia dan memicu kecaman luas, termasuk dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB. Seruan itu menggemakan tuntutan global untuk penyelidikan yang tidak memihak atas kematian Abu Akleh, seorang Palestina-Amerika, yang menurut Al Jazeera dibunuh oleh Israel dengan sengaja dan dengan darah dingin.
Polisi Israel menawarkan serangkaian penjelasan atas kerusuhan pada hari pemakaman itu. Dalam video polisi, seorang petugas terlihat memberi tahu massa bahwa prosesi tidak akan dimulai sampai massa menghentikan nyanyian nasionalistik atau Palestina.
Pasukan Israel sering menindak individu yang secara terbuka mengekspresikan identitas Palestina mereka, termasuk dengan mengibarkan bendera. Polisi juga mengatakan bahwa mereka terpaksa bertindak menegakkan rencana pemakaman yang disepakati dengan keluarga yang diganggu oleh, "Gerombolan 300 perusuh."
Baca juga: Pria Bunuh 10 Orang dalam Penembakan Bermotif Rasial di Buffalo
Keluarga Abu Akleh dengan tegas menolak versi polisi dari peristiwa tersebut. Keluarga menekankan bahwa petugas menyerbu prosesi sebagai tanggapan atas bendera dan nyanyian Palestina.
Adik mendiang jurnalis, Anton Abu Akleh, mengatakan kepada AFP pada Senin bahwa polisi memanggilnya saat malam sebelum pemakaman untuk berkeras bahwa tidak boleh ada, "Bendera Palestina apa pun, tidak ada slogan dan nyanyian."
"Saya berharap akan ada penentangan terhadap tindakan biadab ini," katanya, meminta pertanggungjawaban setelah penggerebekan itu.
Direktur rumah sakit St Joseph Jamil Kousa mengatakan kepada AFP bahwa dia telah berbicara dengan polisi di luar rumah sakit pada Jumat dan memohon agar prosesi itu diizinkan untuk berjalan dengan damai. Kousa mengatakan polisi memperingatkan bahwa jika pelayat meneriakkan nyanyian nasional Palestina atau mengibarkan bendera, prosesi akan diblokade.
Baca juga: Dokter Saudi Pisahkan Bayi Kembar Siam Laki-Laki dari Yaman
Kousa juga mengomentari klaim polisi bahwa anggota arak-arakan melemparkan batu ke petugas. "Anda dapat melihat bahwa mungkin lima batu atau benda dilemparkan, tetapi tidak seperti yang mereka gambarkan." Ketika mereka membersihkan halaman setelah penggerebekan polisi, kata Kousa, jumlah peluru karet yang ditembakkan Israel yang ditemukan jauh melebihi beberapa batu yang dikumpulkan. (OL-14)
MILITER Israel (IDF) telah membunuh hampir 270 jurnalis di Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023, menurut data dari Al Jazeera.
INVESTIGASI gabungan yang dilakukan media milik warga Israel-Palestina, +972 Magazine dan Local Call, mengungkapkan keberadaan unit khusus, Sel Legitimasi, di tubuh militer Israel yang secara sistematis berupaya mendiskreditkan jurnalis Palestina di Jalur Gaza.
KABINET Israel menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza dalam pertemuan pada Kamis (21/8).
Laporan IPC menjadi pernyataan resmi pertama yang memastikan kelaparan di Gaza terjadi.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan dimulainya pembicaraan dengan kelompok Hamas guna membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.
PASUKAN Pertahanan Israel (IDF) mulai bergerak ke arah Gaza City setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui rencana operasi militer untuk merebut wilayah tersebut.
Israel mendapatkan kecaman internasional setelah serangan di RS Nasser yang menewaskan 20 orang, termasuk jurnalis dan tenaga medis.
Petani Palestina melaporkan tanaman zaitun mereka ditumbangkan oleh Israel, dan LSM Palestina mencatat 14 orang telah ditangkap di Desa al-Mughayyir selama tiga hari pengepungan.
ISRAEL melancarkan serangan udara ke sejumlah target Houthi di Sanaa, Yaman, pada Minggu (25/8) waktu setempat. Operasi itu merupakan balasan atas serangan rudal Houthi.
Achmad menekankan bahwa UI bebas berdiskusi dengan siapa saja di forum kritis yang tepat, dengan kurasi dan counter-speech yang memadai.
Permintaan maaf itu disampaikan setelah muncul gelombang kritik di media sosial terhadap UI yang mengundang Berkowitz dalam acara PSAU pada 23 Agustus 2025.
Baitul Maqdis Institute menyatakan keprihatinan atas diundangnya akademisi Peter Berkowitz, sosok pro-Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved