UNI Eropa pada Rabu (11/5) mengutuk pembunuhan jurnalis Palestina-Amerika Serikat, Shireen Abu Akleh, dan menuntut penyelidikan independen atas kematiannya. Pernyataan itu, yang dikeluarkan oleh Layanan Tindakan Eksternal Uni Eropa, muncul setelah reporter televisi Al Jazeera ditembak mati saat meliput serangan Israel di suatu kamp Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
"Uni Eropa mengutuk keras pembunuhan jurnalis Palestina-Amerika Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, di Tepi Barat yang diduduki," kata pernyataan itu. "Sangat penting bahwa penyelidikan yang menyeluruh dan independen mengklarifikasi semua keadaan insiden ini sesegera mungkin dan mereka yang bertanggung jawab dibawa ke pengadilan," lanjutnya.
"Tidak dapat diterima untuk menargetkan jurnalis saat mereka melakukan pekerjaan mereka. Jurnalis yang meliput situasi konflik harus dipastikan keamanan dan perlindungannya setiap saat." Pernyataan Uni Eropa tidak menyebutkan pihak yang melakukan penembakan itu.
Media yang menaungi reporter berusia 51 tahun itu, jaringan berita yang berbasis di Qatar Al Jazeera, menuduh bahwa pasukan Israel telah menembaknya dengan sengaja dan dengan darah dingin. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan kemungkinan bahwa warga Palestina bersenjata yang menembak tanpa pandang bulu pada saat itu bertanggung jawab atas kematian malang wartawan itu.
Seorang fotografer AFP melaporkan bahwa pasukan Israel menembaki daerah itu. Dia kemudian melihat tubuh Abu Akleh tergeletak di tanah, tanpa ada orang-orang Palestina bersenjata yang terlihat pada saat itu.
Utusan AS untuk PBB pada Rabu mengatakan pembunuhan jurnalis Al Jazeera Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh ketika dia meliput serangan tentara Israel di Tepi Barat yang diduduki harus diselidiki secara transparan. "Kami mendorong kedua belah pihak untuk berpartisipasi dalam penyelidikan itu sehingga kami dapat mengetahui mengapa ini terjadi," kata duta besar AS Linda Thomas-Greenfield. Ia menambahkan bahwa prioritas tertinggi Washington yakni perlindungan warga negara Amerika dan perlindungan jurnalis.
Thomas-Greenfield mengatakan dia diwawancarai oleh Abu Akleh selama kunjungan ke wilayah itu tahun lalu. Ia memiliki, "Rasa hormat yang luar biasa untuknya."
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price menambahkan di Twitter, "Kami patah hati," dengan kematian Abu Akleh.
"Mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban. Kematiannya merupakan penghinaan terhadap kebebasan media di mana-mana," katanya.
Baca juga: Kenangan Rekan Kerja Shireen Abu Akleh di Al Jazeera
Pada hari yang sama, seorang warga Palestina berusia 18 tahun ditembak mati oleh pasukan Israel dalam bentrokan di dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, kata kementerian kesehatan Palestina. Thaer Khalim Muslet al-Yazouri, 18, ditembak di jantungnya di Al-Bireh, kata kementerian itu.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada AFP bahwa pasukan menembakkan peluru karet selama kerusuhan di daerah itu. (OL-14)