Turki Tutup Wilayah Udara untuk Pesawat Rusia yang Terbang ke Suriah

Nur Aivanni
24/4/2022 11:00
Turki Tutup Wilayah Udara untuk Pesawat Rusia yang Terbang ke Suriah
Pesawat maskapai penerbangan Turkish Airlines akan mengaktifkan rute Istanbul-Bali.(Andrej ISAKOVIC / AFP )

Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa Turki telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat sipil dan militer Rusia yang terbang ke Suriah.

Pengumuman tersebut menandai salah satu tanggapan terkuat hingga saat ini oleh Turki, yang telah membina hubungan dekat dengan Moskow meskipun menjadi anggota aliansi pertahanan NATO, terhadap serangan militer selama dua bulan oleh Rusia di Ukraina.

"Kami menutup wilayah udara untuk pesawat militer Rusia - dan bahkan pesawat sipil - yang terbang ke Suriah. Mereka memiliki waktu hingga April, dan kami meminta pada bulan Maret," kata media Turki yang mengutip pernyataan Cavusoglu, pada Sabtu (23/4).

Cavusoglu mengatakan dia menyampaikan keputusan itu kepada timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov, yang kemudian menyampaikannya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. "Satu atau dua hari kemudian, mereka berkata: Putin telah mengeluarkan perintah, kami tidak akan terbang lagi," kata Cavusoglu kepada wartawan Turki di atas pesawatnya ke Uruguay.

Cavusoglu menambahkan bahwa larangan itu akan berlaku selama tiga bulan.

Tidak ada tanggapan segera atas pengumuman Turki dari Rusia, yang bersama-sama dengan Iran telah menjadi pendukung penting Presiden Suriah Bashar al-Assad selama perang saudara di negara yang dilanda perang itu.

Turki telah mendukung pemberontak Suriah selama konflik tersebut. Hubungan Ankara dengan Moskow sempat meledak setelah Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia di dekat perbatasan Turki-Suriah pada tahun 2015.

Tetapi hubungan tersebut telah membaik sampai invasi Rusia ke Ukraina, yang dipandang Turki sebagai mitra dagang penting dan sekutu diplomatik.

Turki telah berusaha menengahi untuk mengakhiri konflik, dengan menjadi tuan rumah pertemuan antara negosiator Rusia dan Ukraina di Istanbul dan pertemuan lainnya antara Lavrov dan mitranya dari Ukraina Dmytro Kuleba di Antalya.

Ankara sekarang mencoba untuk mengatur pertemuan puncak antara Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, meskipun Cavusoglu mengakui bahwa prospek pembicaraan semacam itu pada saat ini masih suram.

"Jika mereka menginginkan kesepakatan, itu tak terelakkan," kata Cavusoglu. "Itu mungkin tidak terjadi untuk waktu yang lama, tetapi itu bisa terjadi secara tiba-tiba," tandasnya. (AFP/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya