Ukraina bakal Hadapi Gelombang Pengungsi Jika Konflik Meningkat

Nur Aivanni
03/2/2022 16:04
Ukraina bakal Hadapi Gelombang Pengungsi Jika Konflik Meningkat
Seorang tentara di Ukraina mengajarkan warga sipil untuk memegang senjata replika yang terbuat dari kayu.(AFP)

DEWAN Pengungsi Norwegia (NRC) memperingatkan bahwa sekitar 2 juta orang di sepanjang garis depan Ukraina wilayah timur berisiko mengungsi, jika konflik meningkat.

"Nyawa dan keselamatan jutaan orang di Ukraina timur tergantung pada keseimbangan. Saat kami menunggu terobosan politik untuk kebuntuan saat ini," ujar Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland dalam sebuah pernyataan.

"Kita tidak boleh meremehkan penderitaan manusia dari konflik baru. Itu akan mengakibatkan peningkatan korban sipil, pengungsian besar-besaran dan kebutuhan kemanusiaan yang melonjak," pengungsinya.

Baca juga: Putin Tuding Barat Abaikan Kekhawatiran Keamanan Rusia

Para pemimpin Barat telah membunyikan alarm atas kemungkinan invasi Rusia ketika Moskow mengerahkan lebih dari 100.000 tentara ke perbatasan dengan Ukraina. Di lain sisi, Kremlin membantah pihaknya sedang merencanakan serangan.

Rusia merebut Semenanjung Krimea dari Kyiv pada 2014 dan telah memicu konflik separatis di timur negara tersebut. Konflik panas telah merenggut nyawa lebih dari 13.000 orang.

Baca juga: Inggris Siap Beri Sanksi Berat untuk Rusia Terkait Ukraina

Saat ketegangan meningkat, NRC memperingatkan sekitar 2 juta orang yang tinggal di zona 20 kilometer di kedua sisi jalur kontak di Ukraina timur, berada di bawah ancaman kekerasan. Gelombang pengungsi juga dapat meningkat, jika konflik meningkat.

Organisasi tersebut menyatakan lebih dari 850.000 orang sudah mengungsi. Lalu, 3 juta bergantung pada bantuan kemanusiaan. "Peperangan akan secara dramatis memperburuk situasi kemanusiaan. Apalagi kebutuhan sudah tinggi dari tahun-tahun kekerasan," bunyi pernyataan tersebut.

NRC menegaskan bahwa lonjakan apa pun dalam konflik dapat membalikkan perbaikan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Diketahui, jumlah penerima bantuan mengalami penurunan hingga 5 juta orang pada 2015 lalu.(AFP/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya