Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Sanksi AS Terhadap Rusia Bisa Berdampak Luas

Atikah Ishmah Winahyu
30/1/2022 19:19
Sanksi AS Terhadap Rusia Bisa Berdampak Luas
Presiden Rusia Vladimir Putin meletak rangkaian bunga pada di Taman Makam Piskaryovskoye di Saint Petersburg, Rusia, Jumat (28/1).(Alexey NIKOLSKY / Sputnik / AFP)

SANKSI paling berat yang diancam akan dijatuhkan oleh pejabat Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia dapat menyebabkan inflasi parah, kehancuran pasar saham, dan bentuk kepanikan keuangan lainnya.

Sanksi AS akan merugikan rakyatnya, mulai dari miliarder hingga pejabat pemerintah hingga keluarga kelas menengah.

Para pejabat AS berjanji untuk melepaskan langkah-langkah ekonomi yang memberatkan jika Rusia menginvasi Ukraina.

Sanksi AS juga akan menyasar  bank dan lembaga keuangan terbesarnya, dengan cara yang pasti akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari di Rusia.

Tetapi strategi itu disertai dengan risiko politik dan ekonomi tak kecil. Tidak ada negara yang pernah mencoba memberlakukan sanksi luas terhadap lembaga keuangan besar seperti itu dan pada ekonomi sebesar Rusia.

Baca juga: AS Punya Opsi Sanksi untuk Rusia Jika Serang Ukraina

Respons cepat dan keras yang dijanjikan pejabat AS dapat mengguncang ekonomi utama, terutama di Eropa.

Bahkan para analis menilai sanksi AS terhadap Rusia bisa mengancam stabilitas sistem keuangan global.

Beberapa analis juga memperingatkan potensi spiral eskalasi. Rusia mungkin membalas terhadap pukulan ekonomi dengan memotong pengiriman gas alam ke Eropa atau dengan meningkatkan serangan siber terhadap infrastruktur Amerika dan Eropa.

Rasa sakit yang disebabkan oleh sanksi dapat memicu kemarahan rakyat terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Namun sejarah menunjukkan bahwa negara tidak mudah menyerah, dan ketahanan merupakan bagian penting dari identitas nasionalnya.

Para pejabat AS juga sensitif terhadap gagasan bahwa mereka dapat dianggap menghukum rakyat Rusia, sebuah persepsi yang mungkin memicu anti-Amerikanisme dan narasi Putin bahwa negaranya sedang dianiaya oleh Barat.

Dari Kuba hingga Korea Utara hingga Iran, sanksi AS memiliki catatan beragam dalam memaksakan perubahan perilaku.

Banyak pakar sanksi percaya bahwa sanksi paling berani terhadap industri keuangan Rusia, jika diberlakukan, dapat menimbulkan kerugian yang berarti.

“Jika pemerintahan Biden menindaklanjuti ancamannya untuk memberikan sanksi kepada bank-bank besar Rusia, itu akan bergema di seluruh ekonomi Rusia,” kata Edward Fishman, di Kantor Kebijakan Sanksi Ekonomi Departemen Luar Negeri AS selama pemerintahan Barcak Obama. yang bertanggung jawab terkait Rusia dan Eropa.  

"Ini pasti akan mempengaruhi warga Rusia sehari-hari," tambahnya.

Fishman menambahkan, "Bagaimana Anda akan mengubah kalkulus Putin? Dengan menciptakan gangguan domestik. Orang-orang akan tidak senang.

'Lihat apa yang Anda lakukan, tiba-tiba rekening bank saya hanya sebagian kecil dari sebelumnya? Terima kasih, Putin.' "

Washington ingin mengambil palu godam untuk pilar sistem keuangan Rusia. Sanksi baru yang disiapkan pejabat Amerika akan memotong pinjaman luar negeri, penjualan obligasi negara, teknologi untuk industri kritis dan aset warga elit yang dekat dengan Putin.

Tetapi kerusakan nyata pada ekonomi Rusia senilai US$1,5 triliun akan datang dari memukul bank-bank negara terbesar serta dana Investasi langsung Rusia.

Departemen Keuangan AS akan mengambil dari pengalamannya menargetkan bank-bank Iran di bawah mantan Presiden AS Donald Trump, meskipun bank-bank Iran jauh lebih kecil dan kurang terintegrasi ke dalam ekonomi global daripada bank-bank Rusia.

AS juga akan memberlakukan sanksi untuk memotong pinjaman ke Rusia oleh kreditur asing dengan potensi US$100 miliar atau lebih, menurut Anders Aslund, seorang ekonom dan penulis laporan Dewan Atlantik tentang sanksi AS terhadap Rusia.

Menurut Aslund, meskipun Rusia telah mengambil langkah-langkah sejak 2014 untuk mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri untuk pengeluaran, kerugian seperti itu masih dapat mendevaluasi rubel, mengguncang pasar saham dan membekukan perdagangan obligasi. (Aiw/Straitstimes/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik