Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERDANA Menteri Kamboja Hun Sen akan melakukan perjalanan ke Myanmar untuk melakukan pembicaraan pada Januari. Dia akan menjadi pemimpin internasional pertama yang mengunjungi negara itu sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta.
Myanmar berada dalam kekacauan dan ekonominya lumpuh sejak para jenderal menggulingkan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi pada Februari.
Baca juga: Dianggap Promosikan ujaran Kebencian, Facebook Dituntut Pengungsi Rohingya US$150 miliar
Hun Sen, pada Senin, berjanji untuk bekerja dengan junta Myanmar, meskipun ada upaya internasional yang meluas untuk menumpuk tekanan diplomatik pada militer.
Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin mengadakan pembicaraan dengan Hun Sen di Phnom Penh pada Selasa, di mana dia secara resmi menyampaikan undangan tersebut.
Eang Sophalleth, Juru Bicara Perdana Menteri Kamboja, mengatakan kunjungan itu dijadwalkan pada 7 dan 8 Januari.
Undangan itu datang saat Kamboja berupaya untuk membawa Myanmar kembali ke dalam kelompok Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) setelah penghinaan yang memalukan oleh blok regional tersebut.
Dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, ASEAN melarang kepala junta Min Aung Hlaing dari KTT pada Oktober setelah menolak untuk membiarkan utusan blok itu bertemu Suu Kyi.
Kamboja mengambil alih kepemimpinan bergilir ASEAN tahun depan dan pada Senin, Hun Sen mengatakan pemimpin Myanmar memiliki hak untuk menghadiri KTT. (AFP/Nur/A-3)
Pernyataan resmi dari Federasi Sepak Bola Myanmar menyebut separuh anggota skuat timnas Myanmar akan absen dalam laga kualifikasi yang akan dimulai pada 28 Mei melawan Jepang.
Bulan lalu, penjaga gawang pengganti Pyae Lyan Aung mengangkat hormat tiga jari saat lagu kebangsaan dimainkan sebelum kualifikasi Piala Dunia melawan Jepang.
Ia mengangkat hormat tiga jari saat lagu kebangsaan dimainkan sebelum kualifikasi Piala Dunia melawan Jepang, Mei lalu.
Pasukan keamanan telah menggunakan gas air mata, peluru karet dan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa dalam tindakan keras hampir setiap hari di seluruh negeri.
Kondisi WNI di Myanmar relatif aman dan tidak ada serangan langsung yang ditujukan kepada para WNI.
Warga di Yangon meninggalkan kota setelah pasukan keamanan meningkatkan penggunaan kekuatan yang mematikan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved