Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan negara-negara berpenghasilan rendah, siap menjalankan kampanye vaksinasi covid-19 yang efektif. Saat ini mereka tergantung pada produsen serta negara-negara kaya untuk memberikan dosis yang dijanjikan. Hal ini untuk mengurangi ketidaksetaraan kesehatan global.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan, sekitar 80% dari 5,5 miliar dosis vaksin yang telah diberikan secara global. Ditujukan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.
"Kami telah mendengar alasan dari produsen dan beberapa negara berpenghasilan tinggi tentang bagaimana negara berpenghasilan rendah tidak dapat menyerap vaksin," kata Tedros pada jumpa pers Rabu waktu setempat atau Kamis WIB (9/9).
Menurut Tedros, hampir semua negara berpenghasilan rendah telah menunjukkan kemampuan untuk menjalankan kampanye imunisasi skala besar. Seperti untuk polio, campak, dan penyakit lainnya.
"Karena produsen telah memprioritaskan atau diwajibkan secara hukum untuk memenuhi kesepakatan bilateral dengan negara-negara kaya yang bersedia membayar dolar tinggi, negara-negara berpenghasilan rendah telah kehilangan alat untuk melindungi rakyat mereka," tuturnya.
WHO telah menetapkan target untuk memungkinkan setiap negara memvaksinasi setidaknya 40% dari populasi pada akhir tahun ini. Tedros mengatakan pengiriman ke negara-negara miskin perlu didorong agar hal ini tercapai.
Lebih dari 221 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus korona secara global dan 4,76 juta meninggal dunia.
Program global yang menyediakan vaksin covid-19 ke negara-negara miskin akan turun hampir 30% dari target sebelumnya sebesar dua miliar suntikan tahun ini, kata organisasi internasional yang menjalankannya.
Kepala Aliansi Vaksin GAVI, di antara sponsor fasilitas berbagi vaksin Covax, menyalahkan pemotongan tersebut pada berbagai faktor termasuk pembatasan ekspor pada Serum Institute of India (SII) serta masalah manufaktur.
Tedros mengatakan para menteri dari 20 negara terkaya telah meyakinkannya bahwa mereka akan melakukan segalanya untuk mencapai target 40% tahun ini.
"Sekarang saatnya untuk kepemimpinan sejati, bukan janji kosong," tandasnya. (Straitstimes/OL-13)
Baca Juga: Mantan Presiden Ashraf Ghani Minta Maaf pada Rakyat Afghanistan
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, pada kurun 2018-2023 lebih dari 1,8 juta anak Indonesia belum mendapat imunisasi rutin lengkap. Apa risiko bahayanya?
Ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta R.A. Setyo Handryastuti mengungkapkan bahwa meningitis pada anak, seringkali sulit dideteksi
Dari 1.000 kasus ada 2 sampai 3 pasien cacar air memerlukan perawatan intensif karena infeksi pada paru.
Menurut data Globocan, sedikitnya 50 perempuan di Indonesia meninggal dunia setiap harinya akibat kanker serviks.
Seorang dokter spesialis anak Hapsari, menyarankan penggunaan konsep KLMNOPR untuk mengenali gejala demam berdarah (DB) pada anak.
Vaksinasi adalah cara penting untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya. Namun, banyak orang tua yang khawatir tentang keamanan dan efektivitas
Pemberian MPASI memiliki syarat yakni aman dan higenis. Makanan yang diberikan tidak bisa sembarang karena daya tahan tubuh anak dengan umur tersebut tidak sekuat usia remaja maupun dewasa.
Jangka pendek, bahaya timbel bisa masuk ke tubuh melalui inhalasi atau ingesti yang dihirup atau pun melalui makanan yang terserap oleh darah dan mengganggu fungsi organ.
Keterlambatan motorik pada anak bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius seperti hidrosefalus, palsi serebral, dan skizensefali.
Federation Dental International dan WHO menargetkan anak usia 5-6 tahun setidaknya 50% di antaranya harus bebas dari karies gigi di setiap negara.
Tidak ada bukti bahwa virus itu dapat ditularkan oleh serangga pengisap darah yang menyebarkan demam berdarah dan penyakit lain ketika menggigit manusia.
Target WHO tampak reasonable, tapi kecil kemungkinan terealisasi pada tahun ini. Untuk mencapainya, perlu upaya super: supermasif, superglobal, dan superserius
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved