Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Jenderal Top AS Ungkap Rasa Sakit dan Amarah Usai Penarikan Pasukan dari Afghanistan

Atikah Ishmah Winahyu
02/9/2021 10:07
Jenderal Top AS Ungkap Rasa Sakit dan Amarah Usai Penarikan Pasukan dari Afghanistan
Pemimpin Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Angkatan Darat Mark Milley(AFP/SAUL LOEB)

JENDERAL tertinggi Amerika Serikat (AS) mengatakan dia berbagi rasa sakit, amarah, dan emosi yang campur aduk dari banyak orang di militer setelah AS menyelesaikan penarikannya dari Afghanistan, yang termasuk upaya evakuasi yang menelan korban 13 tentara.

Hampir 2.500 orang AS tewas dalam perang terpanjang 'Negeri Paman Sam' itu, termasuk 13 anggota militer dalam serangan bom bunuh diri oleh ISIS, pekan lalu, di luar bandara Kabul. Banyak dari mereka masih bayi ketika serangan 11 September 2001 terjadi, memicu konflik selama hampir 20 tahun.

Taliban, yang digulingkan AS dari kekuasaan pada awal perang, mengambil alih negara itu bulan lalu setelah militer Afghanistan yang dilatih AS runtuh.

Baca juga: Putin Sebut Kehadiran Amerika di Afghanistan Berakhir Tragedi

"Rasa sakit dan kemarahan saya berasal dari keluarga yang berduka, sama seperti para prajurit yang berada di lapangan," kata Pemimpin Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Angkatan Darat Mark Milley kepada wartawan untuk pertama kalinya sejak serangan itu. Militer AS menyelesaikan penarikannya pada Senin (30/8).

Milley membuat komentarnya pada konferensi pers. Dalam sambutan pembukaannya, Milley mencatat, "Tidak ada kata-kata yang saya atau menteri (pertahanan) atau presiden atau siapa pun akan bisa membawa orang yang tewas kembali."

Selain 13 personel militer yang tewas pada Kamis (26/8), puluhan orang lainnya terluka dan dievakuasi secara medis dari Kabul.

"Ini adalah hal yang sulit," kata Milley.

"Perang itu sulit. Itu kejam. Ini brutal. Itu tak kenal ampun,” tambahnya.

Milley menambahkan bahwa dia adalah seorang tentara profesional dan dia akan "menahan" rasa sakit dan amarahnya.

Beberapa tentara aktif dan veteran mempertanyakan nilai perjalanan tugas mereka di Afghanistan setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menekankan pentingnya menghormati semua perspektif, karena ia menghormati jasa generasi veteran.

"Saya akan selalu bangga dengan peran yang kami mainkan dalam perang ini. Tetapi kami seharusnya tidak mengharapkan para veteran perang Afghanistan untuk setuju lebih dari kelompok Amerika lainnya," kata Austin kepada wartawan pada konferensi pers yang sama.

"Saya telah mendengar pandangan yang kuat dari banyak pihak dalam beberapa hari terakhir, dan itu penting. Itulah demokrasi. Itu Amerika,” imbuhnya.

Dalam gambar yang menyakitkan bagi anggota layanan, Taliban telah berpose selama beberapa hari terakhir di pangkalan militer yang dibangun oleh koalisi militer pimpinan AS, yang diserahkan kepada pasukan Afghanistan yang hancur bahkan sebelum militer AS  dapat menyelesaikan penarikan pasukannya.

Banyak tentara dan veteran juga terganggu oleh perkiraan ribuan orang Afghanistan yang berisiko yang telah ditinggalkan, termasuk beberapa yang bekerja sebagai penerjemah untuk militer.

Selama bertahun-tahun, 800.000 orang AS dikerahkan ke Afghanistan saat misi berubah dari menghukum Taliban karena melindungi Al-Qaeda menjadi latihan pembangunan bangsa yang ambisius dan luas.

Sebanyak 20% veteran perang di Afghanistan dan Irak memiliki gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD), yang dapat mencakup lekas marah atau ledakan kemarahan, menurut Departemen Urusan Veteran. (Straitstimes/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya