Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kalender Matahari Purba Peru Dinyatakan Sebagai Warisan Budaya Dunia

Basuki Eka Purnama
28/7/2021 11:23
Kalender Matahari Purba Peru Dinyatakan Sebagai Warisan Budaya Dunia
Foto udara Observatorium Matahari Chankillo di Peru(AFP/Janine Costa )

SEBUAH lokasi observasi matahari berusia 2.300 tahun di Peru, sebuah struktur yang berupa 13 menara batu yang dibangun di atas bukit dan dijadikan kalender, dinyatakan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, Selasa (27/7).

Observatori Chankillo, yang dibangun oleh perabadan kuno sekitar dua milenial sebelum hadirnya suku pemuja matahari, Kerajaan Inca, bisa dengan tepat melakukan observasi astronomi.

Reruntuhan di atas bukit yang terletak sekitar 400 kilometer di utara Lima itu sejak lama membingungkan para ilmuwan.

Baca juga: Katedral Tlaxcala di Meksiko Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Dunia

Kemudian pada 2007, penelitian yang diterbitkan di jurnal Science mengajukan teori bahwa menara yang dibangun antara 200 dan 300 SM itu menandai perubahan musim panas dan musim dingin dan Chankillo merupakan bagian dari observatorium matahari.

Arkeolog Peru Ivan Ghezzi, yang menulis penelitian itu bersama ilmuwan Inggris Clive Ruggles mengatakan menara yang didirikan dengan ketepatan itu diletakkan untuk menandai posisi matahari yang berbeda sehingga berperan sebagai kalender.

Tujuan pembangunan menara-menara itu adalah untuk menandai dengan akurat bulan dan pergantian musim sehingga digunakan untuk menetapkan masa tanam dan masa panen serta hari raya keagamaan.

Struktur itu bekerja seperti jam raksasa, menandai berjalannya waktu dalam tempo satu tahun.

"Chankillo adalah buah karya warga Peru purba. Mahakarya arsitektur, serta mahakarya teknologi dan astronomi," ujar Ghezzi.

Lokasi itu diduga juga digunakan untuk memuja dewa matahari. Pasalnya, di bagian timur dan barat menara ditemukan sisa-sisa obyek yang digunakan untuk ritual kurban.

Kompleks itu memiliki luas sekitar 5 ribu hektare namun baru 1% yang telah dipelajari. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya