POLISI Haiti membunuh empat orang yang diklaim sebagai "tentara bayaran" yang ada di balik pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada Rabu (7/7) dan menahan dua orang lainnya.
Polisi tidak mengungkap identitas para tersangka atau pun motif mereka melakukan serangan terhadap Moise dan istrinya, Martine, yang selamat, di kediaman pribadi mereka di ibukota Port-au-Prince pada Rabu (7/7) pagi.
"Empat tentara bayaran tewas, dua dibekuk di bawah kendali kami. Tiga polisi yang disandera telah ditemukan," kata Kepala Kepolisian Haiti Leon Charles, pada Rabu (7/7) malam.
Ia mengatakan masih banyak anggota pasukan pembunuh yang buron. "Saat saya berbicara, anggota polisi terlibat dalam pertempuran dengan para penyerang ini," aku Charles. "Kami mengejar mereka, dalam baku tembak mereka akan terbunuh atau ditangkap," lanjutnya.
Perdana Menteri Sementara Haiti Claude Joseph mendeklarasikan "situasi pengepungan" nasional sambil mengatakan bahwa dirinya kini yang bertanggung jawab.
Serangan terhadap Presiden itu terjadi di rumahnya, pada Rabu (7/7), pukul 01:00 waktu setempat.
Pembunuhan itu terjadi tak lama setelah Moise menunjuk Ariel Henry, seorang ahli bedah saraf terlatih Prancis, sebagai perdana menteri baru Haiti. Mayoritas partai opisisi di Haiti tak menyambut baik pengangkatan Henry (71) di kursi PM.
Usai menyisir tempat kejadian perkara, tim forensik menemukan sejumlah selongsong peluru di jalanan. Sebuah mobil di dekat lokasi tampak berlubang oleh peluru.
Hakim Carl Henry Destin mengatakan kepada surat kabar Nouveliste bahwa tubuh Moise memiliki 12 lubang peluru senapan kaliber besar dan senapan kaliber 9 mm, di dahi, dada, pinggul, dan perut.
"Kantor dan kamar tidur presiden digeledah. Kami menemukannya tergeletak telentang, memakai celana biru, kemeja putih berlumuran darah, mulutnya terbuka, mata kirinya dicungkil," kata dia.
Joseph mengatakan presiden dibunuh di rumahnya oleh orang asing yang berbicara bahasa Inggris dan Spanyol. "Kematian ini tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Joseph dalam pidatonya.
Duta Besar Haiti untuk Washington, Bocchit Edmond, juga mengatakan para pembunuh adalah tentara bayaran "profesional" yang menyamar sebagai para agen Drug Enforcement Administration (DEA) AS. (AFP/Nur/OL-09)