Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PENYAIR Myanmar Khet Thi, yang menyatakan perlawanan terhadap junta militer melalui karyanya, meninggal dalam tahanan. Tubuh Khet Thi dikembalikan tanpa organ dalam.
Istri Khet Thi mengatakan mereka berdua dibawa untuk diinterogasi oleh tentara bersenjata dan polisi pada Sabtu (8/5) di pusat kota Shwebo, di wilayah Sagaing, pusat perlawanan terhadap kudeta tempat pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi digulingkan.
"Saya diinterogasi. Begitu pula dia. Mereka bilang dia ada di pusat interogasi. Tapi dia tidak kembali, hanya tubuhnya," kata istrinya, Chaw Su sambil menangis dari Monywa.
Baca juga: 80 Orang Terluka dalam Bentrokan di Jerusalem
"Mereka menelepon saya di pagi hari dan mengatakan kepada saya untuk menemuinya di rumah sakit di Monywa. Saya pikir itu hanya karena lengan yang patah atau semacamnya, tapi ketika saya tiba di sini, dia berada di kamar mayat dan organ dalamnya telah dikeluarkan," tambahnya.
Chaw Su mengaku diberitahu rumah sakit bahwa suaminya memiliki masalah jantung tetapi dia tidak mau membaca sertifikat kematian karena yakin hal itu tidak benar.
Chaw Su berkata tentara telah berencana menguburkan Khet Thi, tetapi dia memohon kepada mereka agar bisa mengambil jenazah suaminya. Chaw Su tidak mengatakan bagaimana dia tahu organ suaminya telah diambil.
"Dia meninggal di rumah sakit setelah disiksa di pusat interogasi," kata kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik dalam sebuah buletin.
Kelompok yang memantau rincian pembunuhan itu tidak mengidentifikasi sumber informasinya.
Khet Thi, yang menurut laman Facebooknya, berusia 45 tahun, sebelumnya pernah menulis kalimat, "Mereka menembak di kepala, tetapi mereka tidak tahu bahwa revolusi ada di dalam hati."
Penyair lainnya meninggal
Khet Thi adalah penyair ketiga yang tewas selama protes sejak kudeta, 1 Februari lalu.
Khet Thi adalah rekan K Za Win, penyair berusia 39 tahun yang ditembak mati saat protes di Monywa, awal Maret.
Tokoh budaya dan selebritas menjadi pendukung utama penentangan terhadap kudeta dengan protes setiap hari di berbagai bagian Myanmar meskipun ada pembunuhan dan ribuan penangkapan.
Khet Thi, sebelumnya, merupakan seorang insinyur sebelum berhenti dari pekerjaannya pada 2012 untuk fokus membuat puisi. Dia menghidupi dirinya sendiri dengan membuat dan menjual es krim dan kue.
"Saya tidak ingin menjadi pahlawan, saya tidak ingin menjadi martir, saya tidak ingin menjadi orang lemah, saya tidak ingin menjadi orang bodoh," tulisnya, dua minggu setelah kudeta.
"Saya tidak ingin mendukung ketidakadilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih untuk saat itu,” tambahnya.
Baru-baru ini, dia menulis bahwa dia adalah seorang pemain gitar, pembuat kue dan penyair, bukan seseorang yang bisa menembakkan senjata. Tapi dia menyiratkan sikapnya berubah.
"Rekan-rekan saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi," tulisnya.
"Tapi jika kamu yakin suaramu tidak cukup, kamu harus memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak,” tandasnya. (Straitstimes/OL-1)
KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) masih harus menganalisis terlebih dulu laporan dugaan penjualan senjata oleh pemerintah Indonesia ke Myanmar.
JUNTA Myanmar dituding membahayakan nyawa pemimpin sipil yang dipenjara, Aung San Suu Kyi. Hal ini diungkapkan partai politik Suu Kyi.
SEKJEN PBB Antonio Guterres menyampaikan pihaknya mendukung penuh inisiatif kepresidenan ASEAN dan 5 poin konsensus untuk menuntaskan krisis di Myanmar.
MALAYSIA telah menyerukan agar KTT ASEAN bisa memberikan tindakan tegas terhadap para jenderal Myanmar.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang masih harus dilakukan ASEAN untuk membantu mengatasi krisis Myanmar.
KELOMPOK masyarakat sipil yang bekerja di Myanmar telah mengkritik Kepala Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths atas kunjungannya ke negara tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved