Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
LEDAKAN bom mobil dan mortir di luar sekolah di ibu kota Afghanistan, Kabul pada Sabtu (8/5) telah menewaskan sedikitnya 30 orang dan 52 luka-luka, yang sebagian besar adalah pelajar perempuan. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menuduh serangan ini dilakukan oleh gerilyawan Taliban.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tariq Arian, mengatakan, ambulans bergegas untuk mengevakuasi korban luka dari lokasi ledakan di dekat sekolah Syed Al-Shahda, di lingkungan mayoritas Syiah di Dasht-e-Barchi. Namun, dia tidak merinci penyebab atau target ledakan tersebut.
Juru bicara kementerian kesehatan Ghulam Dastagir Nazari mengatakan, sejauh ini 46 orang telah dibawa ke rumah sakit.
Seorang pejabat senior keamanan, tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa sebagian besar korban adalah siswa yang keluar dari sekolah Syed Al-Shahda. Banyak yang terluka parah dilarikan ke rumah sakit.
Rekaman di saluran TV ToloNews menunjukkan situasi yang kacau, dengan buku dan tas sekolah berserakan di jalan berlumuran darah, sementara warga bergegas membantu para korban.
"Itu adalah ledakan bom mobil yang terjadi di depan pintu masuk sekolah," kata seorang saksi mata, meminta untuk tidak disebutkan namanya. Dia mengatakan semua kecuali tujuh atau delapan korban adalah siswi yang akan pulang setelah menyelesaikan studi mereka.
Di sekolah menengah Sayed ul Shuhada, anak perempuan dan laki-laki belajar dalam tiga shift, yang kedua untuk siswa perempuan, Najiba Arian, juru bicara Kementerian Pendidikan. “Yang terluka kebanyakan adalah siswi,” katanya.
Kabul berada dalam siaga tinggi sejak Washington mengumumkan rencana untuk menarik semua pasukan AS pada 11 September. Para pejabat Afghanistan mengatakan Taliban telah meningkatkan serangannya di seluruh negeri.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan itu dan menyalahkan Taliban meski kelompok itu membantahnya.
"Taliban, dengan meningkatkan perang dan kekerasan mereka, sekali lagi telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya enggan untuk menyelesaikan krisis saat ini secara damai dan fundamental, tetapi dengan memperumit situasi," kata Ghani.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membantah bahwa pihaknya terlibat dan mengutuk insiden tersebut.
Diplomat Washington di Afghanistan, Ross Wilson, mengutuk serangan itu dalam sebuah unggahan di Twitter.
“Dengan sejumlah korban tewas, serangan tak termaafkan terhadap anak-anak ini adalah serangan terhadap masa depan Afghanistan, yang tidak dapat dibiarkan,” ujarnya.
Taliban dan Amerika Serikat (AS) tahun lalu menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang 20 tahun. Di bawah perjanjian tersebut, Washington akan menarik pasukan dengan imbalan jaminan keamanan dari Taliban dan agar kelompok itu memulai pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Pembicaraan dimulai tahun lalu tetapi sejak itu terhenti.
Serangan Taliban terhadap pasukan asing sebagian besar telah berhenti, tetapi mereka terus menargetkan pasukan pemerintah. Sejumlah jurnalis, aktivis, dan akademisi juga tewas dalam serangan yang dituduhkan kepada Taliban, yang terus menyangkal keterlibatannya.
Negara tetangga Pakistan, yang memiliki pengaruh besar atas Taliban dan mendorong mereka untuk memulai kembali pembicaraan damai dan menyetujui gencatan senjata, juga mengutuk serangan itu.
Bulan lalu, Washington mengatakan pihaknya mendorong kembali batas waktu penarikan pasukan dari 1 Mei hingga 11 September, yang diperingatkan Taliban dapat berdampak pada perjanjian tersebut. (Aiw/Aljazeera/Usnews/OL-09)
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
AS menuduh Hamas tidak menunjukkan keseriusan dalam merespons proposal gencatan senjata yang telah dibahas selama lebih dari dua pekan.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
PEMERINTAH Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyusun protokol keamanan dalam menjaga data pribadi warga negara Indonesia (WNI)
Hingga kini Amerika Serikat belum memiliki undang-undang perlindungan data pribadi yang setara dengan regulasi Indonesia.
Ketua Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI) Tulus Abadi menyampaikan keprihatinan atas klausul pengelolaan data pribadi warga negara Indonesia oleh pihak AS.
PEMERINTAH Suriah mengecam serangan bom bunuh diri di gereja Damaskus dan berjanji bakal mengusutnya
Pesawat Saudia Airlines yang mendarat darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara, pada Sabtu (21/6) pagi ini, dinyatakan aman setelah mendapatkan ancaman bom.
Pesawat yang mengangkut 376 penumpang jemaah haji Kloter 33 Debarkasi Surabaya tersebut mendarat dengan aman pada pukul 09.27 WIB.
Pemerintah Indonesia akan meningkatkan perlindungan untuk kepulangan jamaah haji.
Pesawat komersial milik maskapai Arab Saudi, Saudia Airlines, dengan nomor penerbangan SV-5276 rute Jeddah–Jakarta, melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Kualanamu.
Pendaratan darurat itu diambil menyusul adanya ancaman bom yang ditemukan di dalam pesawat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved