Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Seorang Demonstran di Myanmar Tewas akibat Tertembak

Atikah Ishmah Winahyu
19/2/2021 16:20
Seorang Demonstran di Myanmar Tewas akibat Tertembak
Seorang pengunjukrasa membawa poster bergambar foto Mya Thwate Thwate Khaing(Sai Aung Main / AFP)

SEORANG wanita muda yang ditembak di bagian kepala oleh polisi selama protes di Myanmar pekan lalu, Mya Thwate Thwate Khaing meninggal dunia. Dia merupakan korban tewas pertama selama kudeta militer sejak 1 Februari 2021 lalu.

Wanita berusia 20 tahun itu telah menjalani perawatan sejak dibawa ke rumah sakit pada 9 Februari usai terkena peluru tajam yang menurut dokter saat terjadi aksi protes di ibu kota, Naypyitaw.

"Saya merasa sangat sedih dan tidak tahu harus berkata apa," kata saudara laki-laki korban, Ye Htut Aung,

Seorang pejabat rumah sakit mengkonfirmasi kematiannya pada pukul 11 pagi dan mengatakan tubuhnya akan diperiksa karena ini adalah kasus ketidakadilan.

“Kami akan menyimpan catatan (penyebab kematian) dan mengirimkan salinannya ke otoritas terkait. Kami akan mencari keadilan dan bergerak maju,” kata pejabat itu.

Penembakan terhadap pekerja toko bahan makanan tersebut terjadi ketika polisi sedang menghalau kerumunan dan membangkitkan kemarahan di seluruh negeri serta menggalang dukungan untuk gerakan tersebut, banyak dari anggotanya mengatakan mereka menolak untuk membiarkan generasi lain mengalami pemerintahan militer.

Sebelumnya, Ye Htut Aung, mengatakan bahwa keluarganya, meskipun mendukung protes, telah meminta korban untuk tidak bergabung pada demonstrasi karena takut akan kekerasan. Namun, dia bersikeras.

Baca juga: Junta Myanmar Keluarkan Surat Perintah Tangkap Enam Selebritas

"Itu adalah semangatnya," katanya melalui telepon.

“Dia ingin dan aku tidak bisa menghentikannya,” tambahnya.

Terakhir kali Ye Htut Aung berbicara dengan Mya Thwate Thwate Khaing adalah melalui panggilan suara dengan koneksi yang buruk. Ye Htut Aung memperingatkan saudarinya untuk tetap berada di belakang demonstran dan bahwa polisi tidak bisa dipercaya.

“Apa yang akan kamu lakukan jika mereka menembak?” tanyanya.

“Tidak, mereka tidak akan melakukannya,” jawab korban.

"Tidak apa-apa. Bahkan jika mereka menembak, itu akan baik-baik saja,” tambah korban.

Pada saat penembakan, Unit Informasi Berita Sejati militer mengatakan bahwa pasukan keamanan hanya menggunakan senjata tidak mematikan dan polisi sedang menyelidikinya.

Baca juga: Inggris dan Kanada Beri Sanksi Bagi Pimpinan Militer Myanmar

Penembakan tersebut mendorong pengunjuk rasa untuk menggantungkan foto diri korban secara besar-besaran dari sebuah jembatan di pusat kota Yangon, dengan ucapan, "Mari bersama-sama melawan diktator yang membunuh orang."

Rekaman video yang diposting ke Facebook menunjukkan momen penembakan tersebut. Dalam rekaman tersebut, Mya Thwate Thwate Khaing berdiri di depan kerumunan pengunjuk rasa yang menghadapi polisi anti huru hara.

Mengenakan kaos merah dan helm, dia pertama kali disambar tembakan meriam air. Seorang wanita di sampingnya meraih tangannya dan mencoba untuk membawanya pergi. Saat punggung mereka berbalik, ada suara letusan dan dia jatuh ke tanah. Polisi terus membanjiri kerumunan dengan meriam air saat mereka mencoba merawat korban.

Ye Htut Aung mengatakan, pihak militer telah mencoba memindahkan saudara perempuannya ke rumah sakit tentara tetapi keluarganya menolak. Keluarga mereka adalah pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang memilih partai tersebut dalam pemilihan November yang kemudian dimenangkannya dengan telak.

Pada Jumat, polisi melakukan upaya terbesar mereka untuk memblokir protes di pusat kota Yangon, menutup titik fokus utama, dekat Pagoda Sule, setelah demonstrasi besar-besaran di persimpangan utama hari sebelumnya menghentikan lalu lintas di daerah tersebut.

Para pengunjuk rasa berkumpul di keempat sisi area yang diblokir dengan beberapa kerumunan bertambah menjadi lebih dari 2.000 orang pada pukul 11 pagi. Barikade tetap berada di luar Balai Kota, tempat umat Buddha melantunkan nyanyian kepada polisi, dan di dekatnya, protes dimulai di luar Bank Ekonomi Myanmar. Di seberang bank, tiga truk tentara Tatmadaw diparkir di jalan sempit.

"Polisi takut pada kami," kata seorang penyelenggara protes yang mengenakan bendera pelangi di dekat Pagoda Sule.

“Mereka tidak ingin kami berkumpul dan menyanyi, tapi kami akan melanjutkan dengan damai,” imbuhnya.

Tentara Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, mengakhiri transisi panjang menuju demokrasi dan membawa puluhan ribu demonstran turun ke jalan. (The Guardian/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya