Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
POLISI menahan lebih dari 4.800 orang di seluruh Rusia dan memblokir pusat Moskow,Minggu (31/1) dalam tindakan kerasnya terhadap aksi protes yang menuntut pembebasan kritikus Kremlin Alexei Navalny. Navalny ditahan di bandara Moskow pada pertengahan Januari setelah terbang kembali ke Rusia dari Jerman.
Di Jerman, dia memulihkan diri dari keracunan pada Agustus. Dia menyalahkan Kremlin atas kejadian tersebut. Pada Minggu, pihak berwenang mengunci pusat ibu kota, dengan ratusan polisi berjejer di jalan-jalan, stasiun Metro pusat ditutup dan ada pembatasan pergerakan pada pejalan kaki.
Para pengunjuk rasa yang berharap berkumpul di luar markas besar dinas keamanan FSB malah tersebar ke berbagai bagian kota saat penyelenggara melakukan perubahan lokasi pada menit-menit terakhir. Wartawan AFP melihat puluhan pengunjuk rasa ditahan dan dibawa ke mobil polisi.
Pemantau independen OVD-Info mengatakan setidaknya 4.818 orang telah ditahan di seluruh negeri, setelah melaporkan lebih dari 4.000 penahanan selama aksi protes serupa pada 23 Januari. Dikatakan setidaknya 1.365 ditahan di Moskow dan 962 di Saint Petersburg, serta 82 jurnalis di seluruh negeri.
Lewat Twitter, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk penggunaan terus menerus tindakan kasar terhadap pengunjuk rasa yang damai dan jurnalis oleh otoritas Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia pun membalasnya dengan menuduh Amerika Serikat turut campur tangan dalam urusannya dan menggunakan platform online yang dikendalikan oleh Washington untuk mendukung aksi protes tersebut. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pun menyesalkan penahanan yang meluas dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis.
"Rusia perlu mematuhi komitmen internasionalnya," tambahnya di Twitter.
Para pengunjuk rasa meneriakkan 'Kebebasan!' dan 'Putin adalah pencuri!' saat mereka berunjuk rasa melalui Moskow, dengan menantang suhu dingin dan salju. Beberapa ratus pengunjuk rasa akhirnya berkumpul di luar penjara Matrosskaya Tishina, tempat Navalny ditahan. Puluhan orang ditahan di luar kompleks tersebut.
"Hampir memalukan bahwa negara sangat takut pada kami," kata pengunjuk rasa Elisaveta Dementieva.
Saat malam tiba di Moskow, pengunjuk rasa mulai pulang. Beberapa dari mereka pun bertanya-tanya apakah demonstrasi itu akan berdampak luas.
"Memang benar kami bertanya pada diri sendiri apakah aksi protes ini akan benar-benar berguna, Butuh lebih banyak bagi Navalny untuk dibebaskan. Dan bahkan lebih untuk Rusia agar bebas," kata Nadya.
baca juga: Kembali ke Rusia, Navalny Ditahan di Bandara Sel, 19 Jan 2021
Otoritas Rusia mengeluarkan beberapa peringatan agar tidak berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa yang tidak sah dan mengancam akan dituntut pidana terhadap para pengunjuk rasa. Istri Navalny, Yulia, mengunggah foto keluarganya di Instagram pada Minggu, mendesak para pendukung agar suara mereka didengar.
"Jika kita tetap diam, maka besok mereka akan datang untuk salah satu dari kita," tulisnya.
Tim Navalny mengatakan Yulia ditahan oleh polisi tak lama setelah dia mengumumkan kedatangannya pada demonstrasi hari Minggu di media sosial. (AFP/OL-3)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved