Dua Saudara Warga Israel Beda Pandang tentang Palestina

Mediaindonesia.com
18/12/2020 21:02
Dua Saudara Warga Israel Beda Pandang tentang Palestina
Yaakov (kanan) dan Yonatan Berg (kiri)(AFP/Emmanuel Dunand)

DUA bersaudara bermain bersama saat kanak-kanak di permukiman Yahudi Tepi Barat. Akan tetapi setelah dewasa, Yaakov dan Yonatan Berg, memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Keduanya dibesarkan di permukiman yang disebut Psagot. Seperti semua komunitas Yahudi di Tepi Barat, Psagot pun dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Yaakov, 44, menjadi pembela terkemuka hak-hak orang Israel untuk tinggal di wilayah yang diduduki Israel sejak Perang Enam Hari tahun 1967. Oleh sebagian orang Yahudi, daerah tersebut diberi nama-nama menurut kitab suci mereka yaitu Yudea dan Samaria.

Yonatan, 39, ialah seorang aktivis dan penulis yang secara terbuka mengecam pendudukan dan menyuarakan kampanye perdamaian dengan Palestina. Keduanya berbicara kepada AFP saat mereka bertemu untuk merayakan penerbitan memoar Yonatan edisi Prancis berjudul Meninggalkan Psagot.

Dalam buku itu, Yonatan merangkum inti ketegangan dalam hubungan mereka. "Kepada saudara laki-laki saya, dengan siapa saya berbagi pandangan yang sama, tetapi bukan sudut pandang yang sama," bunyi tulisan tersebut.

Tidak mencuri tanah Palestina

Kemasyhuran Yaakov sebagai pendukung pemukim mencapai puncaknya bulan lalu ketika ia menjamu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di Psagot Winery.

Kelompok antipendudukan mengatakan kilang anggur di dekat Ramallah, yang memiliki pemandangan panorama menakjubkan menghadap ke desa Palestina Mukhmas, dibangun di atas tanah yang dicuri secara bertahap dari warga Palestina.

Yaakov, seorang pendukung setia Presiden Donald Trump, menegaskan kembali bahwa orang Yahudi tidak mencuri tanah Palestina. "Kami bukan penjajah ilegal," kata Yaakov.

"Pompeo mengatakan yang sebenarnya ketika dia datang ke sini. Orang-orang Yahudi memiliki hubungan leluhur dengan tanah ini. Mengatakan itu ditempati secara ilegal tidak masuk akal."

Setelah Pompeo menyatakan tahun lalu bahwa Washington tidak lagi menganggap permukiman ilegal, Yaakov menamai anggur untuk menghormatinya. Ia mempersembahkan campuran warna merah itu kepada Pompeo selama kunjungan bulan lalu.

Tidak semua penduduk Tepi Barat diperlakukan sama

Tak lama setelah peristiwa Pompeo, Yonatan mengunjungi saudaranya. Penulis yang memiliki rambut keriting panjang dan diikat seperti ekor kuda, pindah ke Tepi Barat ketika dia berusia empat tahun.

Dia pergi di usia awal 20-an, setelah menyelesaikan dinas wajib militernya.
Meninggalkan Psagot menjadi narasi pribadi tentang penyimpangannya dari religiusitas keluarganya dan ideologi pro pemukim serta kritik terhadap pendudukan Israel.

Yonatan tidak membantah pernyataan Yaakov bahwa orang Yahudi memiliki hubungan dengan tanah sejak ribuan tahun lalu. "Saya setuju dengan Anda ketika Anda berbicara tentang hubungan yang dalam antara orang-orang Yahudi dan tanah ini," katanya.

Namun, dia berkeras bahwa klaim tanah kuno mesti disisihkan. Ia beralasan bahwa semua penduduk Tepi Barat harus diperlakukan sama. "Ini yang tidak terjadi," katanya.

Dalam bukunya, Yonatan mengenang para pemuda Palestina biasa melempar batu ke bus sekolahnya dalam perjalanan ke Yerusalem. Suatu hari dia dan teman-teman sekelasnya memutuskan untuk melempar batu kembali.

Yaakov membantah bahwa dia tidak mengingat kejadian seperti yang digambarkan saudaranya.

Yaakov mengklaim bahwa dia memiliki hubungan yang sangat baik dengan beberapa tetangga Palestina dan mempekerjakan banyak orang melalui kilang anggurnya. Ia membayar gaji lebih tinggi daripada kebanyakan bisnis milik Palestina di Tepi Barat.

Dia menuduh aktivis perdamaian berusaha memecah belah Palestina dan Israel, bukan mempersatukan mereka. Yonatan membalas ucapannya. "Kami memiliki persepsi yang berbeda tentang realitas." (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya