RUSIA kemarin mulai mengerahkan 2.000 penjaga perdamaian ke Nagorno-Karabakh setelah Armenia dan Azerbaijan menyetujui kesepakatan damai untuk mengakhiri pertempuran sengit yang berlangsung berminggu-minggu atas wilayah yang disengketakan itu.
Perjanjian yang ditengahi Moskow tersebut terjadi setelah serangkaian kemenangan Azerbaijan dalam perjuangannya untuk merebut kembali daerah kantong etnik Armenia.
Pasukan Rusia yang terdiri atas 1.960 personel militer dan 90 pengangkut personel lapis baja akan dikerahkan ke wilayah tersebut sebagai penjaga perdamaian untuk misi lima tahun yang bisa diperbarui.
Sergei Rudskoy dari pihak militer Rusia menyatakan personelnya telah berpengalaman dalam misi kemanusiaan di Suriah. Saat itu pasukan Rusia diterjunkan untuk membantu pemimpin Suriah, Bashar alAssad, di tahun 2015.
“Kami terus berhubungan dengan pemimpin militer Azerbaijan dan Armenia untuk mencegah pertempuran selanjutnya. Kami akan membangun 16 pusat observasi di Karabakh dan Lachin,” ujarnya.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan sekutu utamanya Turki juga akan terlibat dalam upaya penjaga perdamaian.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara dan Moskow akan bersama-sama mengawasi gencatan senjata di wilayah bersama yang akan ditunjuk oleh Azerbaijan di daerah yang diselamatkan dari pendudukan Armenia.
Namun, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan belum ada diskusi tentang pengerahan patroli bersama antara Rusia dan Turki.
Juru Bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan bahwa Sekjen PBB merasa lega karena kesepakatan telah disepakati untuk penghentian permusuhan.
“Kami sangat berterima kasih kepada Rusia atas apa yang telah mereka lakukan. Rasa lega itu sebenarnya tentang harapan bahwa ini akan mengakhiri penderitaan warga sipil,” katanya.
Warga marah
Kemenangan telah memicu perayaan di Azerbaijan dan sebaliknya menimbulkan kemarahan di Armenia. Para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Armenia untuk mengecam pemimpin mereka karena kehilangan wilayah.
Di ibu kota Armenia, Yerevan, polisi membubarkan unjuk rasa yang dihadiri oleh lebih dari dua ribu orang. Para demonstran yang berkumpul di depan kantor pemerintah meneriakkan slogan mengecam Perdana Menteri Nikol Pashinyan danmenyebutnya sebagai pengkhianat. Di antara yang ditahan polisi ialah tokoh oposisi, Gagik Tsarukyan.
Perjanjian gencatan senjata menyatakan Azerbaijan akan tetap bertahan di wilayah yang direbut selama pertempuran, termasuk kota penting Susha. (AFP/Nur/X-11)