Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
TIGA pemimpin aksi demonstrasi prodemokrasi Thailand--seluruhnya berada di rumah sakit akibat ulah polisi saat mereka dibebaskan dari penjara--kini terancam dakwaan baru.
Panupong "Mike" Jadnok, Panusaya "Rung" Sithijirawattanakul, dan Parit "Penguin" Chiwarak merupakan tiga wajah paling terkenal dalam gerakan prodemokrasi Thailand.
Pengadilan Thailand, Jumat (30/10), memerintahkan ketiganya dibebaskan setelah ditahan sejak Oktober atas dakwaan makar.
Baca juga: Tidak Ada Korban WNI Dalam Gempa Turki
Namun, dalam perjalanan dari penjara ke sebuah kantor polisi, Panupong pingsan. Media lokal menyebut dia dicekik oleh polisi.
Parit terluka terkena pecahan kaca sementara Panusaya mengalami cedera kaki yang tidak diketahui penyebabnya.
Polisi gagal meminta pengadilan mengeluarkan surat penangkapan baru bagi ketiganya.
Meski begitu, Thai Lawyers for Human Rights, organisasi yang mewakili ketiganya, mengatakan polisi telah memberikan surat penahanan kepada Panusaya di rumah sakit terkait aksi demonstrasi di Bangkok, Juni lalu.
Surat itu mengharuskan Panusaya melapor ke kantor polisi untuk menjalani interogasi.
Parit dan Panupong kemungkinan akan mendapatkan surat yang sama dari polisi.
Demonstran prodemokrasi Thailand menuntut reformasi pada monarki negara Asia Tenggara itu serta agar Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha mengundurkan diri.
Di antara tuntutan para demonstran adalah penghapusan hukuman bagi mereka yang dianggap melecehkan kerajaan, pengungkapan keuangan kerjaan, dan agar Raja Maha Vajiralongkorn tidak ikut campur dalam politik.
Tuntutan itu tidak biasa di Thailand, tempat kritik terhadap keluarga kerajaan dianggap tabu. (AFP/OL-1)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved