Armenia-Azerbaijan Bentrok, 50 Persen Penduduk Karabakh Mengungsi

Nur Aivanni
08/10/2020 06:25
Armenia-Azerbaijan Bentrok, 50 Persen Penduduk Karabakh Mengungsi
Seorang lelaki berdiri di sebuah rumah yang hancur akibat bentrok Armenia dan Azerbaijan(AFP/ ARIS MESSINIS)

BENTROKAN yang terjadi antara pasukan Armenia dan Azerbaijan membuat setengah penduduk di wilayah Nogorno-Karabakh mengungsi.

"Menurut perkiraan awal kami, sekitar 50% penduduk Karabakh yang 90% diantaranya perempuan dan anak-anak, atau sekitar 70.000-75.000 orang, telah mengungsi," kata pejabat Ombudsman Karabakh, Artak Beglaryan.

Azerbaijan menuduh pasukan Armenia menembaki sasaran sipil di daerah perkotaan, termasuk kota terbesar kedua di Azerbaijan, Ganja.

Puluhan warga sipil dipastikan tewas dalam pertempuran itu dan pihak Armenia mengakui ada lebih dari 300 kematian di kalangan militernya. Sementara, Azerbaijan belum menyampaikan korban jiwa di antara pasukannya.

Namun, Jaksa Azerbaijan mengatakan 427 tempat tinggal yang dihuni sekitar 1.200 orang telah hancur.

Untuk diketahui, Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang tahun 1990-an yang merenggut nyawa sekitar 30.000 orang. Separatis Armenia pun mendeklarasikan kemerdekaannya.

Sebanyak 140.000 penduduk Nagorno-Karabakh saat ini merupakan orang Armenia setelah sisa orang Azerbaijan pergi dalam perang tahun 1990-an.

Baca juga: Dendam Lama Kembali Berkobar di Nagorno-Karabakh

Namun, komunitas internasional menganggap wilayah tersebut sebagai bagian dari Azerbaijan dan tidak ada negara, termasuk Armenia, yang mengakui kemerdekaannya.

Ketika setengah penduduk di wilayah Nagorno-Karabakh mengungsi, mediator internasional akan mengadakan pertemuan pertama di Jenewa.

Menteri Luar Negeri Azerbaijan Jeyhun Bayramov akan mengunjungi Jenewa pada Kamis dan bertemu dengan para pemimpin OSCE Minsk Group, yang diketuai bersama oleh para diplomat dari Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

Sementara, Armenia mendatangkan menteri luar negerinya Zohrab Mnatsakanyan untuk bertemu dengan mitranya dari Azerbaijan di Jenewa.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak diakhirinya 'tragedi besar' ketika serangan baru menghantam kota utama Karabakh, Stepanakert. Kemudian, Armenia mengatakan pertempuran itu berkecamuk di sepanjang garis depan.

Bahkan jika konflik berkepanjangan atas wilayah separatis etnis Armenia tidak dapat diselesaikan, gencatan senjata harus disepakati secepat mungkin.

Rusia pun mengumumkan menteri pertahanannya Sergei Shoigu telah mengadakan pembicaraan dengan Armenia dan Azerbaijan pada Rabu (7/10) malam, tanpa memberikan rincian.(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya