PASUKAN Armenia dan Azerbaijan saling menembakkan roket, ketika pertempuran di Nagorno-Karabakh semakin memanas.
Ibu Kota Armenia, Yerevan, tidak lepas dari bombardir. Otoritas Yerevan menyatakan kota utama Nagorno-Karabakh, Stepanakert, yang diserang artileri sejak Jumat, kembali dihantam pada Minggu ini.
Ledakan dan asap yang membubung terpantau di beberapa bagian kota. Kementerian Pertahanan Azerbaijan menyebut Ganja, sebuah kota dengan populasi lebih dari 330 ribu orang, juga diserang.
Baca juga: Armenia Siap Berdialog menuju Gencatan Senjata
Adapun pasukan separatis mengklaim telah menghancurkan sebuah pangkalan udara di wilayah tersebut. Kedua pihak saling menuding telah menargetkan wilayah sipil.
Dalam sepekan terakhir, konflik tampaknya sudah melebar. Tepatnya, setelah pertempuran sengit pecah dalam perselisihan puluhan tahun atas Karabakh.
Armenia dan Azerbaijan bahkan menolak seruan internasional untuk gencatan senjata. Bentrokan pun meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Sirene berbunyi dan ledakan terdengar secara berkala di Stepanakert. Warga setempat terpaksa berlindung di ruang bawah tanah.
Baca juga: Presiden Azerbaijan Beri Peringatan Keras Atas Serangan Armenia
Kementerian Luar Negeri Armenia menyatakan Stepanakert dan Martakert berada di bawah serangan roket. Mereka menuduh pasukan Azerbaijan sengaja menargetkan penduduk sipil.
"Pasukan Armenia menyerang Ganja dengan roket dari wilayah Armenia," pungkas Penasihat Presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev.
Dia menyebut pasukan Armenia juga menggunakan artileri berat dan roket untuk menyerang Terter dan Goradiz di Azerbaijan. Pasukan separatis Karabakh telah menghancurkan sebuah pangkalan udara di Ganja.
Baca juga: DK PBB Serukan Armenia dan Azerbaijan Hentikan Pertempuran
Pemimpin wilayah tersebut, Arayik Harutyunyan, pun memperingatkan fasilitas militer di sejumlah kota besar Azerbaijan, yang sudah menjadi sasaran. "Saya mengimbau penduduk kota untuk segera pergi," ujar Harutyunyan dalam sebuah unggahan di Facebook.
Dalam pidatonya pada Sabtu lalu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menyerukan agar seluruh bangsa bersatu. Sebab, negara mereka tengah menghadapi "momen yang menentukan".
Rusia, Amerika Serikat dan Prancis telah menyerukan gencatan senjata. Armenia menyatakan siap untuk terlibat dengan mediator. Namun, Azerbaijan bersikeras agar pasukan Armenia mundur sepenuhnya, sebelum mencapai gencatan senjata.(AFP/OL-11)