Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
KASUS positif covid-19 global sudah mencapai 9 juta orang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyesalkan rendahnya solidaritas dan kepemimpinan global, yang meningkatkan penyebaran covid-19.
Banyak negara, termasuk di kawasan Amerika Latin dan Asia Selatan, baru mulai merasakan tekanan penuh atas pandemi covid-19. Sementara itu, wilayah lain yang tampaknya berhasil menangani kasus covid-19, mulai menghadapi gelombang kedua.
Tiongkok, Jerman, Korea Selatan dan Jepang dilaporkan tengah berjuang melawan gelombang covid-19 baru. Pemerintah setempat menerapkan kembali kebijakan pengendalian atau pembatasan.
Baca juga: Balas Kritikan Trump, WHO Serukan Persatuan Global
Secara perlahan, negara-negara Eropa melonggarkan pembatasan dalam beberapa pekan terakhir. Prancis mengambil langkah besar dengan memulai new normal, seperti mengizinkan jutaan anak kembali ke sekolah.
"Pandemi (covid-19) masih meningkat," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam forum kesehatan virtual.
Tedros mengaskan ancaman terbesar bukan bersumber dari virus korona, namun kurangnya solidaritas dan kepemimpinan global. "Kita tidak bisa mengalahkan pandemi dengan dunia yang terpecah. Politisasi pandemi telah memperburuk keadaan,” pungkasnya.
Baca juga: Kematian Covid-19 Brasil Lampaui Gabungan Seluruh Amerika Latin
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, adalah salah satu pemimpin yang berulang kali menganggap remeh ancaman covid-19. Dia bahkan membandingkan virus ini dengan flu biasa. Serta menilai dampak ekonomi akibat lockdown lebih buruk dibandingkan krisis kesehatan.
Lebih dari 50.000 warga Brasil meninggal akibat terjangkit covid-19. Namun banyak pihak meyakini jumlahnya lebih tinggi dari data yang dirilis pemerintah. Meksiko, Peru, Cile dan Argentina juga menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi covid-19.
Mengingat vaksin covid-19 belum ditemukan sampai saat ini, WHO menyerukan peningkatan produksi steroid dexamethasone, yang berpotensi menyembuhkan pasien covid-19.(France24/OL-11)
Penelitian terbaru mengungkap infeksi flu biasa atau rhinovirus mampu memberi perlindungan jangka pendek terhadap covid-19.
PASCAPANDEMI, penggunaan masker saat ini mungkin sudah tidak menjadi kewajiban. Namun demikian, penggunaan masker nyatanya menjadi salah satu benda penting untuk melindungi diri.
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved