Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Otoritas AS Izinkan Remdesivir untuk Pengobatan Covid-19

Haufan Hasyim Salengke
02/5/2020 11:08
Otoritas AS Izinkan Remdesivir untuk Pengobatan Covid-19
Ilustrasi penliti yang berupaya mencari vaksin untuk kasus covid-19.(AFP/Nicolas Asfouri )

BADAN Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) mengizinkan penggunaan darurat remdesivir, antivirus yang diproduksi Gilead Science Inc, untuk perawatan pasien covid-19.

Otorisasi itu membuka jalan penggunaan obat tersebut lebih luas di Negeri Paman Sam. Dalam pertemuan dengan Presiden AS, Donald Trump, Kepala Eskekutif  FDA, Gilead Daniel O’Day, mengatakan langkah itu sangat penting. Perusahaan pun menyumbangkan 1,5 juta botol obat untuk membantu pasien.

Baca juga: Tiongkok Minta AS Setop Politisasi Covid-19

Donasi ini diharapkan cukup untuk setidaknya 140 ribu pasien. Tentunya tergantung masa perawatan. Gilead menekankan obat yang diberikan melalui infus intravena, membantu meningkatkan hasil untuk kesembuhan pasien covid-19. Serta, memberikan data yang menunjukkan obat bekerja lebih baik, ketika diberikan lebih awal dalam fase infeksi.

Seiring meluasnya negara terguncang pandemi covid-19, minat terhadap obat Gilead semakin tinggi. Hingga saat ini, belum ada perawatan yang disetujui atau vaksin pencegahan covid-19.

Data yang dirilis National Institutes of Health (NIH) di AS pekan ini menunjukkan remdesivir mengurangi rawat inap hingga 31%. Itu dibandingkan dengan pengobatan placebo. Namun, tidak secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup.

Baca juga: New York Bukukan Angka Kematian Tertinggi Akibat Covid-19

Otorisasi FDA berlaku untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan tingkat covid-19 parah, yang membutuhkan suplementasi oksigen. Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan 1,5 juta botol kecil mulai didistribusikan ke rumah sakit pada Senin depan.

Sebelumnya, sebuah rancangan penelitian abstrak yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut remdesivir gagal memperbaiki kondisi pasien, atau mengurangi keberadaan patogen dalam aliran darah. Produsen obat merespons temuan tersebut dengan beralasan penelitian mereka bukan gagal, namun dihentikan lebih awal.

Remdesivir, yang sebelumnya gagal untuk pengobatan Ebola, tengah dicoba untuk melawan covid-19.  Sebab, obat itu dirancang untuk menonaktifkan mekanisme virus tertentu, termasuk virus korona.(CNA/OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik