Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PARA pengunjuk rasa gerakan Rompi Kuning (gilets jaunes) Prancis berencana untuk kembali turun ke jalan pada akhir pekan ini. Aksi mereka kali untuk memperingati tahun pertama lahirnya gerakan Rompi Kuning. Selain itu, aksi mereka juga bertujuan menunjukkan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron akan kekuatan mereka yang masih patut diperhitungkan.
Pada Sabtu dan Minggu besok, diperkirakan sekitar 200 pengunjuk rasa akan turun ke jalan, dengan beberapa ribu di antaranya akan berkumpul di ibu kota Prancis, Paris. Perkiraan ini mencakup beberapa ratus pengunjuk rasa radikal ekstrem kanan dan kiri yang kerap menjadi dalang dari sejumlah aksi unjuk rasa yang berujung pada kekerasan.
Para pejabat setempat mengatakan besarnya skala aksi unjuk akhir pekan besok masih belum dapat dipastikan. Namun, Wakil Menteri Dalam Negeri Prancis Laurent Nunez mencatat animo yang lebih nyata terkait unjuk rasa besok daripada minggu-minggu sebelumnya. Polisi, sambungnya, akan merencanakan penyebarannya sesuai dengan itu.
Sumber keamanan Prancis memperkirakan akan menghadapi akhir pekan yang sulit, sembari mencatat bahwa pengunjuk rasa melakukkan mobilisasi di menit-menit terakhir untuk mengejutkan polisi.
"Akan ada mobilisasi yang signifikan, tetapi tidak pada skala yang kami lihat pada Desember dan Januari lalu di level nasional," ujar sumber keamanan Prancis yang enggan disebutkan namanya.
Baca juga: Provinsi Xinjiang Edukasi Bahaya Terorisme lewat Pameran
Jumlah pengunjuk rasa dan tingkat kekerasan telah berkurang signifikan dalam beberapa bulan terakhir dari puncak aksi gerakan Rompi Kuning yang dimulai pada 17 November 2018. Pada puncak aksinya, gerakan Rompi Kuning berhasil menghimpun hingga 300 ribu massa dalam aksi unjuk rasa besar-besaran di Paris.
Tokoh yang paling menonjol dalam gerakan Rompi Kuning tak menampik turunnya jumlah pengunjuk rasa yang berpartisipasi, namun ia menyebut pihak berwenang belum menanggapi dengan memadai apa yang menjadi tuntutan mereka.
"Sangat disayangkan tidak ada respon politik, tetapi juga mendapati bahwa kita sedikit kekurangan energi dalam hal mobilisasi," terang Priscillia Ludosky kepada situs berita Regards.
Gerakan Rompi Kuning merupakan tantangan terbesar bagi Macron sejak ia menjabat sebagai Presiden Prancis pada 2017 lalu dengan membawa janji-janji perubahan besar. Gerakan Rompi Kuning, menuduh Macron tidak memahami masalah-masalah yang dihadapi rakyat Prancis saat ia memulai program besarnya yang bertujuan memodernisasi Prancis.
Dalam sebuah sosialisasi yang dilakukan di Facebook, massa diserukan melakukan unjuk rasa di Champs-Elysees, yang pada Maret lalu diwarnai dengan aksi penjarahan oleh pengunjuk rasa. Unjuk rasa juga diperkirakan akan berlangsung di kota-kota Prancis lainnya, termasuk Bordeaux, Lille, dan Toulouse yang kerap dibanjiri massa aksi. (OL-1)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved