Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

AS Kutuk Eksekusi oleh Milisi Pendukung Turki

Melalusa Susthira K
15/10/2019 13:45
AS Kutuk Eksekusi oleh Milisi Pendukung Turki
Pasukan Turki bersama pasukan Suriah berkumpul di dekat Kota Manbij.(AFP/Zein Al RIFAI )

AMERIKA Serikat (AS) mengatakan pihaknya terkejut mendapat laporan para milisi pro-Turki di Suriah telah mengeksekusi mati warga sipil termasuk seorang politisi perempuan Kurdi. AS mengatakan berencana meninjau lebih jauh laporan tersebut.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengatakan setidaknya sembilan warga sipil telah dieksekusi dalam invasi Turki yang dilancarkan terhadap bekas sekutu AS tersebut sejak Rabu (9/10).

Di antara mereka yang dieksekusi adalah Hevrin Khalaf, pemimpin politik Kurdi yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Future Syria.

Berdasarkan laporan ia ditarik keluar dari mobilnya sebelum dibunuh pemberontak Suriah yang mendukung Turki.

"Kami mendapat laporan-laporan ini sangatlah mencemaskan, yang mencerminkan destabilisasi Suriah timur laut secara keseluruhan sejak dimulainya permusuhan," ujar seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.

Baca juga: Trump Jatuhkan Sanksi terhadap Turki atas Operasi di Suriah

"Kami mengutuk sedalam-dalamnya setiap perlakuan buruk dan eksekusi terhadap warga sipil atau tahanan di luar hukum, dan sedang meninjau lebih jauh terkait keadaan ini," tukas pejabat Deplu AS tersebut dengan meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan kepada CBS, ia mendapati sebuah video mengerikan yang meski belum terkonfirmasi konon menampilkan pembunuhan Hevrin Khalaf.

Namun, jika hal tersebut benar, sambung Esper, pembunuhan warga sipil tersebut akan menjadi kejahatan perang.

Sebelumnya, serangan darat maupun udara Turki ke Suriah dimulai tiga hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan pasukannya dari perbatasan kedua negara tersebut.

Penarikan pasukan AS tersebut meningggalkan SDF yang menjadi sekutu utama Washington terdahulu dalam perang melawan IS harus berjuang menghadapi serangan Turki mati-matian.

Turki memandang SDF didominasi Unit Perlindungan Rakyat (YPG), milisi Kurdi yang dilatih, sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang sejak 1984 melakukan perlawanan terhadap Ankara.

Keputusan Trump tersebut segera menuai kritik domestik dan internasional yang dinilai mengkhianati janji terhadap SDF, membahayakan stabilitas regional, dan mempertaruhkan kebangkitan IS.

Minggu (13/10) lalu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper juga mengumumkan Washington menarik kembali sekitar 1.000 tentara AS dari Suriah utara, tempat serangan Turki terhadap pasukan Kurdi Suriah sedang berlangsung.

Trump mengatakan bahwa AS tidak lagi membutuhkan untuk hadir di Suriah setelah memerangi kelompok IS, dan sebaliknya ia mengatakan ingin berfokus pada persoalan dalam negerinya. (AFP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik