Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Otoritas Suriah Peringatkan Krisis Air Sungai Efrat

Ferdian Ananda Majni
07/8/2025 11:32
Otoritas Suriah Peringatkan Krisis Air Sungai Efrat
Ilustrasi.(Al Jazeera)

ADMINISTRASI Otonom Suriah Utara dan Timur (AANES) memperingatkan bahwa situasi krisis air di Sungai Efrat semakin parah setelah ketinggian air di Danau Bendungan Efrat menyusut drastis hingga tinggal sekitar enam meter.

Dalam laporan resmi yang dirilis pada akhir April lalu, AANES menyebut sejumlah faktor yang memperburuk kondisi tersebut, termasuk rendahnya aliran air dari wilayah Turki yang hanya sekitar 250 meter kubik per detik. 

Selain itu, kerusakan Bendungan Tishrin akibat serangan Turki dan belum terhubungnya kembali bendungan ke jaringan listrik umum karena gangguan pada sistem tegangan tinggi turut memperparah krisis air dan listrik di kawasan tersebut.

Kondisi kekeringan ekstrem tahun ini meningkatkan kebutuhan air untuk irigasi dan konsumsi serta mempercepat penguapan air dari danau hingga 250 meter kubik per detik. Hal ini mengakibatkan penurunan cadangan strategis air di bendungan ke level yang sangat kritis.

Menurut data terbaru, tinggi muka air di Danau Efrat saat ini mencapai 298,32 meter di atas permukaan laut, turun lebih dari lima meter dari level normal 304 meter. Kekurangan ini setara dengan sekitar empat miliar meter kubik air.

Wakil ketua Otoritas Energi AANES di Kota al-Tabqa, Rasha al-Khadr, menyatakan bahwa otoritas harus mengambil tindakan untuk membatasi volume air yang dilepas dari bendungan demi menjaga air danau.

Langkah ini penting untuk menyelamatkan musim tanam musim panas dan musim dingin, serta memastikan pasokan air minum bagi sekitar enam juta warga.

Dia menyerukan agar pemerintah Suriah segera turun tangan dan meminta Turki memenuhi komitmen untuk menyalurkan air sebesar 500 meter kubik per detik, sesuai kesepakatan trilateral sebelumnya antara Suriah, Turki dan Irak. 

Al-Khadr juga meminta agar Suriah menyediakan sumber energi alternatif untuk mengurangi tekanan pada bendungan, termasuk pengiriman listrik dari pembangkit termal.

Dia menekankan bahwa pembatasan jumlah air yang dilepas sangat penting demi menjaga ketinggian danau untuk kebutuhan irigasi dan air minum. 

Dia juga menyoroti pentingnya menghubungkan kembali Bendungan Tishrin ke jaringan listrik utama, khususnya dengan Bendungan Efrat.

AANES menuding Turki secara sengaja menahan aliran air Efrat dan menjadikannya alat tekanan politik. Tuduhan ini diperkuat oleh pernyataan Riyad Darar, mantan ketua bersama Dewan Demokratik Suriah (SDC), yang menyebut air digunakan sebagai senjata.

Sementara itu, sejumlah organisasi bantuan internasional telah memperingatkan bahwa jutaan orang di Suriah dan Irak menghadapi risiko kehilangan akses terhadap air, listrik, dan pangan, menyusul peningkatan suhu dan penurunan tajam curah hujan.

Laporan tersebut mengungkap bahwa sekitar lima juta penduduk Suriah bergantung langsung pada Sungai Efrat yang kini terancam oleh dampak kekeringan dan menyusutnya aliran air. (Enabbaladi/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya