Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KEPOLISIAN Hong Kong mengungkapkan pihaknya terpaksa meluncurkan tembakan peringatan dan meriam air. Tindakan itu dilakukan untuk menghalau aksi demonstran yang semakin anarkis.
Protes pro-demokrasi yang berlangsung berbulan-bulan, cenderung mengarah ke kekerasan. Bentrokan pada Minggu kemarin di pinggiran Tsuen Wan, menjadi yang terparah dalam kerusuhan politik selama 12 pekan terakhir.
Baca juga: Malaysia Mau Berpartisipasi Pembangunan Ibu Kota Baru Indonesia
Melalui keterangan resmi, petugas kepolisian mengaku terpojok oleh aksi pengunjuk rasa yang membawa batu bata dan senjata lainnya. Seorang petugas terjatuh ke tanah di bawah serangkaian pukulan. "Posisi petugas terancam dan terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan," bunyi pernyataan kepolisian.
Sekitar 15 petugas dinyatakan terluka dalam bentrokan tersebut. Di lain sisi, puluhan demonstran ditangkap, termasuk yang berusia 12 tahun. Selain melakukan aksi protes secara tidak sah, mereka juga membawa senjata dan menyerang petugas.
"Polisi menyerukan kepada masyarakat untuk bertindak sesuai aturan. Bukan melakukan demonstrasi dengan kekerasan," lanjut pernyataan yang menegaskan para pelaku kekerasan akan dibawa ke ranah hukum.
Serangkaian tembakan langsung memicu kemarahan pengguna jejaring sosial. Mereka mendukung sikap demonstran yang berani melawan dan membuat petugas kepolisian tersudut. "Jika kepolisian tidak bisa mengendalikan emosi, bagaimana mereka bisa gagah berani dan mengendalikan situasi?" cetus seorang pengguna Facebook melalui komentarnya.
Minggu sebelumnya, aksi protes damai di Tsuen Wan berujung kekerasan. Polisi menggunakan gas air mata untuk menghadapi demonstran, yang berpakaian hitam dan membangun barikade. Mereka melemparkan batu bata dan bom molotov ke arah barisan polisi anti huru-hara. Pihak kepolisian mengonfirmasi telah mengerahkan dua kendaraan meriam air, yang menghantam barikade demonstran.
Kerusuhan akhir pekan juga terjadi di seluruh kota. Melenyapkan beberapa hari aksi damai, termasuk rantai manusia di berbagai wilayah. Gerakan protes dipicu langkah pemerintah kota pro-Tiongkok, yang mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi ke daratan Tiongkok. Namun, protes meluas ke tuntutan demokrasi dan akuntabilitas kepolisian.
Baca juga: KTT G7 Bergulat Pada Masalah Kebakaran Amazon dan Perang Dagang
Para pengunjuk rasa, khususnya generasi muda, mengalami kegelisahan biaya hidup tinggi dan minimnya lapangan kerja. Mereka memandang masa depan wilayah semi-otonom terancam pembatasan Beijing. Kebuntuan menyebabkan Hong Kong tenggelam dalam krisis.
Sepanjang aksi protes, Tiongkok melancarkan beragam intimidasi, propaganda dan kekuatan ekonomi, untuk meredam tuntutan massa. Gerakan protes menyebut strategi Tiongkok sebagai "teror putih". Investor utama Hong Kong mendapat tekanan dari para karyawan pro-demokrasi. Termasuk maskapai penerbangan Cathay Pacific dan transportasi kota, MTR, yang dituding memobilisasi demonstran ke sejumlah titik strategis. (AFP/OL-6)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved