Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pemilu Israel Referendum bagi Netanyahu

Tesa Oktiana Surbakti [email protected]
10/4/2019 04:20
Pemilu Israel Referendum bagi Netanyahu
Seorang pria Yahudi ultra-Ortodoks memberikan suaranya selama pemilihan parlemen Israel pada 9 April 2019( (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP))

ISRAEL menggelar pemilihan umum (pemilu) berisiko tinggi, yang akan menentukan nasib Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. Pemimpin sayap kanan yang menjadi terduga pelaku korupsi itu, berhadapan dengan mantan kepala militer yang baru terjun dalam dunia politik.

Pemungutan suara diperkirakan berlangsung ketat, dan kemungkinan mengarah pada negosiasi gila-gilaan untuk membentuk koalisi, tepatnya begitu hasil pemilu keluar.

Mantan kepala militer, Benny Gantz, menancapkan tantangan kuat kepada petahana.

Dia menawarkan mandat untuk menjaga keamanan, seraya berjanji menghalau kerusakan akibat politik yang memecah belah seperti situasi yang terjadi saat ini di bawah kepemimpinan Netanyahu.

Gantz diketahui memberikan suaranya di Rosh Haayin, kota kelahirannya. "Saya sungguh bahagia karena dapat berjuang untuk kebaikan rakyat Israel melalui jalur baru. Kami menghormati demokrasi dan meminta semua pihak untuk tetap tenang," ujar Gantz.

Dalam banyak hal, pesta demokrasi tersebut merupakan referendum terhadap pemimpin berusia 69 tahun. Meski telah membangun reputasi sebagai penjamin pertumbuhan ekonomi dan keamanan negara, populisme berikut dugaan korupsi telah membuat sebagian besar warga berubah pikiran.

Kalangan kritikus menilai Netanyahu terlibat dalam retorika populis. Di sisi lain, sesuai dengan sosoknya, Netanyahu mengeluarkan janji yang sangat kontroversial hanya tiga hari jelang pemilu.

Dia menggemakan rencana untuk mencaplok permukiman di Tepi Barat yang diduduki, apabila terpilih lagi sebagai pemimpin.

Langkah itu akan memperluas kedaulatan Israel di Tepi Barat dalam skala besar. Hal itu juga menjadi lonceng kematian yang memudarkan harapan untuk solusi dua negara dengan Palestina.

Isu korupsi

Sementara itu, Ronit Kampf, profesor berusia 45 tahun, yang memberikan suara di tempat pemungutan suara Jerusalem, menyatakan keprihatinan terhadap isu korupsi yang melilit Netanyahu.

"Bibi (nama panggilan Netanyahu) sudah terlalu lama berkuasa. Seharusnya ada perubahan besar. Tetapi saya tidak tahu persis perubahan seperti apa," tukas Kampf.

Selama ini, Netanyahu kerap menggambarkan dirinya sebagai negarawan utama di Israel. Dalam berbagai kesempatan kampanye, dia menyoroti hubungannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Dia pun menyuarakan pengakuan Trump atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan klaim kedaulatan Israel terhadap Dataran Tinggi Golan.

Netanyahu juga menekankan pemimpin AS memahami rencana aneksasi yang digencarkannya.

"Siapa lagi yang bisa melakukan ini? Ayo jujur. Siapa yang bisa berdiri di hadapan dunia? Siapa yang bisa berdiri di depan Kongres AS? Siapa yang bisa menggerakkan opini publik ke arah itu?" tutur Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan situs berita lokal, Arutz Sheva.

Tidak berhenti sampai di situ, Netanyahu juga menggunakan taktik Trump dengan menyebut penyelidikan korupsi sebagai perburuan penyihir. Pada Senin (8/4) malam, dia mengunjungi Tembok Barat Jerusalem untuk memanjatkan doa.

Sejauh ini, hasil jajak pendapat memang menunjukkan dominasi kekuatan Netanyahu. Di sebagian besar wilayah, pemungutan suara ditutup sekitar pukul 19.00 GMT. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya